Dari Sensasionalisme hingga Stigma: Peran Media dan Masyarakat dalam Film 'Hope'

Naurah Wafa Arrahma
Student of International Program of Communication Studies (IP-COS) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
8 Januari 2024 14:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naurah Wafa Arrahma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi wartawan saat bekerja. Sumber: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wartawan saat bekerja. Sumber: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Film Korea Selatan ‘Hope’ karya Sutradara Lee Joon-Ik yang dirilis pada tahun 2013 bukan hanya sebuah karya seni yang memukau secara emosional, tetapi juga sebuah cermin sosial yang memperlihatkan kompleksitas peran media dan masyarakat dalam menghadapi kasus kekerasan seksual, khususnya yang menimpa anak-anak. Dalam analisis mendalam terhadap film ini, kita dapat mengamati dampak positif dan negatif dari peran media, serta bagaimana masyarakat meresponnya.
ADVERTISEMENT
Dampak Positif Peran Media
Secara umum, masyarakat sudah mengetahui betapa banyaknya dampak positif dari keberadaan media. Banyak pula dari mereka yang terbantu karenanya. Dalam film Hope, media juga menjalankan perannya untuk membantu masyarakat. Mereka berbondong-bondong memberitakan kasus kekerasan seksual yang dialami So-won, pemeran utama dalam film tersebut.
Keaktifan media itu lantas membuat masyarakat turut aktif menjalankan peran, mereka menaruh empati, menyuarakan keadilan, dan menjadi lebih waspada pada kasus serupa yang bisa menimpa siapa saja. Dalam kasus ini, media benar-benar menjalankan perannya. Namun, media gagal menjalankan peran sesuai porsinya.
Dampak Negatif Peran Media
Dalam konteks film 'Hope', film tersebut memberikan gambaran yang mendalam mengenai sisi gelap dari peran media dalam menghadapi kasus kekerasan seksual. Pemberitaan yang berlebihan dan terus-menerus menciptakan tekanan psikologis dan emosional pada korban dan keluarganya. Dalam dunia nyata, hal ini dapat memperburuk trauma yang dialami korban, merugikan proses penyembuhan dan pemulihan yang seharusnya menjadi fokus utama dalam kasus kekerasan seksual.
ADVERTISEMENT
Selain itu, persaingan antar media untuk mendapatkan rating dan sensasi juga menjadi sorotan dalam film ini. Persaingan ini dapat membawa dampak serius terhadap kualitas pemberitaan, dengan detail-detail sensasional menjadi lebih diutamakan daripada kebutuhan untuk menyajikan informasi yang akurat dan bertanggung jawab. Pemberitaan yang bersifat sensationalist tidak hanya menimbulkan distorsi pada kenyataan, tetapi juga memunculkan risiko serius dalam proses pengadilan. Opini publik yang terdistorsi dapat memengaruhi keputusan juri dan menyulitkan pencarian keadilan yang seimbang.
Mengingat dampak negatif yang ditunjukkan oleh film 'Hope', ini memberikan kita sebagai masyarakat konsumen informasi untuk lebih kritis dalam menilai pemberitaan media. Perlunya media bertanggung jawab dalam menyajikan informasi tanpa memihak dan tanpa mengejar sensasi harus menjadi perhatian bersama. Selain itu, film ini memberikan kita pelajaran berharga mengenai urgensi mendukung korban kekerasan seksual dengan cara yang empatik dan memberikan ruang bagi proses penyembuhan yang lebih efektif. Dalam keseluruhan, 'Hope' menjadi sebuah refleksi penting untuk meningkatkan etika dan tanggung jawab media dalam menyikapi isu sensitif seperti kekerasan seksual.
ADVERTISEMENT
Stigma Masyarakat dan Peran Media
Dalam film 'Hope', terlihat dengan jelas bahwa keluarga korban mengkhawatirkan stigma masyarakat tentang korban. Keluarga korban berusaha sekuat tenaga untuk menjauhkan korban dari jangkauan masyarakat begitu berita kekerasan seksual itu naik ke media. Media, baik dengan sengaja maupun tidak, turut serta dalam memperkuat pandangan negatif ini.
