Filsafat: Teori Filsafat Parmenides

EUNIKE LAURA BR SIMANJUNTAK
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
1 Mei 2024 9:52 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari EUNIKE LAURA BR SIMANJUNTAK tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Secara umum, tentu setiap orang tidak asing lagi dengan istilah filsafat. Mungkin banyak orang yang menyukai hal-hal yang membahas tentang filsafat. Sebelum itu, kita harus mengetahui definisi dari filsafat itu sendiri. Filsafat merupakan pemikiran tentang sesuatu yang umum, proses berpikir untuk mencari kebenaran mendasar yang dapat diterima oleh akal. Orang yang mempelajari filsafat disebut "filsuf". Filsafat sudah ada sejak zaman Yunani Kuno dan banyak tokoh yang membahasnya. Oleh karena itu, kita akan membahas mengenai salah satu tokoh filsafat. Siapakah dia? Dan apa teori yang dimilikinya?
Ilustrasi tokoh Parmenides. canva.co
Parmenides merupakan keturunan lonia, lahir pada tahun 540 SM di Elea (disebut Velia di zaman Romawi), sebuah kota yang terletak di Magna Graecia, pemukiman Yunani di sepanjang pantai Tyrrhenian di Semenanjung Appenine, tepat di sebelah selatan Teluk Salerno, yang sekarang terletak di kotamadya (komune) modern Ascea, Italia.
ADVERTISEMENT
Tradisi kuno menyatakan bahwa Parmenides hanya menghasilkan satu karya tertulis, yang konon diberi judul On Nature. Ini adalah puisi metafisik dan kosmologis dalam media epik tradisional syair heksameter. Dalam puisi yang berjudul On Nature berisikan mengenai konsep tentang keberadaan yang sejati, yang dijelaskan sebagai entitas tunggal, abadi, tak terbatas, dan tidak berubah, yang disebut apa adanya atau realitas sejati. Puisi ini menjelaskan esensi dari realitas yang konstan dan tak tergoyahkan, serta memusatkan pentingnya memahami kebenaran yang bersifat tetap dan abadi. Pembahasan dari puisi Parmenides juga mencakup perbandingan yang berhubungan dengan pendapat manusia yang tidak dapat dipercaya dengan realitas sejati, serta menekankan betapa pentingnya mengikuti jalan kebenaran untuk mencapai suatu pemahaman yang benar tentang keberadaan yang sejati.
ADVERTISEMENT
Puisi ini menyoroti kontras antara realitas sejati yang konstan dengan cara pandang manusia yang terbatas dan juga mudah berubah-ubah. Selain itu, dalam puisinya juga membahas tentang suatu hal yang menjadi pusat manusia mengenai akal budi dan penalaran dalam memahami realitas sejati, serta menekankan bahwa pemahaman yang benar hanya dapat diperoleh dengan melalui proses pemikiran yang kritis dan rasional.
Ilustrasi filsafat. canva.com
Puisi yang menekankan tentang konsep “Jalan Kebenaran” atau “Jalan kebenaran yang tunggal” merupakan salah satu aspek sentral dalam pemikiran Parmenides. Menurut Parmenides, jalan kebenaran adalah suatu jalan yang dapat membawa seseorang kepada pemahaman yang benar tentang realitas sejati atau “Apa Adanya”. Jalan ini mengarah pada pengetahuan yang memiliki sifat tetap, abadi, dan tak tergoyahkan.
ADVERTISEMENT
Namun, Parmenides juga membahas teori yang masih berkesinambungan dengan puisi yang dibahasnya, yaitu teori monisme ketat. Teori ini menyatakan bahwa hanya ada satu entitas yang abadi dan tak terbatas, yang disebut “Apa Adanya” atau “realitas sejati”. Ia menolak gagasan bahwa sesuatu bisa muncul dari ketiadaan atau dari sesuatu yang tidak terbatas, untuk menegaskan bahwa keberadaan adalah satu kesatuan yang tidak berubah. Parmenides memandang “Yang ada” sebagai satu entitas tunggal yang memiliki sifat konsisten dan tidak berubah.
Untuk dapat memahami konsep pemikiran Parmenides dengan mudah, bisa menggunakan analogi sebuah batu. Dengan membayangkan bahwa sebuah batu tersebut melambangkan Apa Adanya atau realitas sejati menurut Parmenides. Batu ini adalah satu entitas tunggal yang tetap, tidak berubah, dan abadi. Jika melihat batu tersebut sebagai representasi dari keberadaannya yang konstan dan tidak terbatas, maka dapat lebih mudah memahami konsep monisme ketat yang dipertahankan oleh Parmenides. Melalui analogi ini, dapat dilihat bahwa batu sebagai satu kesatuan yang tidak berubah, tidak dapat muncul dari ketiadaan, dan tidak dapat berubah menjadi sesuatu yang berbeda. Hal ini mencerminkan pandangan Parmenides tentang realitas sebagai entitas tunggal yang konsisten dan abadi.
Ilustrasi berpikir ilmiah. canva.com
Kesimpulan dari pemikiran Parmenides adalah bahwa ia memperjuangkan teori monisme ketat yang menegaskan hanya ada satu entitas yang abadi dan tidak terbatas, yang disebut Apa Adanya atau realitas sejati. Parmenides menolak gagasan bahwa sesuatu bisa muncul dari ketiadaan atau dari sesuatu yang tak terbatas, serta menegaskan bahwa keberadaan adalah satu kesatuan yang tidak berubah. Ia memandang sebagai satu entitas tunggal yang konsisten dan tidak berubah, menegaskan bahwa pluralitas dan perubahan adalah ilusi.
ADVERTISEMENT
Referensi