Stephen Hawking, Teori Alam Semesta dan 55 Tahun Lawan Penyakit Langka

14 Maret 2018 12:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Stephen Hawking (Foto: REUTERS/Toby Melville)
zoom-in-whitePerbesar
Stephen Hawking (Foto: REUTERS/Toby Melville)
ADVERTISEMENT
Jasa Stephen Hawking untuk dunia sains sangatlah besar. Ia adalah salah satu 'bintang paling terang' dalam dunia sains lewat teori-teorinya seputar kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan radiasi.
ADVERTISEMENT
Hawking dikenal memiliki selera humor yang bagus, beberapa kali ia melempar candanya ketika sedang mengobrol. Selain itu, ia juga adalah salah satu sosok ilmuwan yang selalu ingin memastikan publik dapat mengakses karya-karya ilmiahnya.
Bukunya berjudul 'A Brief History of Time' laris manis dan ia sering hadir dalam sejumlah acara televisi populer untuk memberikan pendapat-pendapatnya seputar situasi dunia saat ini.
Apabila kamu pernah menyaksikan film 'The Theory of Everything' yang dirilis pada 2014 lalu, maka kamu akan mengetahui kisah hidup Hawking yang inspiratif.
Stephen Hawking (Foto: REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Stephen Hawking (Foto: REUTERS)
Pria yang bernama lengkap Stephen William Hawking itu lahir di Oxford, Inggris, pada 8 Januari 1942. Ayahnya, yang seorang ahli riset biologi, pindah bersama ibunya dari London untuk menghindari pengeboman tentara Jerman. Saat itu, dunia sedang bergejolak karena Perang Dunia II.
ADVERTISEMENT
Hawking tumbuh di London dan St. Albans. Sewaktu sekolah dasar, nilai-nilai akademik Hawking tergolong biasa-biasa saja, bahkan buruk. Meski begitu, ia tetap dinilai jenius oleh guru dan temannya, hingga dijuluki "Einstein".
Setelah mendapatkan gelar pertamanya di bidang fisika dari Universitas Oxford pada 1962, ia melanjutkan studinya di Universitas Cambridge di bidang kosmologi. Gelar PhD berhasil ia raih di sana pada 1965.
Penyakit yang Mengubah Hidupnya
Saat masih remaja, Hawking gemar berkuda dan mendayung. Namun, saat ia kuliah di Cambridge, sebuah kabar buruk menimpanya yang mengubah hidupnya setelahnya.
Ia didiagnosis menderita sebuah penyakit saraf langka bernama Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) sejak umur 21 tahun. Dampak penyakit ini sangat besar bagi dirinya. Hawking tidak bisa bergerak maupun berbicara.
ADVERTISEMENT
Saat ia sedang bersiap untuk menikahi istri pertamanya, Jane, pada 1964, dokter memberitahukan usianya tidak akan lebih dari 24 tahun akibat penyakit ini.
Meski terpukul, Hawking tidak menyerah. Ia tetap menikahi Jane dan ternyata penyakitnya bergerak lambat dari yang diperkirakan. Hawking dan Jane dikaruniai tiga anak.
Pernikahan Stephen Hawking dan Jane Hawking. (Foto: Instagram  @elephantjournal)
zoom-in-whitePerbesar
Pernikahan Stephen Hawking dan Jane Hawking. (Foto: Instagram @elephantjournal)
Peringatan dokter itu pun tampak keliru. Nyatanya, ia mampu bertahan hidup hingga umur 76 tahun. Apa yang ia lakukan untuk melawan penyakit yang melumpuhkannya itu sangat inspiratif.
Ia terus berkarya dengan bantuan perangkat teknologi bernama "kursi kehidupan". Alat itu berupa kursi roda yang terintegrasi dengan komputer dan perangkat canggih lain untuk membantunya bergerak dan berkomunikasi.
Stephen Hawking. (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Stephen Hawking. (Foto: Flickr)
Pada 1988, ia menyelesaikan sebuah buku panduan kosmologi berjudul 'A Brief History of Time', yang dilaporkan BBC terjual lebih dari 10 juta kopi saat itu. Lucunya, Hawking merasa bukunya itu bisa disebut juga "buku terpopuler yang tidak pernah dibaca".
