Penggunaan Kecerdasan Buatan Dalam Militer: Menguntungkan Atau Berbahaya?

Yosualef Misael K
Mahasiswa Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan Universitas Airlangga
Konten dari Pengguna
18 Mei 2024 16:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yosualef Misael K tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernahkah kalian mendengar sebuah game bertajuk Ace Combat 7? Game tersebut adalah game simulator pesawat tempur yang menawarkan berbagai misi untuk diselesaikan. Dalam game tersebut, musuh terakhir pemain adalah sebuah drone yang dikendalikan oleh kecerdasan buatan. Kecerdasan buatan sendiri memang merupakan salah satu tema utama dalam game ini, dimana dalam beberapa misi, pemain sering kali ditugaskan untuk melawan pesawat tempur AI. Hal ini tentu saja menjadi bahasan yang sangat menarik, dimana dalam era kecerdasan buatan yang meningkat akhir akhir ini, potensi penggunaannya pada bidang militer semakin meningkat.
Atas: Illustrasi Pesawat Tempur Nirawak. (Sumber Gambar: shutterstock)
Hadirnya kecerdasan buatan menimbulkan pro dan kontra. Kecerdasan buatan dapat membantu hampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk agrikultur, pendidikan, bahkan konstruksi, dan kesehatan. Di sisi lain, industri pertahanan menjadi salah satu sektor yang sering menjadi kambing hitam dalam penerapan suatu teknologi baru, tak terkecuali kecerdasan buatan. Oleh karena itu, banyak media populer yang membuat narasi bahwa penerapan kecerdasan buatan dalam dunia militer justru dapat membahayakan umat manusia. Seri film Terminator misalnya, dimana Skynet, sebuah kecerdasan buatan, mengendalikan robot-robot dan nuklir untuk menguasai dunia.
ADVERTISEMENT
Namun, sekarang nampaknya penggunaan kecerdasan buatan dalam industri pertahanan sudah tidak bisa dihindari lagi. Layaknya dalam game Ace Combat 7, Amerika Serikat telah mengembangkan purwarupa jet tempur yang dikendalikan oleh kecerdasan buatan. Purwarupa ini adalah X-62A Vista, pesawat tempur nirawak yang dimodifikasi berdasarkan jet tempur F-16. Bahkan pesawat ini ditandingkan dengan F-16 berawak untuk menguji kemampuan kecerdasan buatan tersebut. Hal ini merupakan sesuatu yang revolusioner, dimana Angkatan Udara Amerika Serikat membutuhkan jet tempur yang mudah dan murah untuk dioperasikan. Jet-jet nirawak ini akan sangat berguna untuk pendukung serangan dekat tanpa risiko kehilangan pilot.
Namun, di sisi lain penggunaan kecerdasan buatan memiliki resiko dimana pesawat tempur AI ini dapat menyerang target tanpa sepertujuan manusia. Tak perlu jauh-jauh, sejak Perang Ukraina kedua pihak yang berseteru telah menggunakan drone rakitan kecil yang diprogram khusus untuk menyerang tank musuh atau pasukan musuh. Serangan jarak jauh yang strategis ini menjadi kajian bagi militer modern untuk menggunakan drone yang dapat diprogram khusus untuk satu kali menyerang target darat, mudah dirakit, dan memiliki biaya operasional yang relatif murah.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, penggunaan kecerdasan dalam militer tak harus melibatkan alat-alat tempur militer. Untuk saat ini, kecerdasan buatan akan sangat berguna di bidang sistem pengawasan (surveillance), perencanaan strategis dan simulasi, bagian komputasi data, cybersecurity, dan pemeliharaan alat-alat tempur, yang akan membantu militer tertentu untuk secara efektif melakukan pertahanan jika sewaktu-waktu terjadi konflik.
Sumber:
https://news.sky.com/story/ai-controlled-f-16-takes-us-air-force-leader-for-high-speed-ride-as-he-backs-tech-to-launch-weapons-13128673
https://www.livescience.com/technology/engineering/ai-drone-that-could-hunt-and-kill-people-built-in-just-hours-by-scientist-for-a-game
https://sdi.ai/blog/the-most-useful-military-applications-of-ai/#:~:text=Warfare%20systems%20such%20as%20weapons,systems%20may%20require%20less%20maintenance.