Dari Tawang Alun: Metafora Soal Waktu

Robit Nurul Jamil
Akademisi Universitas Jember
Konten dari Pengguna
1 Mei 2024 14:45 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Robit Nurul Jamil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pagi itu, ketika mentari mulai menyingsing pada pukul 05.30 WIB, langkah saya menghantarkan diri ke stasiun Temuguruh dalam suasana yang masih dipenuhi oleh keheningan pagi. Dalam perjalanan menuju Jember dengan kereta api Tawang Alun, pikiran saya tertuju pada refleksi tentang konsep waktu dan perjalanan hidup.
ADVERTISEMENT
Ingatan masa lalu pun mengalir, pada waktu SMA/MA saya sering melakukan perjalanan antara Jember dan Banyuwangi dengan kereta pada rentang waktu sekitar 2007 hingga 2011. Saat itu, suasana di dalam kereta begitu berbeda.
Beragam penjual keliling memenuhi setiap gerbong, dan di antara perjalanan dari Jember ke Banyuwangi, ada satu hal yang selalu menarik perhatian saya, penjual pecel yang fenomenal di stasiun Garahan, yang selalu menyajikan hidangan lezat kepada penumpang.
dokumentasi pribadi
Tidak hanya itu, suasana di sekitar stasiun Garahan begitu hidup. Masyarakat berbondong-bondong memasuki jalur kereta dan masuk ke dalam gerbong sembari menunggu kereta api melanjutkan perjalanannya. Kegiatan ini menjadi bagian dari gambaran yang tak terlupakan dalam kenangan perjalanan saya menuju Banyuwangi.
ADVERTISEMENT
Saat ini, suasana telah berubah secara signifikan, meninggalkan belakang praktik-praktik yang dulu mungkin tampak biasa, seperti pedagang asongan di dalam kereta sebagian penumpang yang membawa ayam hidup atau hasil panen mereka naik kereta, sebuah praktik yang tampaknya jauh dari realitas saat ini.
Perubahan ini mencerminkan transformasi yang jauh lebih berbeda. Dahulu, kita mungkin bisa mentoleransi waktu dengan keterlambatan 5 hingga 10 menit, namun kini, setiap detik dianggap berharga dan tak tergantikan. Fenomena ini menjadi bukti nyata bagaimana kereta api telah mengalami kemajuan yang luar biasa. Partisipasi aktif masyarakat dalam menggunakan kereta api menunjukkan betapa besar inovasi yang telah terjadi sejak dekade terakhir.
Saya melihat kemajuan ini bukan hanya dari segi infrastruktur, tetapi juga dari segi fitur dan layanan yang disediakan. Perubahan ini terjadi begitu cepat, bahkan bila kita membandingkannya dengan negara lain yang memiliki zona waktu yang sama.
ADVERTISEMENT
Misalnya, perbandingan dengan India, menunjukkan perbedaan yang sangat mencolok. Bagi saya, perubahan yang pesat ini bermula dari pemahaman akan nilai waktu, sebuah konsep yang sangat fundamental dalam kemajuan kereta api.
Saya mengingatkan diri sendiri dan para pembaca kumparan bahwa Perubahan drastis ini mengingatkan kita dari fenomena yang mengkhawatirkan: banyak pemuda di era modern yang lalai akan waktu atau membuang-buang waktu dengan sia-sia. Fakta ini sangat memprihatinkan.
Masa muda yang seharusnya diisi dengan kegiatan produktif dan pengembangan diri, justru terbuang percuma untuk kebiasaan yang tidak disiplin. Kehilangan waktu di masa muda bagaikan kehilangan gerbong kereta yang penuh dengan peluang dan kesempatan.
dokumentasi Pribadi
Kita bisa berkaca dari beberapa kajian berikut. Penelitian yang dilakukan oleh Jurnal Psikologi dan Perkembangan Anak pada tahun 2018 mengenai "Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap Penurunan Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri 1 Kota Semarang" menemukan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menurunkan fokus dan konsentrasi siswa, sehingga berakibat pada penurunan prestasi belajar.
