Tim Dokter: Choirul Huda Wafat Usai Alami Benturan di Dada dan Rahang

15 Oktober 2017 22:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kiper Persela, Choirul Huda (Foto: Instagram.com/perselafc)
zoom-in-whitePerbesar
Kiper Persela, Choirul Huda (Foto: Instagram.com/perselafc)
ADVERTISEMENT
Kiper Persela Lamongan, Choirul Huda, meninggal dunia pada Minggu (15/10) sore tadi. Huda menghembuskan napas terakhirnya usai mengalami benturan saat tampil membela Persela di laga lanjutan Liga 1 menghadapi Semen Padang di Stadion Surajaya, Lamongan.
ADVERTISEMENT
Kala itu, di pengujung babak pertama laga, kemelut terjadi di depan gawang Persela. Bola liar menjadi rebutan antara pemain Semen Padang, Marcel Silva Sacrmento, dan pemain belakang Persela, Ramon Rodrigues. Tapi merasa bola bisa diamankannya, Huda keluar dari gawang dan mencoba memotong bola.
Nahas, saat memotong bola, dia berbenturan dengan Ramos. Benturan terjadi cukup keras dan setelah itu, Huda langsung mengerang kesakitan. Tak lama, petugas medis langsung masuk ke dalam lapangan, mencoba melakukan penyelamatan pertama. Huda diberi alat bantu pernapasan dan kemudian diangkut ke rumah sakit dengan mobil ambulans.
Sayangnya, segala percobaan penyelamatan itu gagal. Choirul Huda harus berpulang. Dia meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soegiri, Lamongan, pada pukul 16:45. Kendati langsung di masukan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD), dia tidak tertolong.
ADVERTISEMENT
Yudistiro Andri Nugroho, dokter spesialis anestesi yang menangani Huda, menyatakan kalau kiper andalan Persela itu meninggal dunia karena mengalami trauma usai mengalami benturan di dada dan rahang. Benturan itu menyebabkan dia mengalami henti napas dan henti jantung sebelum akhirnya wafat.
“Choirul Huda mengalami trauma benturan dengan sesama pemain, sehingga terjadi apa yang kita sebut henti napas dan henti jantung. Oleh teman-teman medis di Stadion sudah dilakukan penanganan pembebasan jalan napas dengan bantuan napas. Kemudian dirujuk ke UGD RSUD dr Soegiri. Di ambulance juga ditangani secara medis untuk bantuan napas maupun untuk penanganan henti jantung," ujar Yudistiro.
"Sesampainya di UGD segera ditangani. Kita lakukan pemasangan alat bantu napas yang sifatnya permanen. Kita lakukan inkubasi dengan memasang alat semacam pipa napas. Itu yang menjamin oksigen bisa 100 persen masuk ke paru-paru. Dengan itu kita harapkan kita melakukan pompa otak sama jantung."
ADVERTISEMENT
"Sempat ada respons dari Choirul Huda dengan adanya gambaran kulit memerah, tetapi kondisnya tetap semakin menurun. Pompa jantung dan otak itu dilakukan selama 1 jam tidak ada respons. Tidak ada reflek tanda-tanda kehidupan normal. Kemudian kita menyatakan meninggal pada pukul 16.45. Kita sudah mati-matian untuk mengembalikan fungsi vital tubuh Choirul Huda."
“Sesuai analisa awal benturan ada di dada dan rahang bawah. Ada kemungkinan trauma dada, trauma kepala dan trauma leher. Di dalam tulang leher itu ada sumsum tulang yang menghubungkan batang otak. Di batang otak itu ada pusat-pusat semua organ vital, pusat denyut jantung dan napas."
"Mungkin itu yang menyebabkan Choirul Huda henti jantung dan henti napas. Itu analisis awal kami, karena tim kami gak sempat melakukan scaning, karena Mas Huda tidak layak transport dengan kondisi kritis seperti itu. Kita tidak bisa mengkondisikan untuk dibawa ke Radiologi. Kita lebih menangani kondisi awal," jelas Yudistiro.
ADVERTISEMENT