Mahasiswa Sebagai Ujung Tombak Dalam Penegakan HAM Melawan Budaya Patriarki

Bahar Prakosa
Mahasiswa Teknik Informatika, Universitas Kristen Satya Wacana
Konten dari Pengguna
21 Mei 2024 9:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bahar Prakosa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sumber: www.freepik.com
Negara Indonesia yang tak lepas dari sorotan akan keragaman budaya dan tradisi, di dalamnya ternyata masih ditemui budaya patriarki. Budaya patriarki memperlihatkan pada pola sosial dengan pandangan bahwa laki-laki menempati kedudukan yang lebih mendominasi dibandingkan perempuan. Hal ini dapat ditinjau dari beberapa budaya di Indonesia yang membagi peran gender dimana laki-laki berkewajiban sebagai tulang punggung atau pencari nafkah yang utama dalam keluarga, sementara perempuan berkewajiban menyelesaikan urusan rumah tangga, seperti mengasuh anak, memasak, dan sebagainya. Dalam keluarga, komunitas dan institusi terkait kekuasaan atau kepemimpinan, laki-laki seringkali menduduki posisi yang lebih penting termasuk dalam pengambilan keputusan lebih diutamakan dibandingkan perempuan. Tidak hanya itu, masih sering ditemui kasus perempuan yang menjadi korban kekerasan, baik kekerasan dalam lingkup rumah tangga sampai dengan kekerasan seksual maupun pelecehan di tempat kerja bahkan di lembaga pendidikan sekalipun.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentunya tidak dapat terus dibiarkan, kita selaku mahasiswa mempunyai peran sebagai ujung tombak dalam penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) melawan budaya patriarki di Indonesia. Mahasiswa dengan kompetensi yang dimiliki dapat mempromosikan kesetaraan gender. Beberapa langkah yang dapat diambil oleh mahasiswa dalam melawan budaya patriarki diantaranya yaitu, melalui pendidikan mahasiswa memperoleh pemahaman mendalam tentang isu-isu gender dan Hak Asasi Manusia (HAM), maka dengan hal itu mahasiswa dapat mengadakan diskusi, seminar, dan pelatihan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender. Mahasiswa dapat berkontribusi dengan melakukan advokasi untuk memperjuangkan kebijakan yang adil dan mendukung hak-hak perempuan baik di lingkungan kampus maupun publik, contohnya seperti menuntut penegakan hukum yang lebih tegas terhadap pelaku kekerasan seksual. Tidak hanya itu, mahasiswa juga bisa menuangkan gagasannya ke dalam bentuk penelitian dan publikasi berdasarkan realita yang terjadi di tengah masyarakat, tentang ketidakesetaraan gender atau dampak yang ditimbulkan dari budaya patriarki yang dibiarkan, dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman publik dan mendorong penerapan kebijakan-kebijakan yang mengutamakan keadilan gender oleh lembaga-lembaga terkait.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, peran mahasiswa sangat penting dalam memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM) melawan budaya patriarki di Indonesia. Dengan pendidikan, advokasi, penelitian dan publikasi, mahasiswa dapat mengupayakan terciptanya masyarakat yang lebih setara dan adil dalam gender. Meskipun bukan hal yang mudah, semangat dan komitmen mahasiswa dapat menjadi tumpuan harapan yang melahirkan perubahan positif akan kesetaraan dan keadilan gender di Indonesia.