Tak Hanya China, RI Ajak Singapura-India Kerja Sama Garap Hilirisasi Rumput Laut

24 April 2024 14:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja memanen rumput laut jenis Glacilaria Sp di areal tambak desa Brondong, Indramayu, Jawa Barat, Minggu (13/9/2020). Foto: Dedhez Anggara/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja memanen rumput laut jenis Glacilaria Sp di areal tambak desa Brondong, Indramayu, Jawa Barat, Minggu (13/9/2020). Foto: Dedhez Anggara/Antara Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengatakan Indonesia tidak hanya bekerja sama dengan China untuk menggarap hilirisasi rumput laut, tapi juga dengan Singapura dan India.
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves, Jodi Mahardi, menuturkan program ini sudah dikembangkan di Lombok Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, hingga Maluku.
"Kita undang juga Pak Menko (Luhut Binsar Pandjaitan) bicara dengan Menlu Singapura, PM Singapura, kita ajak investor untuk masuk, bangun investasi di hilirisasi rumput laut," ujar Jodi saat ditemui di kantornya, Rabu (24/4).
Jodi menyebutkan, pihaknya juga sudah mengirimkan tim ke India untuk belajar teknologi hilirisasi rumput laut. Menurutnya, rumput laut banyak kegunaannya mulai dari kosmetik hingga agar-agar.
"Kita juga belajar dari India, sudah kirim tim ke sana. Industri rumput laut di India sudah cukup advance dan sudah ada beberapa investor yang tertarik untuk pengembangan rumput laut," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Dia menuturkan, rumput laut merupakan komoditas yang masa panennya cepat. Dengan begitu, program hilirisasi ini juga bisa membantu nelayan bisa melakukan budidaya rumput laut sambil menunggu hasil panen lobster.
"Jadi semacam pendapatan menunggu beberapa produk utama lain yang mereka bisa panen, jadi untuk mendukung nelayan mereka juga," tutur Jodi.
Jodi mengungkapkan sudah ada nilai investasi yang tercapai dengan para investor untuk hilirisasi rumput laut ini, namun dia enggan membeberkan nilainya.
"Sebenarnya (nilai investasi) sudah dilaksanakan oleh Deputi 2, saya kurang detail angkanya harus dicek ke Deputi Sumber Daya Maritim," pungkasnya.
Seorang pekerja menjemur hasil panen rumput laut di Desa Tadui, Mamuju, Sulawesi Barat, Rabu (19/8/2020). Foto: Akbar Tado/Antara Foto
Sebelumnya, Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia akan meningkatkan produksi rumput laut (seaweed) seluas 2,5 juta hektare, bekerja sama dengan China.
ADVERTISEMENT
Melalui unggahan Instagram pribadinya, @luhut.pandjaitan, Luhut menyebut kerja sama produksi rumput laut adalah salah satu hasil pertemuan ke-4 High-Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) Indonesia dengan China.
Budidaya rumput laut ini, kata Luhut, bisa dikembangkan mengingat 60 persen penduduk Indonesia tinggal di pesisir. Dengan begitu, Indonesia bisa menjadi produsen rumput laut terbesar di dunia.
Seaweed ini akan kita coba secara bertahap mengalokasikan 2,5 juta hektare lahan seaweed untuk memproduksi tadi apa yang saya sebutkan," ungkapnya, dikutip Senin (22/4).
Berdasarkan diskusinya bersama Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, Luhut mengatakan pengelolaan lahan rumput laut di Indonesia ini akan secara bertahap mulai dari 100 ribu hektare.
"Tadi malam dengan Pak Wang Yi, saya sambil makan sudah beritahu beliau kenapa kita tidak mulai dengan 100 ribu hektare dan beliau sudah minta untuk di-follow up dan kita akan follow up," kata Luhut.
ADVERTISEMENT