Pertanian Regeneratif, Solusi Pertanian Terintegrasi bagi Petani Swadaya

Suksma Ratri
Senior Communications Officer di Solidaridad Indonesia, sebuah organisasi masyarakat sipil yang bergerak di bidang pemberdayaan petani swadaya, adaptasi perubahan iklim dan keberlanjutan.
Konten dari Pengguna
30 April 2024 14:28 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suksma Ratri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Petani swadaya di Desa Merarai Satu sedang merawat lahan mereka yang memiliki konsep pertanian regeneratif
zoom-in-whitePerbesar
Petani swadaya di Desa Merarai Satu sedang merawat lahan mereka yang memiliki konsep pertanian regeneratif
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di Kalimantan Barat, sebuah kisah transformasi pertanian sedang terjadi di kalangan petani kelapa sawit swadaya. Anggota Aliansi Petani Kelapa Sawit Keling Kumang (APKS KK) telah memulai perjalanan pertanian regeneratif di kabupaten Sintang, Sekadau, Sanggau, dan Bengkayang.
ADVERTISEMENT
Metode ini telah menjadi pegangan dan panduan para petani, yang mulai menggunakan cara bercocok tanam yang sekaligus bisa meningkatkan kesehatan tanah, menjaga keanekaragaman hayati, mendorong konservasi, memastikan ketersediaan air, meningkatkan penyerapan karbon dioksida, dan secara keseluruhan, membuat pertanian lebih tahan terhadap guncangan iklim.
Bujang, petani swadaya dari Desa Merarai Satu, ditemani oleh Viona, Programme Officer Solidaridad
Area pertanian regeneratif yang berada di Desa Merarai Satu, kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
Di bidang budidaya kelapa sawit yang mengutamakan keberlanjutan, wacana peralihan dari praktik monokultura ke praktik polikultura, yang memiliki lebih dari satu jenis tanaman dalam satu area tanam yang sama, telah sering didiskusikan. Sekitar 70 petani di Desa Merarai Satu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, mempraktikkan teknik tumpang sari, yang merupakan bagian dari pendekatan pertanian regeneratif.
ADVERTISEMENT
Petani swadaya yang memilki kebun dengan tanaman belum menghasilkan (TBM) atau sedang tahap penanaman kembali (peremajaan), bisa merasakan langsung bahwa intervensi ini sangat membantu dalam mendukung keberlangsungan penghidupan mereka selama periode pematangan kelapa sawit.
Pada tahap awal, pemeliharaan pohon kelapa sawit merupakan upaya yang sarat tantangan. Memperkenalkan beragam tanaman sela di perkebunan kelapa sawit terbukti membawa manfaat yang bisa memberikan dukungan finansial sekaligus menjaga kesehatan tanah.
Mentimun, buncis, sawi, semangka, terong, dan cabai tumbuh subur berdampingan dengan kelapa sawit, menciptakan hamparan yang harmonis. Menggembalakan sapi di padang rumput kecil yang berada di antara kebun sawit tidak hanya menambah keindahan bentang alam yang ada, tetapi juga menyumbangkan pupuk kandang yang penting untuk kebutuhan pembuatan pupuk organik.
Timbul, petani swadaya dari Desa Merarai Satu di kabupaten Sintang, didampingi Dwi, Jr. Programme Officer Solidaridad
Perawatan tanaman sela pada lahan pertanian regeneratif di Desa Merarai SatSabtu
Bambang Marius, Programme Coordinator Solidaridad Indonesia untuk wilayah Kalimantan Barat, menjelaskan, "Pada masa transisi, yang umumnya terjadi ketika petani memasuki tahap peremajaan, seringkali terjadi penurunan pendapatan karena kebun tidak bisa digunakan untuk sementara waktu. Periode ini bisa berlangsung hingga beberapa tahun, agar memungkinkan tanah untuk beregenerasi.
