Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
4 Fakta Menarik Jacinda Ardern Selama Menjabat Perdana Menteri Selandia Baru
23 Januari 2023 19:10 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Perdana Menteri Selandia Baru , Jacinda Ardern , memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya pada Kamis (19/1). Perdana menteri termuda Selandia Baru ini akan resmi turun dari jabatannya bulan depan, dan tidak akan mengikuti pemilihan umum selanjutnya.
ADVERTISEMENT
“Saya percaya bahwa memimpin suatu negara adalah pekerjaan paling istimewa yang bisa dimiliki seseorang, tetapi juga salah satu pekerjaan yang lebih menantang. Anda tidak boleh dan seharusnya tidak melakukannya, kecuali Anda memiliki ‘kapasitas’ penuh, ditambah ‘kapasitas’ tambahan untuk berbagai tantangan yang tidak disangka,” kata Jacinda, sebagaimana dilansir TIME.
Ya, keputusan mundurnya Jacinda diumumkan secara sangat mendadak, Ladies. Ia telah memimpin pemerintahan Selandia Baru sejak 2017, dan masa jabatan Jacinda ini seharusnya berakhir pada Oktober 2023.
Selama hampir lima tahun penuh masa jabatannya, Jacinda Ardern banyak melakukan hal-hal yang menarik, termasuk membuat kebijakan yang mencuri perhatian dunia.
Lantas, apa saja hal-hal itu? Buat Ladies yang penasaran, simak fakta-fakta menarik Jacinda Ardern selama kepemimpinannya, yang sudah kumparanWOMAN rangkum berikut ini.
ADVERTISEMENT
1. Membela hak perempuan untuk merahasiakan rencana kehamilan
Dilansir Stylist, Jacinda Ardern merupakan seorang politikus perempuan yang gigih melawan ucapan dan tindakan seksis di lingkungan kerja. Pada 2017 lalu, Jacinda mengatakan bahwa ia dengan senang hati mengungkapkan rencana kehamilannya.
Namun, bagi dia, seluruh perempuan punya hak untuk menolak menjawab pertanyaan soal rencana kehamilan. Menurut Jacinda, perempuan berhak merahasiakan rencana kehamilannya dari rekan kerjanya, jika ia mau.
“Sangat tidak bisa diterima, di tahun 2017 perempuan masih harus menjawab pertanyaan seperti itu di lingkungan kerja. Kapan perempuan memilih untuk punya anak adalah keputusan seorang perempuan,” ungkap Jacinda dalam sebuah wawancara di stasiun televisi Selandia Baru.
2. Mengunjungi Istana Buckingham dalam jubah suku Maori
Jacinda Ardern berulang kali menunjukkan upayanya untuk menghormati suku asli Selandia Baru, Maori. Salah satu langkah yang ia ambil adalah lewat fashion.
ADVERTISEMENT
Pada 2018 lalu, Jacinda mengunjungi Istana Buckingham untuk Rapat Kepala Pemerintahan Negara-negara Persemakmuran dalam balutan jubah tradisional suku Maori yang bernama kahu huruhuru.
“Jubah tersebut merupakan salah satu cara [Jacinda] Ardern merepresentasikan negara yang multi-etnis, bahwa ia bekerja untuk seluruh rakyat Selandia Baru,” ucap penulis asal Selandia Baru, Janina Matthewson, untuk Stylist.
“Potret Ardern yang menawan dan penuh warna dalam balutan kahu huruhuru, bersandingan dengan pasangannya Clarke Gayford, adalah sumber kebahagiaan dan kebanggaan. Mereka ikonis,” lanjutnya.
Jacinda juga menunjukkan rasa hormatnya pada suku Maori lewat pemberian nama tradisional khas Maori untuk anak perempuannya, Neve. Ia memiliki nama lengkap Neve Te Aroha Ardern Gayford; Te Aroha, dalam bahasa Maori, bermakna “cinta”.
ADVERTISEMENT
3. Membawa bayinya ke ruang Sidang Majelis Umum PBB
Jacinda Ardern sukses mencuri perhatian dunia ketika ia membawa anaknya yang masih bayi, Neve, ke ruang Sidang Majelis Umum PBB tahun 2018 silam. Ia pun menjadi pemimpin dunia pertama yang membawa bayinya langsung ke ruang sidang penting tersebut.
Dilansir The Guardian, Jacinda sempat bermain bersama anaknya yang masih berumur tiga bulan itu sebelum memberikan pidato di sesi Konferensi Perdamaian Nelson Mandela. Ketika ia memberikan pidatonya, si bayi dipangku oleh kekasih Jacinda, Clarke Gayford.
Tindakan ini dipandang sebagai salah satu upaya Jacinda untuk merepresentasikan perempuan di lingkungan kerja, dan memperbaiki kondisi kerja bagi para ibu pekerja.
ADVERTISEMENT
“Jika kita ingin membuat lingkungan kerja lebih terbuka, kita perlu mengakui adanya tantangan logistik. Dengan membuatnya lebih terbuka, ini mungkin bisa membuka jalan bagi banyak perempuan lainnya,” kata Jacinda, sebagaimana dikutip dari CNN.
ADVERTISEMENT
4. Mengubah hukum senjata api usai penembakan Masjid Christchurch
Masa kepemimpinan Jacinda Ardern diramaikan dengan sejumlah peristiwa yang cukup menantang. Bukan hanya pandemi COVID-19, tetapi juga penembakan brutal di Masjid Christchurch pada 2019 silam.
Penembakan yang menewaskan 51 Muslim itu mengguncang dunia. Akibat dari peristiwa itu, Jacinda langsung memutuskan untuk memperketat hukum kepemilikan senjata api Selandia Baru, demi melindungi rakyatnya.
“Memiliki senjata api adalah keistimewaan, bukan hak. Serangan tersebut mengekspos kelemahan dalam legislasi, dan kita memiliki kuasa untuk memperbaikinya. Kita bukanlah pemerintahan yang bertanggung jawab jika kita tidak menanganinya,” kata Jacinda pada September 2019, dikutip dari Reuters.