Gen Z Lebih Suka Cuplikan Pertandingan Olahraga di Medsos Ketimbang Siaran Live

Konten Media Partner
30 Maret 2021 13:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi generasi z. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi generasi z. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selama pandemi berlangsung, event olahraga diangsungkan tanpa kehadiran penonton di arena pertandingan. Bagi penggemar, ini adalah ujian yang besar, menyaksikan tim dan olahragawan kesukaan mereka bertanding dari layar televisi atau telepon pintar mereka. Begitupun dengan olahragawannya, mereka bertanding tanpa dukungan langsung penonton, sesuatu yang bisa memengaruhi performa mereka. Event olahraga tidak lagi sama, atmosfernya menjadi beda.
ADVERTISEMENT
Sebuah fakta menarik muncul dari tradisi siaran langsung olahraga di masa pandemi ini. Yakni, peran cuplikan pertandingan yang terus menguat menggantikan menonton pertandingan secara live.
Dalam penelitian yang dilakukan Variety yang dirilis Maret ini, 48% penggemar NFL, 54% dari NBA, dan 58% dari MLB dari kisaran umur 18 sampai 34 mengatakan bahwa mereka lebih menyukai menonton cuplikan pertandingan olahraga favorit mereka dari pada menonton pertandingan langusng secara utuh.
Sementara untuk demografi usia 35-49, hampir separuh penggemar NBA dan MLB juga mengatakan lebih memilih cuplikan daripada siaran langsung, dan hanya 20% saja penggemar NFL yang mengatakan hal yang sama.
Temuan ini menarik sekaligus penting. Menarik karena; Basket, Baseball dan American Football adalah olahraga terpopuler di AS. Penting karena hasil survey ini menunjukkan pergeseran perilaku menonton penggemar mudanya. Hak siar dalam industri olahraga adalah vital –terlebih untuk saat ini, dimana tribun penonton kosong tanpa kehadiran suporter.
ADVERTISEMENT
“Perubahan dalam perilaku penonton telah terdokumentasi dengan baik di kalangan penggemar milenial dan generasi Z, banyak dari mereka telah memutuskan hubungan dan sangat bergantung pada media sosial untuk liputan olahraga mereka,” menurut penulis olahraga Axios, Kendall Baker mengomentari survey Variety.
Jika penonton mulai secara rutin meninggalkan siaran langsung, pemilik hak siar tentu saja akan mempertanyakan kenapa mereka harus membayar mahal untuk menyiarkan pertandingan secara penuh ketika sekelompok besar pemirsanya lebih memilih untuk melihat momen-momen pentingnya saja.
Benahi Akun Media Sosial
Ilustrasi pertandingan sepak bola secara langsung di televisi. Foto: Pexels
Ketiga olahraga tersebut di atas adalah olahraga yang terpopuler di Amerika Serikat, ketiganya sama-sama menjanjikan banyak aksi dan banyak angka, yang seharusnya membuat setiap pertandingannya tidak membosankan untuk ditonton.
Tentu berbeda dengan –sepakbola misalnya. Meskipun dikenal sebagai olahraga terpopuler sejagat, namun dalam 90 menit pertandingannya tidak ada jaminan tercipta gol, atau mungkin jual beli serangan, atau aksi-aksi ciamik dari pemainnya.
ADVERTISEMENT
Dengan riset di atas, sepertinya tidak akan ada seorang pun di masa depan yang ingin menghabiskan 90 menit waktu dalam hidupnya untuk melihat bola dioper dari kaki ke kaki tanpa ada gol atau tak terciptanya sejumlah key momments yang layak masuk highlight.
Pergeseran ini bisa menyebabkan masalah besar jika tidak diantisipasi. Tantangan pihak penyelenggara dan pihak penyiar saat ini adalah bagaimana menarik kembali pemirsa olahraga untuk menyaksikan tayangan langsung. Tidak kalah penting dari itu juga untuk memberikan tanyangan cuplikan yang tidak terlalu mahal untuk diakses, sehingga penonton tetap dapat mengikutinya. Setiap klub olahraga dan penyelenggara kompetisi akan berlomba-lomba untuk membenahi akun media sosial mereka untuk melayani kebutuhan penggemar.
Gen Z jelas adalah mereka yang melewatkan tayangan langsung pertandingan Semi Final Piala Dunia FIFA 2006 antara Jerman dan Italia. Sebuah pertandingan yang berlangsung 118 menit tanpa gol namun penuh aksi dan ketegangan, bahkan untuk penonton netral. Dan inilah ketegangan hari ini: bagaimana semua sektor dipaksa untuk memenuhi apa yang disukai generasi milenial dan generasi Z. (Anasiyah Kiblatovski / YK-1)
ADVERTISEMENT