Luhut Sebut BBM Pertalite Dicampur Etanol Bakal Tetap Disubsidi
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Luhut menjelaskan, kebijakan ini seiring dengan pembentukan Satuan Tugas (Satgas ) Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol yang akan mengelola 2 juta hektare lahan tebu di Merauke, Papua Selatan.
"(Etanol dicampur Pertalite) harus dilaksanakan, harus pakai jagung, atau pakai tebu, atau pakai seaweed, tadi banyak pilihan kita, karena kan lagi dikembangkan gula di Papua kita kan punya 2 juta hektare," jelasnya saat ditemui di JW Marriott Jakarta, Jumat (3/5).
Luhut menuturkan, pembahasan bioetanol sebagai bahan bakar ini digenjot untuk mengendalikan emisi karbon yang menjadi penyebab polusi. Menurutnya, bioetanol adalah solusi paling cepat.
Saat ditanya apakah bioetanol ini akan menjadi barang bersubsidi maupun dikompensasi, Luhut menyebut pemerintah masih menghitung potensi tersebut.
"Tetap subsidi, lagi kita hitung supaya nanti kita ini targetnya yang kita subsidi orang yang pantas disubsidi," tutur Luhut.
ADVERTISEMENT
Saat acara Jakarta Futures Forum hari ini, Luhut menegaskan pemerintah tengah menggagas kebijakan untuk mengganti BBM yang mengandung sulfur tinggi, di atas 500 ppm, menjadi di bawah 50 ppm.
Adapun BBM Pertalite dengan kadar oktan (RON) 90 memiliki kandungan sulfur berkisar 880 ppm. Sementara BBM yang kandungan sulfurnya di bawah 50 ppm adalah BBM dengan RON 98.
"Kita akan segera mengeluarkan kebijakan seperti mengganti energinya dengan menggunakan etanol, dan juga dengan sulfur yang rendah. Hari ini 500 sulfur, kita mungkin akan turun menjadi 50 sulfur. Ini menurut saya target yang akan kita bidik, dalam waktu satu tahun kita akan bisa mencapainya," ujarnya.