Wayang Kulit di Mata PKS

29 Januari 2017 6:43 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Pagelaran Wayang di markas PKS. (Foto: Mustaqim Amna/kumparan)
Sekitar sepekan yang lalu beredar spanduk penolakan memutar aksi wayang di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat karena disebut tidak sesuai syariat Islam. Tak jelas siapa yang memasang, keesokan harinya spanduk itu lenyap. Tidak diketahui juga siapa yang mencopotnya.
ADVERTISEMENT
Malam tadi, Sabtu (28/1), wayang dengan lakon 'Semar Mbangun Kahyangan' digelar PKS di kantornya, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, dengan dalang Sri Kuncoro. Pertunjukan wayang yang dimulai dari pukul 20.40 WIB tersebut banyak dihadiri warga, kader hingga tokoh PKS. Beberapa tokoh PKS yang hadir seperti Hidayat Nur Wahid (HNW), Sohibul Iman, Anis Matta.
Disela-sela pertunjukan, kumparan menemui Hidayat untuk berbincang santai sambil menyaksikan lakon wayang. HNW juga menanggapi isu pelarangan pementasan wayang karena bertentangan dengan syariat Islam. Menurut mantan Presiden PKS ini, wayang justru pemersatu agama dan budaya.
"Saya orang Jawa dan berasal dari keluarga yang suka dengan wayang. Kemudian saya juga suka nonton wayang serta mempelajari sejarah wayang. Dan dari situ saya dapat informasi bahwa wayang yang ada di Indonesia, sumbernya bukan hanya dari kitab Mahabaratha tapi juga dari kreasi para Wali Songo," ujar Wakil Ketua MPR tersebut kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Ia melanjutkan, saat menyebarkan agama Islam di Indonesia, para Wali Songo menggunakan sarana wayang. Mereka juga menghadirkan tokoh-tokoh seperti Semar, Gareng, Petruk dan Bagong sebagai tokoh baru yang tidak ada di dalam Kitab Mahabaratha.
"Tapi banyak juga cerita-cerita wayang seperti Semar Mbangun Kahyangan ini pun adalah kreasi dari para Wali. Jadi wayang itu, saat ini kebanyakan kreasi oleh para Wali Songo di antaranya untuk menjaga budaya lokal agar tetap bisa berlanjut namun diberikan nilai-nilai ke Islaman," ujarnya.
Pementasan wayang di gedung DPP PKS. (Foto: Mustaqim Amna/kumparan)
"Jadi keempat tokoh ini dimunculkan sebagai penambahan dan pengayaan, sekaligus pendalaman nilai, dan para Wali menjadikan keempat tokoh tersebut sangat simbolik dalam dunia perwayangan. Tapi terkait dari keempat tokoh ini sangat jelas makna yang terkandung dari nama-nama mereka," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Nama tokoh Semar, terkandung nilai dari kesejahteraan dan keseriusan sambil membawa hasil, berasal dari kata bahasa arab 'Samir dan Khimar'. Kemudian wayang harus memiliki nilai sosial dan tidak egois. Hal tersebut terkandung dalam nama 'Nan Ghori' Gareng. 
Ada makna dari persahabatan yang terkandung dalam wayang. Untuk itu diperlukan sebuah kondisi yang membuat orang mempunyai komitmen. Hal tersebut terkandung dalam makna makna 'Fathruq"' atau Petruk. Kemudian Bagong, yakni tinggalkan lah segala sesuatu yang menyebabkan pelanggaran hukum, kepada kecurangan, cedera, sekaligus membuat orang lain tidak nyaman.
"Makna keempat tokoh itu kalau digabungkan maka budaya Jawa, budaya Islam itu menyatu kepada prinsip-prinsip pentingnya berkerja keras, bekerja yang cerdas, dan menghasilkan hasil pekerjaan kita, pentingnya mempunyai kawan, meninggalkan segala yang membuat tidak nyaman," k ata Hidayat.
ADVERTISEMENT
Dikaitkan dengan spanduk penolakan wayang kulit karena dianggap bertentangan dengan syariah Islam, menurutnya keliru. Tujuan PKS nanggap wayang ini juga untuk menghapus anggapan miring tersebut.
"Pasti yang menulis tulisan tersebut (di spanduk) tidak tahu dengan sejarah wayang dan belum mengerti dengan islam karena sekali syariah Islam itu menghadirkan hal yang positif dan menganjurkan segala yang konstruktif, itu lah yang dianjurkan para Wali tersebut," ujarnya.
Menurut Hidayat, PKS justru sangat mendorong pelestarian wayang. Nilai-nilai pewayangan sangat penting untuk diambil hikmahnya.
"Jadi kehidupan isinya tidak semata-mata konflik dan intrik, tapi isinya sesuatu yang mempunyai kebudayaan yang tinggi," katanya.
Jualan wayang di dekat markas PKS. (Foto: Mustaqim Amna/kumparan)
Lalu ia menambahkan hal yang perlu diwaspadai adalah adanya kemungkinan intrik-intrik untuk memecah belah kesatuan bangsa, dan sangat mungkin dibuat oleh yang bukan orang islam. Tapi dibuat oleh yang tidak suka jika umat Islam itu menyatu dengan budaya. 
ADVERTISEMENT
"Islam itu bersatu dengan negara, maka dibuatlah kondisi yang saling: mencurigai, dan saling konflik. Tujuan dari dilakukan kegiatan ini adalah mendukang kepedulian, kepemimpinan yang peduli dengan pelestarian, dan kelanjutan dari pada budaya yang kebetulan ada di Indonesia seperti wayang. Dan kita mendapatkan komitmen yang kuat dari pak Anies Baswedan," ujar HNW.
Sebelum mengakhiri pembicaraan mengenai wayang, ia juga menitikberatkan sosok Anies Baswedan, cagub paslon nomor tiga sebagai orang yang tepat meleatarikan dan menyatukan unsur agama dan tradisi jika kelak memimpin Jakarta.
"Sekalipun Anies berlatarbelakang suku Arab, tetapi beliau sudah sangat Indonesia dan bahwa beliau sangat suka dengan wayang. Beliau juga suka ngomong bahasa Jawa karena beliau adalah bagian dari Indonesia yang tak terpisahkan," sambung HNW mengakhiri pembicaraan.
ADVERTISEMENT