ADVERTISEMENT
Dari teori alam semesta hingga menjadi selebritis
Hawking menemukan fenomena yang kemudian disebut radiasi Hawking, di mana lubang hitam mengeluarkan energi yang kemudian memudar dan menghilang. Ia juga dikenal dengan kemampuan luar biasanya dalam memvisualisasikan solusi ilmiah tanpa kalkulasi atau eksperimen.
Tapi di antara hal itu, memang "Theory of Everything" atau "Teori Segalanya" yang berisi tentang bagaimana dunia berevolusi menurut hukum yang jelas, paling menarik perhatian dunia.
"Kumpulan hukum lengkap ini dapat memberikan kita jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana dunia bermula. Ke mana dunia ini akan berjalan dan apakah akan berakhir? Jika iya, bagaimana berakhirnya? Jika kita menemukan jawaban untuk pertanyaan ini, kita benar-benar akan berpikir cara berpikir Tuhan," kata Hawking, dilansir BBC.
Stephen Hawking bersama anak-anak (Foto: AFP/Samantha Sin)
zoom-in-whitePerbesar
Stephen Hawking bersama anak-anak (Foto: AFP/Samantha Sin)
Statusnya dari yang seorang fisikawan pun bertambah menjadi selebritis. Ia pernah hadir di serial 'The Simpsons', yang menampilkan dirinya sedang 'nongkrong' di sebuah bar bersama Homer.
ADVERTISEMENT
Lalu, ia juga pernah tampil dalam sebuah episode di serial komedi BBC berjudul 'Red Dwarf' dan gambar hologramnya di film 'Star Trek: The Next Generation'.
Tak hanya itu saja pengaruh Hawking untuk dunia. Grup band rock legendaris Pink Floyd pun pernah menggunakan suara komputer Hawking dalam lagu 'Keep Talking' di album 'The Division Bell' pada 1994.
Perjuangan melawan penyakit ALS selama 55 tahun
Hebatnya, dalam kondisi tubuhnya yang lumpuh, semangat Hawking untuk memberikan pengetahuan tak pernah luntur. Ia meraih gelar Lucasian Professor of Mathematics di Cambridge dan pada 2001 bukunya yang berjudul 'Universe in a Nutshell' diterbitkan.
Hawking yakin penyakitnya malah memberikan sejumlah keuntungan baginya. Pernyataan ini ia lontarkan sebelum pengakuannya yang mengatakan penyakitnya itu membuatnya sangat bosan untuk hidup.
ADVERTISEMENT
Kondisinya itu membuat Hawking mau tak mau selalu bergantung pada orang lain. Ia sering memberikan penghormatan untuk istrinya, yang merawatnya selama lebih dari 20 tahun, serta teman dan koleganya. Semuanya terkejut ketika melihat Hawking meninggalkan istrinya dan menikahi salah satu susternya bernama Elaine Mason pada 1995.
Pernikahan Stephen Hawking dan Elaine Mason (Foto: AFP/Michael Stephens)
zoom-in-whitePerbesar
Pernikahan Stephen Hawking dan Elaine Mason (Foto: AFP/Michael Stephens)
Pada tahun 2014, film yang mengangkat kisah hidupnya berjudul 'The Theory of Everything' ditayangkan di seluruh dunia. Sosok Hawking diperankan oleh aktor berbakat Eddie Redmayne, yang menemuinya langsung untuk mempelajari bagaimana ia harus berakting dalam film tersebut.
Sebelum akhir hayatnya, Hawking sempat memberikan beberapa pendapat terkait masa depan Bumi. Misalnya yang satu ini.
ADVERTISEMENT
Kini, sang fisikawan inspiratif telah berpulang untuk selamanya di usia 76 tahun. Keluarganya mengumumkan Hawking menghembuskan napas terakhirnya di rumahnya di Cambridge, Inggris.
Ia telah meninggalkan warisan dalam bentuk teori dan inspirasi yang akan kekal dalam ingatan banyak orang di seluruh dunia.
Selamat jalan, Stephen Hawking.
Infografis Profil Stephen Hawking (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Infografis Profil Stephen Hawking (Foto: Bagus Permadi/kumparan)