Stigma terhadap korban kekerasan seksual dapat diperkuat oleh media melalui berbagai cara, salah satunya adalah ketika media secara tidak langsung mendukung klise bahwa korban seharusnya berperilaku hati-hati dan memperhatikan cara berpakaian mereka. Pemikiran ini adalah contoh konkret bagaimana media dapat merancang pandangan masyarakat terhadap korban, menciptakan stigma yang merugikan dalam masyarakat.
Media memiliki peran kritis dalam membentuk opini publik, dan ketika media tidak menyajikan informasi dengan hati-hati, hal ini dapat membawa dampak yang merugikan terhadap korban kekerasan seksual. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa media memiliki tanggung jawab moral untuk mengatasi dan menghindari pembentukan stigma negatif, serta untuk mempromosikan narasi yang lebih adil dan empatik terhadap korban kekerasan seksual. Dengan demikian, film 'Hope' memberikan kita tidak hanya tontonan dramatis, tetapi juga refleksi mendalam tentang peran media dalam membentuk pandangan masyarakat dan perlunya perubahan dalam penyajian berita yang lebih etis dan mendukung.
ADVERTISEMENT
Refleksi terhadap Masyarakat dan Perubahan Sosial
Film 'Hope' memberikan ruang untuk refleksi mendalam mengenai peran media dan masyarakat dalam menanggapi kasus kekerasan seksual. Penonton diajak merenung apakah masyarakat sudah cukup sensitif terhadap korban dan bagaimana pola pikir serta sikap yang merugikan dapat diubah. Melalui pertanyaan-pertanyaan ini, film tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga berfungsi sebagai alat untuk merangsang refleksi sosial.
Penonton diingatkan untuk menjadi lebih kritis terhadap informasi yang disajikan oleh media, mengenali bias, dan berusaha membentuk masyarakat yang lebih peduli terhadap isu-isu kekerasan seksual. 'Hope' tidak hanya memberikan cerita dramatis, melainkan juga menjadi pemicu perubahan pikiran dan perilaku menuju masyarakat yang lebih sadar dan mendukung.
Kesimpulan
Dalam konteks film 'Hope', kita dapat mencernanya sebagai potret kompleks peran media dan masyarakat dalam menanggapi kasus kekerasan seksual. Meskipun media memainkan peran krusial dalam meningkatkan kesadaran dan mendukung pencarian keadilan, film juga menyoroti risiko yang terkandung dalam sensationalism dan penciptaan stigma.
ADVERTISEMENT
Media, ketika tidak diawasi dengan cermat, dapat terperangkap dalam pencarian berita sensasional dan mengeksploitasi kasus kekerasan seksual untuk mendapatkan perhatian. Dampaknya tidak hanya merugikan korban dengan meningkatkan tekanan psikologis, tetapi juga menciptakan stigma yang bisa mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap korban.
Keterlibatan masyarakat menjadi kunci dalam menyeimbangkan dampak peran media. Penting bagi masyarakat untuk secara aktif menilai informasi yang diterima dari media, mengidentifikasi kemungkinan sensationalism, dan berkomitmen untuk mengubah pandangan dan perilaku terkait kasus kekerasan seksual. Ini melibatkan edukasi, empati, dan partisipasi aktif dalam memerangi stigma yang masih melekat.
Film 'Hope' bukan hanya sebagai karya seni semata, melainkan juga cermin realitas sosial. Sebagai penonton, kita harus melihatnya sebagai pelajaran berharga dan motivasi untuk berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan peduli terhadap isu kekerasan seksual. Mendorong dialog terbuka, mendukung korban, dan membentuk pandangan yang lebih kritis terhadap informasi media adalah langkah-langkah konstruktif dalam mencapai tujuan ini.
ADVERTISEMENT