Eksistensi Alpha Female di Tengah Hegemoni Patriarki

Widhy Vania Malinda
writing, writing, writing
Konten dari Pengguna
3 Mei 2023 16:11 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Widhy Vania Malinda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perempuan bahagia. Foto: Comzeal images/Shutterstock.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan bahagia. Foto: Comzeal images/Shutterstock.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Diskursus mengenai perempuan selalu dikaitkan dengan gerakan feminisme, isu bias gender, serta kekerasan terhadap perempuan. Pembahasan mengenai perempuan tidak pernah habisnya, selalu menuai atensi dan terus menjadi isu konsumsi ruang publik dari berbagai sudut pandang baik dari segi politik, sosial, hukum serta budaya. Di balik gerakan perjuangan perempuan dalam memperoleh haknya, sudah banyak sosok perempuan inspiratif hadir menepis stigma yang ada di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Menjadi perempuan yang memiliki power penuh dengan ambisi, memiliki kecerdasan dan menjadi sosok penggerak tentu menjadi keinginan bagi setiap perempuan. Seiring perkembangan zaman yang holistik, peradaban tidak dapat menepiskan sosok perempuan inspiratif yang berperan dalam kemajuan pembangunan suatu negara.
Selama ini, perempuan selalu ditempatkan pada kedudukan di bawah laki-laki bukan setara dengan laki-laki karena stereotip yang ada di masyarakat. Realitanya, perempuan juga mampu menjadi superior yang memiliki potensi besar dan mampu menjadi pemimpin bahkan mendominasi. Perempuan seperti inilah yang disebut dengan alpha female. Istilah yang disematkan bagi perempuan yang memiliki jiwa dan karakter kepemimpinan.
Eksistensi konsep alpha female ini masih menjadi konsep bayang-bayang dan jarang terdengar bagi masyarakat awam khususnya bagi perempuan. Konsep ini menyadarkan kembali bagi perempuan pentingnya akan pendidikan yang berimplikasi terhadap pola pikir sehingga melahirkan perempuan yang mempunyai karakter dan pendirian, independen serta rasional dan tidak menggantungkan diri kepada laki-laki.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian para perempuan ini mampu bertarung dengan kenyataan bahwa mereka juga memiliki kapabilitas sama dengan laki-laki dalam menghadapi tantangan dalam hidup. Sosok perempuan alpha ini dapat dilihat dalam circle atau sekelompok orang dan bagaimana perempuan alpha menjadi sorotan dengan gaya kepemimpinan dan kecakapannya. Berikut pemaparan mengenal lebih dekat sosok alpha female.

