Sebulan di Turki, Mahasiswa UII Usulkan Desain Pengembangan Wisata Hagia Sophia

Konten Media Partner
29 Agustus 2022 17:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rombongan dosen dan mahasiswa Arsitektur UII yang mengikuti program kolaborasi pengembangan wisata di Istanbul, Turki. Foto: UII
zoom-in-whitePerbesar
Rombongan dosen dan mahasiswa Arsitektur UII yang mengikuti program kolaborasi pengembangan wisata di Istanbul, Turki. Foto: UII
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selama satu bulan, 18 mahasiswa jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta bertolak ke Istanbul, Turki, dalam rangka Join Summer Program 2022. Acara yang digelar sejak 1 Agustus ini merupakan program kolaborasi antara FTSP UII dengan Fatih Sultan Mehmet Vakif University (FSMVU) yang diselenggarakan secara bergantian di Istanbul dan Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Sebelum pulang ke Yogya pada 28 Agustus kemarin, rombongan dosen dan mahasiswa UII sempat diundang ke Konsulat Jenderal Indonesia di Istanbul untuk melaporkan kegiatan selama satu bulan terakhir di sana.
Tahun ini, program kolaborasi tersebut mengambil tema Tourism Hub yang dilaksanakan di empat titik di daerah pusat pariwisata Istanbul, yakni Sultanahmet. Kawasan ini merupakan jantung pariwisata utama Istanbul karena terdiri dari banyak objek wisata terbaik, seperti Hagia Sophia, Blue Mosque, hingga Basilica Cistern.
Salah satu gedung di kompleks Hagia Sophia bahkan menjadi studio desain para mahasiswa UII dan FSMVU selama di sana, yakni ex Madrasa Hagia Sophia yang kini menjadi pusat penelitian FSMVU.
Penyerahan kenang-kenangan dosen pendamping UII kepada Konsulat Jenderal RI, Imam As'ari. Foto: UII
Di hadapan Konsulat Jenderal RI, Imam As’ari, salah seorang perwakilan mahasiswa dari UII, Mutiara Sally, mempresentasikan produk desain kolaborasi mereka yang berjudul TALACIS, singkatan dari Talaatpasha-Cistern. Sebab, lokasi proyek tersebut berada di Basilica Cistern dan merevitalisasi salah satu bangunan bersejarah Talaat Pasha House, rumah seorang Bapak Modern Turki.
ADVERTISEMENT
Mutiara Sally menyampaikan bahwa usulan desain yang diberikan mengusung konsep yang menghargai aspek kesejarahan bangunan eksisting dengan menambah beberapa fungsi baru untuk dapat mengatasi permasalahan desain di lokasi proyek, salah satunya antrean masuk objek wisata, Basilica Cistern.
“Tourism hub yang didesain pada bangunan ini tetap memperhatikan situs bangunan bersejarah yang ada di lokasi eksisting,” kata Mutiara Sally, Senin (29/8).
Menanggapi produk yang dipresentasikan para mahasiswa tersebut, Imam As’ari menyampaikan bahwa pengembangan keilmuan arsitektur harus menghargai sejarah. Generasi muda menurut dia harus tahu, paham, dan hormat dengan sejarah bangsanya.
“Hal ini akan memberi dampak sangat berharga terhadap respon kita akan lingkungan terbangun di masa depan,” ujar Imam As’ari.
Menurut dia, jika seorang mahasiswa arsitektur paham dan menghargai kesejarahan, maka dia tidak akan semena-mena melakukan perancangan bangunan. Melihat konteks Istanbul, konsep utama pengembangan pariwisatanya adalah bertumpu dari suguhan wisata sejarah melalui bangunan-bangunan yang ada.
ADVERTISEMENT
“Dengan menghargai dan merawat bangunan bersejarah yang akan menjadi objek wisata, Istanbul memiliki daya tarik khas bagi banyak orang dari seluruh dunia,” ujarnya.
Hagia Sophia di Istanbul, Turki. Foto: Pixabay
Pada akhirnya, sektor pariwisata akan memberi dampak terhadap kinerja perekonomian maupun sosial budaya masyarakat Istanbul. Imam As’ari menilai, program-program seperti ini sangat strategis terutama untuk memulai jejaring kerja sama antarmahasiswa di level internasional.
“Mulai dari sekadar berkomunikasi informal, mensikusikan banyak hal penting yang menjadi dinamika masyarakat, hingga nanti akan dapat melakukan berbagai proyek kolaborasi lanjutan di bidang arsitektur,” kata Imam As’ari.