Mempertanyakan IQ Sebagai Tolok Ukur Kecerdasan Manusia

7 Mei 2017 18:44 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ilustrasi pengukuran IQ (Foto: Thinkstock)
Albert Einstein sang penemu teori relativitas disebut memiliki IQ 160-190. Fisikawan dan Kosmolog Stephan Hawking diberkahi IQ yang diduga mencapai 160. Keduanya menjadi legenda karena menelurkan pemikiran yang berkontibusi terhadap keilmuan dan peradaban.
ADVERTISEMENT
Dalam angapan yang serba biner, orang yang memiliki IQ tinggi seakan lebih pintar dari orang yang ber-IQ rendah. Seakan semua orang mustahil menjadi seorang Einstein ataupun Hawking hanya karena memiliki IQ yang tidak setinggi mereka. Tes IQ seakan menjadi label tersendiri bagi masyarakat.
Sejak pertama kali diperkenalkan pada 1869 oleh Francis Galton, IQ atau Intelligence Quotient menjadi acuan untuk mengukur kecerdasan manusia. Metode ini kemudian menjadi alat utama yang digunakan di dunia pendidikan dan dunia kerja untuk menentukan seberapa cerdas manusia satu dengan lainnya.
Francis Galton (Foto: Wikimedia Commons)
Namun penelitian terakhir menentang norma yang telah mapan di dunia psikologi tentang bagaimana IQ menjadi lambang kecerdasan manusia. IQ hanya mewakili satu sisi fungsi otak manusia. Dikutip dari Independent, kecerdasan manusia terdiri dari tiga pusararan yang berputar di otak kita, bukan semata-mata ketika kita mampu melalui tahapan tes IQ.
ADVERTISEMENT
“Hasil dari penelitian ini menyangkal gagasan bahwa satu tolok ukur kecerdasan, seperti IQ, cukup untuk menggambarkan semua kemampuan kognitif yang sering dijadikan cara untuk melihat satu manusia dengan yang lainnya,” ujar Dr. Roger Highfield, direktur hubungan masyarakat di Science Museum di London.
Penelitian Highfield yang masuk dalam jurnal Neuron menjelaskan bahwa tolok ukur kecerdasan bisa dilihat dari tiga hal yaitu memori jangka pendek, pemikiran, dan kemampuan verbal. Sebuah studi menemukan bahwa ketiga faktor tersebut saling kait mengkait dalam saraf menjadi faktor yang menentukan kecerdasan manusia.
Namun ketiga faktor tersebut tidak serta merta menjadi cara pandang baru dalam membandingkan kecerdasan. Highfield melanjutkan bahwa ia menemukan manusia adalah makhluk yang unik yang kemampuannya tidak bisa saling dibandingkan satu sama lain. “Malahan, masing-masing sirkuit di saraf memiliki kontribusi masing-masing terhadap kecerdasan. Seseorang bisa bagus di salah satu area, tapi orang lain buruk di bagian lainya."
ADVERTISEMENT
Klaim bahwa IQ tidak menentukan kecerdasan kemudian dibuktikan oleh Dr Adrian Owen. Dilansir CBS News, penelitian Owen melibatkan 100 ribu orang yang diharuskan menjawab latar belakang mereka secara jelas sebelum menjawab 12 pertanyaan.
Hasilnya ternyata mampu menggoyangkan konsep IQ. “Data yang saya peroleh berkesimpulan bahwa konsep tentang kecerdasan manusia yang ditentukan oleh IQ -- atau ketika anda memiliki IQ lebih dari saya maka Anda lebih pintar -- hanyalah sebuah mitos,” ungkap Owen.
Peneliti senior di Canada Excellence Research Chair in Cognitive Neuroscience and Imaging tersebut kemudian menjelaskan bahwa menggunakan IQ sebagai tolok ukur dasar tidak bisa dibenarkan begitu saja.
Owen kemudian kembali pada kesimpulan yang sama dengan Highfield bahwa kecerdasan manusia dibentuk oleh tiga komponen yang membuat kita semua adalah manusia yang unik dan tidak bisa dibandingkan satu dengan yang lainnya.
ADVERTISEMENT
Selain kesalahan berfikir yang menganggap IQ sebagai simbol kecerdasan, temuan ini juga ikut meruntuhkan stigma lainnya tentang kecerdasan manusia yang memiliki kaitan dengan sentimen rasial.
“Dari sudut pandang saintifik, gagasan tentang ras dan kecerdasan tidak ada hubungannya. Perbedaan genetis tidak terletak dalam ukuran tradisional seperti warna kulit, tipe rambut, proporsi tubuh, dan kerangka. Tolok ukur semacam itu sama tidak logisnya dengan melihat kecerdasan manusia semata-mata dari IQnya.”
Penelitian yang dilakukan Highfield dan Owen berusaha menghapus anggapan yang dapat menentuka apakah manusia lebih pintar atau lebih bodoh dari yang lainnya. Manusia adalah makhluk unik yang memiliki ciri khas satu dengan lainnya.
Tokoh di Balik Tes IQ (Foto: Bagus Permadi/kumparan)