BI Rate Naik, Likuiditas hingga Kredit Perbankan Dipastikan Terjaga

29 April 2024 8:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi uang rupiah. Foto: Aditia Noviansyah
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang rupiah. Foto: Aditia Noviansyah
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank Indonesia (BI) buka suara soal Bank BUMN yang menurunkan pertumbuhan kredit imbas kenaikan suku bunga BI atau BI Rate menjadi 6,25 persen. Padahal, likuiditas perbankan masih memadai.
ADVERTISEMENT
Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Nugroho Joko Prastowo mengatakan likuiditas perbankan secara nasional masih memadai tercermin dari Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK).
Joko mengungkapkan permasalahan likuiditas bank yang ketat merupakan permasalahan dari individual bank itu sendiri.
“Istilahnya bukan masalah industri perbankan, tapi beberapa individual bank, jadi ini bisa dilihat dari AL/DPK perbankan itu sangat tinggi masih 27 persen,” kata Joko dalam acara Perkembangan Ekonomi Terkini dan Respons Bauran Kebijakan di Samosir, Minggu (29/4).
Joko melanjutkan, pada saat COVID-19 perbankan tidak menyalurkan kredit dan menyimpan dananya ke berbagai instrumen. Salah satunya surat berharga negara (SBN) yang sebenarnya bisa dicairkan.
Namun, dalam manajemen beberapa bank jika membeli SBN dalam jumlah yang banyak, bank tidak akan menjual seluruh instrumen yang berimbas pada likuiditas ketat.
ADVERTISEMENT
“Kalau belinya itu semua SBN sebagian besar dan kemudian gak bisa dijual semua portofolio investasi, sehingga ketika menyalurkan kredit, kreditnya harus mengandalkan DPK,” ungkapnya.
BI kembali memperluas sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) sebesar Rp 81 Triliun triliun mulai Juni 2024. Sehingga total insentif menjadi Rp 246 triliun.
Selanjutnya, sejalan dengan pertumbuhan kredit yang terus meningkat, tambahan likuiditas dari KLM diprakirakan dapat mencapai Rp 115 triliun pada akhir tahun 2024, sehingga total insentif yang diberikan menjadi Rp 280 triliun.
Sebelumnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) atau BTN menurunkan target pertumbuhan kredit jadi 10-11 persen di tahun ini.
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan kinerja keuangan perseroan juga cukup baik selama Januari-Maret 2024, dengan kenaikan laba bersih 7,4 persen (yoy) menjadi Rp 860 miliar dan kenaikan fee based income 15 persen (yoy) menjadi Rp 1 triliun.
ADVERTISEMENT
"Saya malah agak berusaha sekarang mau turunin pertumbuhan kredit yang 14 persen ini, supaya kembali di 10-11 persen karena antisipasi likuiditas yang mungkin belakangan akan menjadi lebih mahal, karena naiknya BI rate," ungkapnya saat konferensi pers, Kamis (25/4).
Nixon melanjutkan, kenaikan BI rate ini menyebabkan kompetisi bunga akan jauh lebih menantang, sehingga BTN tidak akan terlalu ambisius menggelontorkan kredit yang mayoritas menyasar sektor perumahan alias KPR.