Filosofi lahirnya istilah sosok Alpha Female

Dalam Buku “The Alpha Girls Guide” karya Henry Manampiring yang pernah populer dengan karya sebelumnya yaitu “Filosofi Teras” menjelaskan historis istilah Alpha Female yang awalnya lahir dari dunia ilmu perilaku fauna. Peneliti fauna menemukan bahwa spesies hewan yang hidup berkelompok memiliki strata sosial. Ada kelompok yang mendominasi, memimpin dan juga mengontrol hak untuk kawin.
ADVERTISEMENT
Alpha Male, yang dominan ditemui di pada spesies primata seperti gorila, simpanse, kera, dan lain sebagainya. Alpha male menjadi pemimpin kelompok dan melindungi kelompoknya dari serangan predator. Istilah Alpha yang merupakan huruf alphabet pertama alphabet Yunani, yang menandakan anggota kelompok yang teratas paling depan dan sudah ketentuan alamnya bahwa spesies jantan menjadi pemimpin di dalam kelompoknya.
Status Alpha ini tidak hanya dimiliki oleh jantan dalam jenis spesies primata. Dilansir dari huffpost.com, Status Alpha juga dimiliki oleh betina yang disebut Alpha female yaitu primata betina yang lebih mencolok di dalam kelompoknya dan mampu memberikan pengaruh kepada anggota betina lainnya bahkan juga dihormati oleh anggota kelompok jantan.
Istilah Alpha Male dan Alpha Female yang berasal dari perilaku hewan yang disebutkan di atas, kini telah memperoleh arti baru. Dalam konteks Alpha female, dalam setiap kelompok perempuan entah itu kelompok kecil dalam pertemanan, di sekolah, di kantor, instansi bahkan ruang lingkup masyarakat sekalipun selalu dijumpai Alpha female yaitu mereka yang mencolok dan lebih terekspos dibanding yang lainnya.
ADVERTISEMENT
Mereka ambisius, pekerja keras, independen, berprestasi hingga memiliki pesona dan karisma tertentu serta mampu memberikan pengaruh yang besar di dalam lingkungannya. Alpha female ini memiliki power dengan tindakan yang impulsif dalam memberikan setiap stimulus sehingga orang-orang bisa terpengaruh olehnya bahkan kaum lelaki sekalipun.
Dalam konteks pekerjaan, sosok perempuan Alpha ini menempati posisi penting seperti manager, CEO, Pimpinan Redaksi dan lain sebagainya. Kendati pada umumnya laki-laki yang menempati posisi atau jabatan yang krusial tidak menutup kemungkinan perempuan dengan kecakapan serta kemampuan intelektual yang tinggi, keberanian, percaya diri, memiliki etos kerja yang tinggi serta attitude yang menunjang dapat menjadi pemimpin.
Dalam agenda meeting misalnya, mereka secara spontan memberikan ide dan gagasan serta tidak menerima begitu saja asumsi yang disampaikan oleh kolega laki-lakinya tanpa diminta yang tentunya dengan retorika yang mereka miliki. Dalam dunia kerja perempuan alpha ini sangat dominan serta bersifat solutif dan mampu menjadi problem solving dalam setiap kendala yang dihadapi.
ADVERTISEMENT
Di situlah para alpha female ini disegani tidak hanya dari kaum perempuan saja bahkan kaum laki-laki juga juga menyegani dan menghormati. Katakan saja dalam struktur pemerintahan di Indonesia, keterlibatan perempuan dalam sektor pemerintahan patut mendapatkan apresiasi.
Sebut saja Nicke Widyawati, Direktur Utama PT. Pertamina yang masuk dalam 100 wanita berpengaruh dunia ( The World’s 100 Most Powerful Women) Forbes untuk tahun 2022. Nicke Widyawati berada di peringkat ke-49 dan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani di peringkat ke-47.
Kendati demikian, sosok alpha female tidak hanya ditemui di lingkungan pekerjaan saja, banyak perempuan alpha yang ditemukan pada kelompok sosial di tengah masyarakat yang mampu menciptakan inovasi bagi kelompoknya. Mereka yang disegani dalam suatu kelompok karena karakteristik serta kepiawaiannya dalam berbicara dan mampu menjadi penggerak di lingkungannya.
ADVERTISEMENT
Dalam lingkungan forum pengajian majelis taklim misalnya. Kelompok majelis taklim ini biasanya memiliki ketua yang dipilih dan dipercayai oleh jemaah-jemaah lainnya. Ketua yang terpilih adalah mereka yang yang tanpa disadari selalu menjadi sorotan dan diharapkan mampu dalam mengelola dan memimpin kelompoknya, serta mampu memberikan sumbangsih dan pengaruh nyata di dalam kelompok dan lingkungan sekitar.
Pemikiran dan aktualisasi dari dirinya yang mampu secara tidak sadar membawa anggota kelompoknya mengikuti pemikirannya yang rasional. Masih banyak lagi perempuan alpha yang terlihat mencolok dan terekspos dibandingkan dengan yang lain di lingkungan sosialnya.

Bagaimana untuk menjadi perempuan Alpha?

