Review Film: Shazam! Fury of the Gods, Pahlawan Super Remaja yang Tanggung

Mohamad Miradi
XBOX - BICYCLING - PLAY
Konten dari Pengguna
21 Maret 2023 14:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mohamad Miradi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Shazam squad, source: shkmgmcnuh.org
zoom-in-whitePerbesar
Shazam squad, source: shkmgmcnuh.org
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Shazam! Fury of the Gods merupakan sekuel dari film superhero tahun 2019 Shazam! yang diproduksi oleh Warner Bros Pictures. Sedikit refresh ingatan, film ini berpusat di petualangan pahlawan super remaja, Billy Batson, yang memiliki kekuatan untuk berubah menjadi Shazam. Simak review film terbaru dari DC Comics yang katanya merupakan penutup DCEU.
ADVERTISEMENT
Sinopsis
Dalam film ini, Billy Batson dan saudara angkatnya berusaha memahami arti menjadi superhero sekaligus menjadi keluarga yang dihadapkan pada ancaman tiga Dewi jahat dengan misi menghancurkan dunia atau Philadelphia….mungkin tepatnya.
Billy Batson, source: netlookmag.cr2.cl
Tentu hal ini tidak mudah untuk Billy Batson, remaja yang masih belum memahami inti kekuatan SHAZAM ini (Solomon, Hercules, Atlas, Zeus, Achilles, Mercury) harus melawan ketiga dewi jahat bersama-sama saudara angkatnya yang kini memiliki berbeda-beda prioritas hidup.
Cerita
Dalam Shazam! Fury of the Gods Billy Batson haus akan pembuktian diri sebagai superhero termasuk ketika melawan tiga bersaudari Dewi Yunani yang merupakan putri dari Dewa Atlas yang ingin memporak-porandakan bumi.
Daugthers of Atlas, source: denofgeek.com
Selain dihadapkan kepada masalah menyelamatkan bumi, ada masalah lain juga yang membuat Billy Batson pusing tujuh keliling, dimana ia berjuang untuk memahami keinginan serta kompleksitas hubungan dia dengan saudara-saudaranya, kekompakan juga menjadi isu ketika dihadapkan untuk menjadi superhero atau prioritas realita hidup masing-masing.
ADVERTISEMENT
Film ini kembali disutradarai oleh David F. Sandberg dan sudah dirilis pada tanggal 16 Maret 2023 di Indonesia. Namun, apakah sang remaja mampu menanggung beban tanggung jawab sebagai superhero sekaligus saudara dalam sebuah keluarga cemara?, eh.
Bukan tanpa cela, naskah film ini mengalami banyak adjustment, direncanakan di pertengahan tahun 2022, lalu diundur ke Juni 2023, kemudian dimajukan ke Desember hingga akhirnya dipastikan tayang di Maret 2023.
Hal ini dikarenakan Warner Bros sebagai studio sedang melakukan major revamp atau perubahan terkait IP mereka terutama untuk menyaingi MCU. jadi, penyesuaian cerita sehingga penambahan adegan di film ini seakan dipaksakan, tergesa-gesa dalam durasi, hingga banyak plot yang berlubang.
Karakter
Dari sektor akting Zachary Levi bisa dibilang cukup bagus dan sangat cocok sebagai Shazam, tidak mudah bagi aktor berumur 43 tahun ini untuk berkelakuan "galau" layaknya remaja tanggung. hal ini dibuktikan sepanjang film yang bahkan saya hampir nggak berasa menonton orang dewasa yang memerankan superhero, tapi lebih ke nonton film teen-flick punya kekuatan. Sedikit kecewa dengan Asher Angel sebagai Billy Batson alias karakter utama yang justru sangat minim screentimenya, sehingga emosi dan konflik yang ingin dibangun tidak sebagus film pertama yang memiliki tujuan mencari ibunya.
Pun setali tiga uang dengan performa aktor lainnya, meski masing-masing digambarkan memiliki karakter yang unik praktis hanya Jack Dylan Glazer yang memerankan Freedy mampu mendalami perannya, setidaknya itu menurut saya. Begitupula dengan member Shazam atau saudara Billy, porsi yang sebenarnya bisa didalami dengan flashback atau arc masing-masing tentu akan memberikan pemahaman cukup bagi penonton terhadap karakter baik Darla, Eugene, dll.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk antagonis, keterlibatan Helen Mirren dan Lucy Liu sebagai tokoh jahat seakan terlihat kurang kejam untuk orang yang ingin menghancurkan atau memporak-porandakan bumi.
Sehingga, mungkin…ini mungkin ya lebih tepat dianggap sebagai guru BK, bagaimana Billy yang mau menginjak umur 18 tahun dibimbing belajar dewasa ketimbang memberikan impresi keputusasaan sang superhero remaja dengan segala problematikanya yang lebih baik ditunjukan oleh Miles Morales di film Spider-man: into the spider-verse.
Aksi dan Efek Visual
Porsi adegan aksi dan komedi film ini cukup menarik dan sangat menghibur, bahkan dibanding Ant-Man: Quantumania. Sedangkan dari sektor efek visual dan desain produksi dalam kategori level cukup menengah alias standar, tidak ada sesuatu yang wah.
Hal ini bisa jadi karena setting film masih diseputaran kota Philadelphia yang jujur, seperti kurang tereksplore. Bahkan adegan di realm/dunia dewa-pun benar-benar minim eksplorasi alias tidak memberikan ruang imajinasi bagi penonton. Hasilnya?, beberapa adegan aksi dan efek visual terkesan nanggung.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang menjadi highlight ketika menonton Shazam! Fury of the Gods adalah film ini memiliki humor yang sangat menggelitik dan menghibur. Entah dalam sebuah adegan yang tidak terduga maupun komedi sarkas dalam porsi yang pas. Sehingga menciptakan mood yang selalu membuat saya tergelak tawa ketika menonton dan hampir tidak notice betapa pas-pasannya kualitas CGI dalam film ini.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, Shazam! Fury of the Gods adalah film superhero yang menyenangkan dan menghibur untuk keluarga dengan alur cerita yang ringan, adegan aksi yang oke, namun cukup menghibur dan visual efek yang so-so but unnoticeable.
Meskipun ada beberapa kelemahan dalam cerita yang sejatinya bisa menonjolkan dan memberikan moral story tentang bagaimana artinya menjadi sebuah keluarga. kelemahan yang juga terlihat di third-act yang predictable. Namun, kudos untuk performa para aktor yang cukup baik dan sektor humor film ini sudah dalam batas cukup sebagai popcorn weekend movie.
ADVERTISEMENT
Shazam! Fury of the Gods sebagai film sekuel (yang memang selalu menjadi tantangan sineas maupun scriptwriter) tidak mengecewakan. Pastikan juga, kamu tidak buru-buru keluar studio untuk menunggu adegan tambahan hingga end credit scene. SKOR: 7,5/10 film penghilang penat sembari nunggu jalanan gak macet