Aksi Menyebar ke Inggris & Australia, Mahasiswa Pro-Palestina Mulai Bangun Kamp

2 Mei 2024 17:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Situasi Aksi di University of Melbourne, Kamis (2/4/2024). Foto: Dok Nur Riska Lukita
zoom-in-whitePerbesar
Situasi Aksi di University of Melbourne, Kamis (2/4/2024). Foto: Dok Nur Riska Lukita
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejumlah mahasiswa di universitas-universitas Inggris dan Australia mulai menggelar demonstrasi perkemahan sebagai protes atas perang di Gaza. Aksi itu menyusul insiden kekerasan yang terjadi di kampus-kampus Amerika Serikat. Tercatat lebih dari 1.600 orang ditangkap aparat dalam protes tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada Rabu (1/5), protes digelar di setidaknya empat universitas di Inggris, termasuk Sheffield, Bristol, Leeds, dan Newcastle. Dikutip dari Guardian, universitas lain diperkirakan akan bergabung untuk menunjukkan solidaritas terhadap Palestina.
Selain itu, mahasiswa juga meminta kampus masing-masing untuk melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan yang memasok senjata ke Israel. Juga memutuskan hubungan akademik dengan universitas di Israel.
Di Sheffield, Koalisi Kampus Sheffield untuk Palestina memulai perkemahan sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina. Mahasiswa yang terlibat mengatakan kesiapannya untuk berkemah di luar kampus tanpa batas waktu hingga tuntutan mereka dipenuhi.
“Kami telah bersiap menghadapi cuaca di South Yorkshire,” kata salah satu mahasiswa peneliti yang ikut dalam protes tersebut.
“Kami punya gazebo, meja piknik, dan generator listrik. Kami akan tinggal tanpa batas waktu sampai universitas memenuhi tuntutan kami," tambahnya, seperti dikutip dari Guardian.
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di University of Sheffield, Inggris, Kamis (2/5/2024). Foto: Dok. Fenty Ratna Indarti
Di sisi lain, Sekretaris dan Chief Operating Officer University of Manchester, Patrick Hackett, menyampaikan keprihatinan terkait perkemahan di kampus tersebut.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan, aksi itu dapat menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan. Hackett menegaskan pentingnya memastikan bahwa semua orang di kampus tetap aman.
Para wakil rektor universitas di Inggris terus memantau perkembangan di kampus mereka dan di luar negeri, menyikapi aksi protes mahasiswa dengan memperhatikan kebebasan berpendapat yang sah.
Aksi protes ini mencuat setelah insiden kekerasan di Columbia University dan kampus-kampus AS lainnya memicu kemarahan di kalangan mahasiswa Inggris serta menumbuhkan rasa solidaritas dengan Palestina.
Para mahasiswa menginginkan transparansi dan divestasi dari segala bentuk dukungan universitas terhadap Israel, sekaligus mendesak gencatan senjata dan pengakhiran hubungan dengan negara tersebut.
Mahasiswa, staf, dan komunitas pro-Palestina, turut serta dalam protes ini. Mereka menekankan pentingnya mengambil langkah konkret untuk mendukung perdamaian di Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
“Universitas memantau berita terkini mengenai protes kampus di AS dan Kanada. Seperti halnya isu-isu penting lainnya, universitas berupaya keras untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara memastikan keselamatan seluruh mahasiswa dan staf, termasuk mencegah pelecehan, dan mendukung kebebasan berpendapat yang sah di kampus. Kami terus bertemu secara rutin untuk membahas posisi terbaru dengan pimpinan universitas,” ungkap juru bicara perwakilan 142 kampus di Inggris.
Demonstan aksi dukung warga Palestina di Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di London, Inggris, Sabtu (21/10/2023). Foto: Hannah McKay/REUTERS
Sama seperti di AS dan Inggris, sejumlah mahasiswa di empat universitas di Australia telah menyatakan komitmennya untuk melakukan aksi bela Palestina.
Protes dimulai di Universitas Sydney pada Selasa (23/4). Mereka mulai membangun kamp yang menampung 40 hingga 60 mahasiswa setiap malam. Rapat umum pada Rabu (24/5) menarik sekitar 200 orang.
ADVERTISEMENT
Gerakan ini kemudian menyebar ke University of Melbourne pada Kamis (25/5), diikuti dengan pembentukan kamp-kamp di University of Queensland dan Universitas Nasional Australia di Canberra pada Senin (29/4). Sebuah kamp juga diharapkan akan didirikan di Curtin University di Perth pada pekan ini. Para pengunjuk rasa bertekad untuk tetap berada di kampus sampai tuntutan mereka terpenuhi.
Di Melbourne, mahasiswa mengkritik hubungan institusi tersebut dengan perusahaan pertahanan seperti Lockheed Martin. Mereka telah memberikan dana sebesar USD 3,5 juta untuk beasiswa PhD dan proyek penelitian sejak 2016.
Sama seperti universitas lainnya, University of Melbourne secara aktif menentang segala bentuk rasisme, termasuk antisemitisme dan Islamofobia.
Para mahasiswa di Australia menuntut pengungkapan dan divestasi dari seluruh kegiatan universitas yang mendukung Israel. Utamanya, mereka menginginkan gencatan senjata dan pengakhiran hubungan pemerintah dengan negara Yahudi tersebut.
ADVERTISEMENT
Pergerakan mahasiswa ini menjadi bagian dari gelombang protes global yang menyoroti situasi di Palestina dan menekankan perlunya aksi konkret untuk mencapai perdamaian di Timur Tengah.