Ilustrasi perempuan alpha. Foto: Shutter Stock
Di era modernisasi berbasis digital saat ini, kiprah perempuan sudah tidak dapat diragukan lagi dalam sektor publik. Sudah banyak perempuan-perempuan mendapat sorotan karena prestasi di bidangnya, berkarier, mengeksplor diri di lingkungan sosialnya dan menjadi garda terdepan dalam project bersama timnya.
ADVERTISEMENT
Menjadi perempuan alpha tidak dapat serta merta mengeklaim secara subjektif kepada diri sendiri bahwasanya kita tergolong alpha female dengan kemampuan yang kita miliki dan standardisasi konseptual perempuan alpha. Beranggapan kita sudah menjadi perempuan yang independen, memiliki kecerdasan intelektual, inspiratif dengan pesona yang luar biasa.
Realitanya semua itu belum tentu dapat memberikan asumsi kepada orang lain bahwasanya kita tergolong perempuan alpha. Untuk menjadi alpha female butuh legalitas dari anggota suatu kelompok. Kelompok lah yang memberikan legitimasi bahwasanya perempuan tersebut memiliki kepiawaian yang mampu menggerakkan orang-orang di sekitarnya dengan cara berpikir dan tindakannya serta kemampuan pendekatan emosional yang dimilikinya.
Jika laki-laki pada umumnya dikenal dengan gaya kepemimpinan yang tegas dan penuh dengan logika, perempuan mampu mensinergikan antara logika dan perasaan. Mereka tidak serta merta mengambil keputusan berdasarkan logika berpikirnya, tetapi juga menggunakan perasaan dan sisi manusiawi dengan love languange yang mereka miliki.
ADVERTISEMENT
Menyandang status alpha female menjadi gelar atau reward yang diberikan orang lain atas kemampuan dan kecakapannya dalam menciptakan inovasi dan menyadari potensi mereka serta mengupayakan hal-hal untuk merealisasikan surplus tersebut sehingga mereka dapat dikatakan leader of the pack (pemimpin atas kawanan) dengan pola pikir yang mampu menggerakkan orang lain untuk mencapai goals nya.
Dalam membangun citra positif para perempuan alpha mereka harus mempunyai bekal pendidikan agar mampu bertahan dalam gebrakan kehidupan yang selalu dinamis. Pemikiran yang kritis dan kecerdasan emosional dapat diperoleh dari dunia pendidikan. Perempuan yang independen melalui fase internalisasi pola pikir dalam pendidikan sehingga mewujudkan output dalam bentuk kecerdasan intelektual.
Kendati demikian, memiliki kecerdasan intelektual saja tidak cukup. Landasan pemikiran tanpa adanya attitude yang menunjang juga akan membuat perempuan memiliki value yang rendah. Attitude sangat penting agar tidak terjadinya degradasi sosial dalam kepemimpinan. Kecerdasan intelektual dan attitude yang baik harus bersinergi dalam menciptakan perempuan alpha di eranya.
ADVERTISEMENT
Tidak semua perempuan dapat menyandang status sebagai alpha female. Memang realitanya semua perempuan memiliki kapabilitas dan potensinya masing-masing akan tetapi tidak semua perempuan lahir dengan faktor pendukung seperti kecerdasan yang sama, kondisi fisik, daya tarik dan lain sebagainya sebagai standardisasi perempuan alpha.
Tidak semua perempuan dapat dikategorikan alpha female, selain secara logika juga tidak semua perempuan akan memimpin harus ada yang menjadi pemimpin dan yang dipimpin, menjadi perempuan alpha bukan hanya sekadar menyandang status sebagai "alpha female" tetapi juga mempertahankan bagaimana peran perempuan yang mempunyai jiwa pemimpin dalam dominasi laki-laki sebagai pemimpin.
Di tengah hegemoni budaya patriarki, Alpha female tidak mengindikasi bahwasanya perempuan itu harus jadi pemimpin bagi laki-laki. Gender tidak menjadi sesuatu yang relevan dalam pekerjaan dan kepemimpinan. Jika seseorang memiliki kecerdasan, percaya diri, dan yang bagus semua kalangan berhak memiliki kesempatan untuk belajar darinya.
ADVERTISEMENT