ADVERTISEMENT
Temuan serupa juga terungkap dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan pada tahun 2017 oleh jurnal yang sama, yang mengungkap "Hubungan Antara Sikap Penundaan Pekerjaan dan Prestasi Belajar Mahasiswa Universitas Negeri Semarang". Penelitian tersebut menemukan bahwa sikap penundaan pekerjaan atau prokrastinasi dapat menghambat proses belajar dan menurunkan prestasi belajar mahasiswa.
Selain itu, penelitian lain yang dilakukan pada tahun 2016 oleh Jurnal Psikologi dan Perkembangan Anak menyoroti dampak "Penggunaan Gadget Terhadap Tingkat Kedisiplinan Siswa SMA Negeri 2 Kota Semarang". Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan gadget yang berlebihan juga dapat menurunkan tingkat kedisiplinan siswa, yang secara langsung berdampak pada penurunan prestasi belajar.
Kemudian, buku "The Psychology of Time Perception" oleh Russell A. Meck (2013) dan "The Paradox of Time: Why We Waste Time, and How to Stop" oleh Rory Sutherland (2019) memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana pemahaman manusia terhadap waktu memengaruhi perilaku.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, penelitian yang diterbitkan oleh Journal of College and Student Personnel pada tahun 2015, berjudul "A Study of Time Management Habits Among College Students", menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki kebiasaan manajemen waktu yang baik cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi.
Dari rangkaian penelitian ini, kita dapat melihat betapa pentingnya kesadaran akan pengelolaan waktu dan penggunaan teknologi dalam mendukung pencapaian prestasi belajar yang optimal bagi siswa dan mahasiswa.
Saya mencoba belajar lagi setelah mereview hal tersebut, menenggelamkan diri dalam buku-buku tentang kebiasaan dan manajemen waktu. Di sanalah saya bertemu dengan tiga pemandu ulung: James Clear, Cal Newport, dan David Allen.
Ketika kita membaca karya James Clear, kita akan diajari menyelami ilmu tentang kebiasaan. Belajar bagaimana kebiasaan terbentuk, bagaimana membangun kebiasaan baik, dan bagaimana melenyapkan kebiasaan buruk. "Atomic Habits" bagaikan peta harta karun yang membantu memahami diri sendiri dan pola pikir.
ADVERTISEMENT
Kemudian karya Cal Newport, kita akan diajak menjelajahi konsep "deep work" dan pentingnya fokus di tengah dunia yang penuh distraksi. "Deep Work" bagaikan kompas yang membantu kita menemukan arah dan fokus dalam menyelesaikan tugas-tugas penting.
Yang terakhir karya David Allen, kita akan diberikan panduan dalam melatih kedisiplinan dan sistematis dalam mengatur tugas. "Getting Things Done" bagaikan pedang tajam yang membantu kita memotong kekacauan dan menuntaskan segala tanggung jawab.
Berbekal ilmu dari ketiga pemandu ini, harapannya dimulailah transformasi tentang diri. Kita mulai merajut kebiasaan baru, fokus pada hal-hal penting, dan mengelola waktu dengan lebih efektif. Hari-hari tak lagi terasa kacau dan penuh tekanan. Kita mulai merasakan kendali atas hidup, melangkah dengan penuh keyakinan dan percaya diri.
ADVERTISEMENT
Perjalanan ini tak selalu mudah. Ada kalanya kita tersandung rintangan dan tergoda untuk kembali ke kebiasaan lama. Namun, dengan tekad dan disiplin, kita terus melangkah maju. Kita belajar dari setiap kesalahan dan terus mengasah kemampuan manajemen waktu.
Seiring waktu, perubahan yang luar biasa dirasakan. Kita menjadi lebih produktif, fokus, dan termotivasi. Kita menyelesaikan tugas tepat waktu, mencapai target, dan memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan hal-hal yang lebih produktif.
Kisah saya di kereta api Tawang Alun menjadi pengingat bagi diri saya dan para pemuda lainnya. Ketepatan waktu bukan sekadar disiplin, tapi juga cerminan dari rasa hormat terhadap diri sendiri dan orang lain. Dalam konteks ini, kita dapat memahami bahwa kereta api yang mengalami kemajuan yang hebat adalah metafora dari kehidupan yang dijalani dengan penuh kesadaran akan nilai waktu.
ADVERTISEMENT