Aneh! Mayat Manusia di Kolombia Terawetkan Secara Alami, Peneliti Bingung

3 Mei 2024 10:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Clovisnerys Bejarano mengunjungi ibunya Saturnina Torres, yang meninggal pada tahun 1993 dan digali pada tahun 2001. Foto: Raul Arboleda/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Clovisnerys Bejarano mengunjungi ibunya Saturnina Torres, yang meninggal pada tahun 1993 dan digali pada tahun 2001. Foto: Raul Arboleda/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di sebuah kota kecil di pegunungan Andes, Kolombia, Clovisnerys, Bejarano berlutut di depan kotak kaca berisi mayat ibunya yang membatu, meninggal 30 tahun lalu tapi tidak membusuk.
ADVERTISEMENT
Mayat itu bernama Saturnina Torres de Bajarona. Dia mengenakan gaun bermotif mawar dan kaos wol hijau yang sama seperti saat ia dikebumikan, menggenggam anyelir merah di tangannya yang terawat dengan baik.
Mayat Torres saat ini disimpan di sebuah museum, dipajang dengan 13 jenazah lain dari San Bernardo yang juga tidak membusuk secara misterius.
“Dia masih memiliki wajah kecil berwarna coklat, bulat, dengan rambut dikepang,” kata Bejarano (63) kepada AFP. “Jika Tuhan ingin mengawetkannya… itu pasti ada alasannya.”
Torres dimakamkan di lemari besi di pemakaman kota San Bernardo, Kolombia, pada 1993. Saat digali pada 2001–dilakukan untuk menyimpan jenazah baru– kerabatnya menemukan bahwa tubuh Torres masih utuh, termasuk rambut, kuku, dan sebagian besar jaringan tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Faktanya, mayat-mayat yang dikubur di sana sebagian besar juga mengalami hal serupa: terawetkan secara alami. Bahkan ada yang masih memiliki mata, bagian tubuh yang biasanya cepat membusuk. Fenomena ini pertama kali terjadi pada 1963.
Salah satu mumi yang terawetkan secara alami di kota San Bernardo dipajang di museum. Foto: Raul Arboleda/AFP
“Ketika semua ini dimulai, orang-orang tidak percaya dengan apa yang terjadi. Mereka mengira ini hanya peristiwa kebetulan saja,” ujar Racio Vergara, pemandu museum. “Seiring berjalannya waktu, semakin sering ditemukan mayat dalam kondisi seperti ini–utuh.”

Hadiah setelah kematian

Meski para ahli telah melakukan berbagai upaya untuk menjelaskan fenomena aneh tersebut, alasan terjadinya mumifikasi secara alami di San Bernardo masih menjadi misteri, belum bisa dijelaskan secara pasti.
Beberapa orang yang tinggal di sana percaya, proses mumifikasi terjadi karena almarhum terlalu baik semasa hidupnya, sehingga Tuhan memberikan hadiah kepada mendiang berupa jasad yang tidak membusuk. Tapi ada juga yang menganggap itu adalah bentuk hukuman.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar yakin, mumifikasi disebabkan oleh pola makan sehat penduduk San Bernardo yang beriklim sedang, dan gaya hidup bertani yang aktif. Namun, anggapan ini tidak selalu dapat dibuktikan.
Contoh, mumi bernama Jorge Armando Cruz. Dia menghabiskan sebagian besar hidupnya di kota besar Bogota, sebelum akhirnya meninggal dan dibawa kembali ke tempat kelahirannya–San Bernardo– untuk dimakamkan. Meski hidup di kota lain, jenazah Armando tetap terawetkan secara alami.

Seperti oven

Tak sedikit yang percaya bahwa jawaban jenazah bisa menjadi mumi terletak pada kuburannya. Mumi pertama ditemukan di San Bernardo tak lama setelah pemakaman diresmikan. Sebelum tahun 1960-an, di sana terdapat dua kuburan dan tidak ada satu pun kasus mumifikasi yang ditemukan.
Jenazah yang terawetkan secara alami di kota San Bernardo. Foto: Raul Arboleda/AFP
Selain itu, iklim di daerah tersebut lembab. Kondisi ini biasanya akan membantu proses pembusukan, bukan justru menghambatnya, kata Vergara.
ADVERTISEMENT
Antropolog Daniela Betancourt dari National University of Colombia, menduga fenomena mumifikasi mungkin disebabkan oleh lokasi kuburan yang berada di lereng gunung curam.
“Angin terus-menerus berembus karena panas. Mungkin saja kita berasumsi bahwa brankas itu berfungsi seperti oven,” katanya. “Namun hipotesis ini masih perlu diuji. Masih sedikit penelitian mengenai apa yang terjadi dan kondisi detail apa yang menyebabkan jenazah menjadi mumi.”
Keluarga mendiang harus mengizinkan mayat saudaranya tetap dipajang di museum dalam waktu yang lebih lama. Tentu saja ini dilakukan agar peneliti bisa mengungkap apa yang sebenarnya terjadi. Namun, sebagian besar memilih untuk mengkremasi jenazah yang telah menjadi mumi, meski keluarga Bejarano memilih untuk melestarikan jasad Torres di museum.
“Tuhan ingin menyerahkannya kepada kita, dan di sini kita memilikinya. Melihatnya seperti itu, bagaimana mungkin seseorang membiarkan dia dikremasi,” ujar Bejarano.
ADVERTISEMENT