Dakwah Wayang Kulit Sunan Kalijaga

24 Januari 2017 17:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Wayang Kulit di Museum Wayang Indonesia (Foto: Fahrian Saleh/kumparan)
Siapa tak kenal Sunan Kalijaga? Kalau di era 90'an film wali songo mungkin masih kerap diputar. Sosok Sunan Kalijaga ini yang bertapa di pinggir kali dengan tongkat tertancap di depannya. Sunan Kalijaga berdasarkan cerita di film itu tengah dididik Sunan Bonang.
ADVERTISEMENT
Kisah Sunan Kalijaga ini amat populer dan begitu mengakar di kalangan masyarakat di Jawa. Beberapa tembang dalam bahasa Jawa juga disebut diciptakan Sunan Kalijaga, misalnya 'lir ilir'.
Sunan Kalijaga atau Raden Said merupakan putra Bupati Tuban. Dia dikenal dengan dakwah Islam melalui kesenian yang menyentuh masyarakat. Salah satunya wayang kulit.
Jadi ketika islam dan wayang kulit dipertentangkan, seperti yang muncul di media sosial akhir-akhir ini menarik untuk dilihat benang merahnya. Islam di Indonesia tak pernah memusuhi wayang kulit, bahkan menjadikannya sarana dakwah.
Wayang Kulit di Museum Wayang Indonesia (Foto: Fahrian Saleh/kumparan)
Yang terkini salah satunya Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai Islam ini bahkan gencar menyelenggarakan pagelaran wayang kulit. Menurut Kepala Humas DPP PKS Dedi Supriadi saat berbincang dengan kumparan, wayang kulit menjadi media efektif guna merangkul masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Mengikuti langkah para ulama yang kita kenal sebagai Wali Songo. Mereka gunakan wayang kulit sebagai sarana dakwah kepada masyarakat Indonesia. Ini efektif paling tidak untuk meyakinkan kita semua bahwa wayang adalah budaya asli bangsa kita yang mesti dilestarikan," ujar Dedi.
PKS belajar dari Wali Songo, dan memang berdasarkan peneliti Belanda, Kees Van Dijk dalam artikelnya, 'Dakwah dan Budaya Asli' disebutkan, kepopuleran wayang menjadi sarana bagi penyebaran Islam di Jawa. Van Dijk menyebutkan dalam upacara pembukaan Masjid Demak, Sunan Kalijaga diberi kesempatan untuk mendalang pertama kali. Dalam perayaan Maulid, pementasan wayang kulit berlangsung di alun-alun masjid. 
Wayang kulit tak sekedar cerita dan legenda, tapi bagian dari sejarah masyarakat Indonesia dan juga kebangkitan Islam. Walau mungkin sekarang ini sebagian anak muda lebih suka musik modern atau boy band, mereka pasti tahu dengan yang namanya wayang kulit.
ADVERTISEMENT
Wayang Golek di Museum Wayang Indonesia (Foto: Fahrian Saleh/kumparan)
kumparan menyambangi Museum Wayang di kawasan Kota, Jakarta Barat. Di sana, pemandu bernama Didi Cahyono ramah menyapa. Tapi dia meminta waktu sebentar karena ada tamu yang meminta ditemani. Setelah beberapa saat menunggu, Didi akhirnya berbagi kisah mengenai wayang kulit.
"Wayang Itu kalau tidak salah sejak tahun 500 dan 600, di museum sini saja wayang tertua itu 1870 wayang Kyai Intan punya Bapak Polim, orang Tionghoa. Dia seorang saudagar, wayangnya ditaburi intan," beber Didi.
Wayang sudah dikenal lama di India dan China. Kemungkinan besar, wayang di Indonesia banyak dipengaruhi budaya India. Ya karena memang saat itu masyarakat Indonesia memeluk Hindu.
Lalu bagaimana menurut Didi tentang wayang kulit dan Islam?
ADVERTISEMENT
"Kalau yang terkenal itu Sunan Kalijaga, dia seperti mengkreasikan wayang dalam cerita Ramayana dan Mahabrata ikutnya untuk dakwah di agama Islam. Tapi wayang purwa ini dulu ditumpangi wali untuk dakwah misalkan dia pinjam karakter untuk mengkarakterkan siapa begitu," tuturnya.
Islam dan wayang kulit punya cerita panjang. Jadi memang amat sangat tak mungkin mempertentangkan wayang kulit dengan Islam.
Ketua Komisi Dakwah MUI, Cholil Nafis (Foto: Twitter @cholilnafis)
"Wayang kulit itu kan sarana hiburan dan bahkan bisa untuk edukasi dan dakwah. Tak ada yang salah dan tak ada yang bertentangan dengan Islam dalam wayang kulit asalkan isi ceritanya hal yanng baik dan positif," beber Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat KH Cholil Nafis saat dimintai pendapat.