Dampak COVID-19 sebagai Penyebab Perubahan Tatanan Kebiasaan Hidup Masyarakat

Asyraqal Abi Pradana
Fresh Graduate Digital Public Relations,Telkom University
Konten dari Pengguna
23 Juli 2023 13:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asyraqal Abi Pradana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi hasil tes PCR COVID-19. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hasil tes PCR COVID-19. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Akhir tahun 2019, dunia digemparkan dengan adanya berita mengenai wabah covid-19. Seketika Wuhan menjadi sosok daerah yang menakutkan bagi dunia, akibat wabah yang terbilang baru tercipta dan belum ada antisipasi virus ini.
Global seakan saling perang pemikiran dan menuduh berbagai pihak bekerja sama membuat virus ini akibat dari ada nya perang dagang Blok Barat dan Blok Timur.
Turunlah organisasi yang dianggap netral dalam mengatasi masalah ini, malah justru terdapat kerja sama bisnis dalam mengatasi masalah humanity atau kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya Dunia yang khawatir, khususnya tanah air kita juga sibuk mencari penghilang virus ini. Februari 2020 seakan membuat seluruh kebijakan bagi kaum tertentu dianggap sebagai merugikan mereka.
Mulai dari PSBB seakan mematikan laju perekonomian kita, lalu Instruksi dari Menteri Dalam Negeri (In-Mendagri) Nomor 6 Tahun 2020 tentang Penegakan Protokol Kesehatan untuk Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) menyebabkan
(04/08) Foto di atas merepresentasikan dari kebiasaan new normal. Sumber : Kamera Pribadi Oppo A31 di MRT Bendungan Hilir.
meningkatnya inflasi, tingginya angka pengangguran dan kriminalitas penyebab dengan kondisi tersebut. Sekelompok orang memanfaatkan momentum ini untuk monopoli perdagangan dalam negeri.
Seiring berjalan waktu, terciptalah PPKM yang dianggap program ini longgar berhubungan dengan penurunan kasus covid-19. Dalam dunia perekonomian, seluruh transaksi yang dilakukan secara tunai, sekarang berubah menjadi digital dengan E-wallet kemudian Q-ris yang diciptakan pihak swasta dan negeri.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalan nya waktu. Akhirnya Global saling bahu-membahu dengan tujuan humanity. Tentu itu tidak terlepas dari Sentimen politik dan bisnis dunia.
Negara kita membiasakan masyarakatnya untuk mengadaptasi New Normal yang kita jalanin sekarang ini. Tentunya tidak lepas dengan menerapkan New Normal dari berbagai lini. Lalu adanya vaksinasi sendiri juga seperti Booster untuk melawan covid-19.
ilustrasi PHK. Foto: Shutterstock
Meskipun program itu terlaksana, ternyata memiliki hambatan dalam mensukseskan program ini. Para kaum radikal menganggap vaksin tidak memberikan efek justru hanya menghabiskan anggaran negara saja dan tertuduh sebagai ladang bisnis. Penghambat program ini, kemudian diberikan brainstorming agar mereka tidak miss persepsi.
Solusi ditemukan, perekonomian juga berhasil naik sedikit demi sedikit. Seluruh bidang kembali membuka pekerjaan setelah terjadinya PHK secara dramatis.
ADVERTISEMENT
Masyarakat seperti tidak mempercayai adanya bagian legislatif beserta eksekutif karena justru hanya menguntungkan kaum tertentu. Berbagai sentimen bermunculan seperti monopoli dalam bidang kesehatan, lalu bantuan sosial yang dirampas haknya oleh oknum tidak bertanggung jawab.
Hal itu wajar karena kelompok tersebut persepsi itu bukanlah solusi terbaik justru hanya menguntungkan pihak yang bekerja sama. Mereka seperti tidak dianggap di negara sendiri dan seperti melakukan gerakan radikal.
Kejadian ini memberikan kita tamparan dengan hal kebersihan. Yang dulu tidak disiplin terhadap kebersihan justru kita setiap keluar rumah pasti mandi. Lalu juga akan kedisiplinan yang bisa dibilang cukup kurang di Tanah Air ini. Semoga kita selalu berjuang bersama-sama dalam menuntaskan pandemi ini. Langkah kita tinggal sedikit lagi menurut kehidupan normal yang sebenarnya.
ADVERTISEMENT