ADVERTISEMENT
Setelah penanaman kembali dimulai, dibutuhkan setidaknya lima tahun agar tanaman sawit menjadi matang dan siap panen. Pengenalan pendekatan pertanian terpadu berdasarkan prinsip-prinsip pertanian regeneratif memberikan petani peluang untuk menghasilkan pendapatan alternatif melalui tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, atau ternak, selama periode ini berlangsung,"
Manfaatnya - secara sosial, ekonomi, dan lingkungan - telah memicu reaksi berantai yang positif di masyarakat luas.
David, petani swadaya anggota koperasi Bondo Sepolo
Hewan ternak yang dibiarkan mencari makan di lahan antara kebun sawit di Desa Merarai Satu, kabupaten Sintang
Bagi petani swadaya, sarana dan produk pertanian memberikan tantangan, terutama karena pupuk bersubsidi hanya bisa diakses oleh koperasi. Kerangka kerja pertanian regeneratif mendorong produksi pupuk organik secara mandiri.
ADVERTISEMENT
Peternakan, khususnya sapi, memainkan peran ganda sebagai produsen bahan dasar pupuk organik dan untuk pengelolaan gulma. Namun tingginya harga sapi, menimbulkan hambatan tersendiri sehingga mendorong beberapa pihak untuk mencari alternatif produksi kompos dengan menggunakan bahan organik lokal lainnya.
Daniel, petani swadaya dari Desa Merarai Satu di kabupaten Sintang
Anggota koperasi Raja Swa sedang memeriksa blok kompos fermentasi di rumah kompos Tapang Pengurin yang mereka kelola
Membangun rumah kompos merupakan salah satu cara yang diperkenalkan kepada petani swadaya sebagai solusi untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia sintetis. Dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang tersedia, seperti tandan kosong kelapa sawit yang diperoleh dari pabrik terdekat, para petani diajarkan cara membuat kompos.
ADVERTISEMENT
Solidaridad memfasilitasi Koperasi Raja Swa untuk membangun rumah kompos majemuk yang mampu menampung hingga 28 ton kompos fermentasi. Untuk menjamin pasokan tandan kosong, Raja Swa melakukan perjanjian kerja sama dengan PT Agro Andalan, pabrik bersertifikat keberlanjutan di kabupaten Sekadau.
Kompos siap pakai produksi rumah kompos Tapang Pengurin yang dikelola oleh koperasi Raja Swa di Desa Bangun, kabupaten Sintang
Lahan sawit yang menggunakan metode pertanian regeneratif di Desa Merarai Satu
Ketika para petani memulai tahap penanaman kembali, staf lapangan Solidaridad Indonesia dengan cermat memantau insiatif tersebut, mengatasi tantangan-tantangan seperti kesenjangan informasi, memfasilitasi akses atas kendala bantuan keuangan, dan potensi risiko.
ADVERTISEMENT
Transisi ini bukannya tanpa hambatan, khususnya pada kelapa sawit, tanaman yang tidak bisa sepenuhnya dikonversi ke metode organik. Meskipun demikian, didorong oleh potensi pertanian regeneratif, para petani melaporkan peningkatan yang siginifikan dalam hal kesehatan dan produktivitas tanah di kebun mereka.
Para petani swadaya di Desa Merarai Satu yang menerapkan prinsip pertanian regeneratif
Saat ini ada lebih dari 2.000 petani swadaya binaan Solidaridad yang telah mendapatkan sertifikasi pertanian regeneratif dari regenagri, lembaga internasional yang mengukur dan menilai penerapan prinsip-prinsip pertanian regeneratif.
Jumlah tersebut dipercaya akan terus bertambah seiring dengan tersebarnya kisah sukses para petani terdahulu. Perjalanan ini bukan hanya tentang sertfiikasi, melainkan juga seruan bagi petani swadaya untuk menjadi petani karbon, sejalan dengan tujuan keberlanjutan yang lebih luas di bidang pertanian.
ADVERTISEMENT
Billy M Hasbi, Head of Programme Operations Solidaridad Indonesia, mengatakan,
Kisah transformatif dari Kalimantan Barat ini adalah tentang bagaimana pertanian regeneratif membuka jalan menuju masa depan yang tahan iklim dan berkelanjutan.