Papua Nugini Darurat Nasional: Jalanan Sepi seperti 'New Normal' Pandemi

12 Januari 2024 11:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orang-orang membersihkan puing-puing di depan bangunan yang rusak akibat kerusuhan di Port Moresby, Papua Nugini. Foto: Tol Darrell / AFPTV / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Orang-orang membersihkan puing-puing di depan bangunan yang rusak akibat kerusuhan di Port Moresby, Papua Nugini. Foto: Tol Darrell / AFPTV / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sehari setelah Perdana Menteri James Marape mengumumkan darurat nasional, suasana di Ibu Kota Papua Nugini, Port Moresby, terpantau sunyi dan sepi layaknya kembali ke era new normal di masa pandemi.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, aparat kepolisian — yang beberapa di antaranya mogok kerja sehinggu memicu kerusuhan di awal pekan ini, kembali bertugas dan berjaga di jalanan Port Moresby pada Jumat (12/1) pagi.
Sehari sebelumnya, Marape telah memerintahkan lebih dari 10 ribu tentara untuk berjaga di Port Moresby sebagai bentuk antisipasi jika kerusuhan kembali terjadi.
Kini, ribuan warga yang semula turun ke jalanan ibu kota, membakar mobil polisi atau fasilitas publik, hingga menjarah pertokoan di sana — tidak terlihat.
Namun, antrean panjang terlihat di sejumlah pom bensin yang sudah berani beroperasi. Hingga berita ini dirilis, dilaporkan masih banyak toko-toko dan pom bensin yang masih ditutup karena khawatir.
Salah seorang karyawan di Rumah Sakit Umum Port Moresby bernama Eddie Allo memberanikan diri untuk kembali bekerja seperti biasa dan menggunakan transportasi umum.
ADVERTISEMENT
"Sebagian besar kendaraan di jalan adalah milik pemerintah dan banyak orang kekurangan bahan bakar karena pompa bensin telah ditutup," ujar Allo.
Orang-orang menjarah barang-barang di toko-toko di tengah kerusuhan di Port Moresby pada 10 Januari 2024. Foto: AFP/STR
Saat dihubungi melalui telepon, Allo mengungkapkan aktivitas warga seolah terhenti sejak kerusuhan terjadi. "Semuanya terhenti sekarang — tidak banyak orang yang berada di jalan dan polisi serta tentara berpatroli di sekitar area dengan berjalan kaki. Tidak ada penjarahan yang terjadi," sambung dia.
Di sisi lain, salah seorang pejabat medis di layanan tanggap darurat St John Ambulance bernama Matt Cannon mengatakan, suasana sunyi di Port Moresby saat ini mengingatkannya pada era new normal ketika pandemi COVID-19 menerjang.
"Kota ini telah kembali ke new normal pada Jumat pagi, dengan polisi dan tentara di jalan-jalan dan antrean panjang di pom bensin," ujar Cannon.
ADVERTISEMENT
"Kami berharap supermarket yang berfungsi akan dibuka kembali hari ini dan saya dengar mereka telah meningkatkan keamanan untuk melayani orang-orang yang berpotensi datang dalam jumlah besar," imbuhnya.
Ilustrasi Polisi Papua Nugini. Foto: AFP/NESS KERTON
Adapun kerusuhan di Papua Nugini terjadi menyusul kekecewaan aparat kepolisian dan ASN pertahanan usai mengetahui gaji mereka dipotong tanpa penjelasan langsung.
Marape berargumen, situasi itu terjadi akibat 'kesalahan administratif' oleh pejabat yang mengurusi gaji pegawai.
Meski Marape telah berjanji akan berusaha memperbaiki kesalahan ini segera mungkin tetapi warga tampaknya tidak menghiraukan hal tersebut dan tetap mengamuk di jalanan. Polisi yang semula sebatas melakukan mogok kerja kemudian tergabung dalam kerusuhan yang disebut pihak berwenang telah diprovokasi oknum-oknum tertentu.
Massa bahkan mencoba menerobos gerbang kantor perdana menteri serta membakar mobil polisi dan pos penjagaan. Imbasnya, sebanyak 15 orang dilaporkan tewas akibat kerusuhan di negara Pasifik itu.
ADVERTISEMENT