Hubungan dengan Rusia Memanas, Inggris Ancam Boikot Piala Dunia

14 Maret 2018 1:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timnas Inggris dalam sebuah sesi latihan. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Inggris dalam sebuah sesi latihan. (Foto: Reuters/Carl Recine)
ADVERTISEMENT
Sepak bola dan politik adalah dua hal yang berbeda. Namun dalam suatu waktu, politik bisa saja menunggangi sepak bola, baik itu tersirat naupun tersurat. Ini yang terjadi dalam hubungan Inggris dan Rusia. Hubungan mereka yang memanas memengaruhi kesiapan Tim Nasional (Timnas) Inggris menjelang Piala Dunia 2018.
ADVERTISEMENT
Inggris adalah satu dari 32 negara yang sudah memastikan tempat di putaran final Piala Dunia 2018. Skuat The Three Lions bahkan sudah memilih base camp mereka di Rusia untuk Juni-Juli. Inggris memilih Repino, salah satu wilayah yang masuk area kota St. Petersburg. Kota sepi yang menimbulkan kritikan dari media Inggris.
Selayaknya tim-tim lain yang juga lolos ke Piala Dunia, Inggris mulai melakukan beberapa persiapan agar dapat tampil apik di ajang empat tahunan tersebut. Namun, di tengah masa persiapan tersebut, Inggris justru terancam akan memboikot Rusia sebagai tuan rumah Piala Dunia.
Ancaman boikot yang dikeluarkan oleh Inggris ini muncul setelah kejadian Sergei Skripal, mantan mata-mata Rusia yang membelot, diracuni di sebuah pusat perbelanjaan di daerah Wiltshire, Inggris. Dia diracuni bersama dengan anaknya, Yulia.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Hubungan Luar negeri Inggris, Boris Johnson, menyatakan bahwa seiring kejadian peracunan terhadap Johnson, Timnas Inggris akan mendapatkan pengamanan ketat. Terlebih lagi, Perdana Menteri Theresa May menyebut keterkaitan Rusia dengan kematian Skripal ini cukup kuat.
"Usaha pembunuhan ini, menggunakan sebuah senjata kimia di wilayah Inggris, bukan hanya aksi kriminal terhadap Skripal saja. Aksi ini merupakan aksi yang mengancam Inggris, tepatnya Inggris Raya, dan warga-warga tidak bersalah yang ada di dalamnya. Kami tidak menoleransi aksi seperti ini di tanah Inggris Raya," ujar May seperti dilansir oleh The Guardian.
Merespons ucapan dari May dan Johnson tersebut, pihak Kementrian Luar Negeri Rusia menyebut bahwa ancaman boikot yang dikeluarkan oleh pihak Inggris merupakan sebuah rasa iri. Dalam proses bidding Piala Dunia 2018, Inggris memang kalah dari Rusia.
ADVERTISEMENT
"Pihak-pihak yang mengeluarkan boikot ini tidak hanya dari Pemerintah Inggris saja, tetapi juga dari para jurnalis. Kasus Skripal ini digunakan oleh para politikus di Inggris untuk menyebut keterlibatan Rusia dalam aksi negatif, sehingga ada alasan untuk melancarkan boikot," ujar pernyataan resmi Kemenlu Rusia seperti dikutip dari ESPNFC.
"Kami memang sudah paham bahwa jelang Piala Dunia, media-media Eropa Barat akan menyerang kami dan menyelidiki kami. Inggris adalah salah satu negara yang aktif mengkritik, bisa jadi karena mereka gagal jadi tuan rumah Piala Dunia 2018. Namun mereka perlu ingat, kami memenangi bidding dengan jujur," demikian pernyataan itu.
Adapun, Wakil Presiden Russian Football Union, Nikita Simonyan, mengaku tidak masalah dengan ancaman boikot Inggris. Pada intinya, Piala Dunia diyakini akan tetap ramai tanpa keikutsertaan Timnas Inggris.
ADVERTISEMENT
"Beberapa waktu lalu mereka (Inggris) menyebut bahwa politik harus ditendang dari sepak bola, tetapi lihat apa yang terjadi. Tidak masalah jika kelak mereka tidak ikut Piala Dunia, karena tempat mereka akan ditempati oleh negara lain yang juga punya kesempatan," tutur Nikita.
Mantan anggota Komite Eksekutif FA, David Davies, juga tidak setuju dengan sikap dari Pemerintah Inggris. Selain tidak didukung oleh dunia internasional, dia juga menganggap bahwa FA tetap akan mendukung Rusia dalam penyelenggaraan Piala Dunia karena sudah menunjukkan keseriusannya.
"Saya kira ide untuk menarik tim (Timnas Inggris) dari Piala Dunia saat ini tidak masuk pertimbangan FA. Namun seiring dengan berjalannya waktu, keputusan itu bisa saja berubah," ujar Davies seperti dilansir oleh BBC.
ADVERTISEMENT
Memang politik dan sepak bola adalah dua hal yang terpisah. Namun, pada kenyataannya, sepak bola dan politik masih menjadi dua hal yang bisa dikait-kaitkan. Kepentingan politik (masih) mendompleng sepak bola.