Pengamat: Melemahnya Rupiah Tak Dongkrak Kunjungan Wisman ke Bali
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan langsung oleh pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abdul Manap Pulungan.
“Karena terkompensasi dengan potensi semakin mahal biaya di hotel, biaya makanan, tiket karena biaya BBM,” kata Abdul, seperti dilansir Antara.
Menurutnya, dalam jangka pendek ini pelemahan nilai tukar rupiah mendorong peningkatan harga, karena beberapa komponen kebutuhan pariwisata juga didukung sejumlah produk impor.
Selain itu, tren melemahnya nilai tukar rupiah berpotensi meningkatkan biaya untuk tiket transportasi udara, karena pengaruh harga BBM avtur.
Sementara itu, wisatawan domestik juga berpotensi melakukan pengereman belanja khususnya untuk berwisata, karena sejak tahun lalu inflasi yang tinggi dari bahan makanan.
Di sisi lain, Abdul berharap pelaku usaha pariwisata tak langsung menyesuaikan tarif, namun perlu dilakukan secara bertahap agar konsumen tidak terkejut.
ADVERTISEMENT
“Jadi tahapan itu perlu dilakukan secara gradual, tidak perlu langsung eksekusi (kenaikan harga) ke level tertinggi, nanti bisa membuat konsumen itu shock,” katanya.
Pariwisata Bali, menurut Abdul juga sudah memiliki nama besar di kalangan pelancong dunia, sehingga keramahan dan budaya yang khas harus dipertahankan, selain didukung alam yang menarik.
Jumlah Kunjungan Wisman ke Bali
Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, jumlah wisman di Pulau Dewata pada 2023 mencapai 5,27 juta atau naik 144 persen, jika dibandingkan pada tahun 2022 yang mencapai 2,1 juta orang.
Capaian kunjungan wisman itu mendekati realisasi pada 2019 atau sebelum pandemi COVID-19 yang menyentuh 6,3 juta wisman.
Sedangkan kunjungan wisman hingga Februari 2024, BPS Bali mencatat sebanyak 874 ribu orang atau naik 33,5 persen dibandingkan periode sama 2023 yang mencapai 655 ribu orang.
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu (17/4), dibuka turun dipengaruhi oleh data inflasi Indeks Harga Konsumen Amerika Serikat (AS) Maret 2024 yang naik dengan capaian di atas Rp 16 ribu per dolar AS.
Pada awal perdagangan Rabu pagi, rupiah tergelincir 76 poin atau 0,47 persen menjadi Rp 16.252 per dolar AS, dari sebelumnya sebesar Rp 16.176 per dolar AS.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, menekankan pihaknya selalu berada di pasar untuk menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah, di tengah eskalasi konflik global yang terjadi saat ini.
“BI selalu berada di pasar dan kami akan pastikan stabilisasi nilai tukar akan terjaga, kami terus melakukan intervensi baik di spot maupun Non Delivery Forward (NFD)," ujar Perry di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (16/4).
ADVERTISEMENT