Bentrok Demo Pro-Palestina AS: Polisi Tahan 2 Ribu Orang, Ratakan Tenda di UCLA

3 Mei 2024 10:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas membongkar tenda di lokasi perkemahan pro-Palestina di kampus UCLA Kamis, 2 Mei 2024, di Los Angeles. Foto: AP/Ashley Landis
zoom-in-whitePerbesar
Petugas membongkar tenda di lokasi perkemahan pro-Palestina di kampus UCLA Kamis, 2 Mei 2024, di Los Angeles. Foto: AP/Ashley Landis
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Polisi secara paksa membubarkan sejumlah pengunjuk rasa pro-Palestina di beberapa perguruan tinggi pada Kamis (2/5). Aparat juga merobohkan tenda-tenda di Universitas California di Los Angeles (UCLA).
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa pekan terakhir, polisi telah menangkap lebih dari 2.100 orang imbas protes massal di kampus-kampus Amerika Serikat.
Pada Kamis dini hari, polisi menyerbu tenda yang didirikan di UCLA menggunakan flash bang dan perlengkapan antihuru-hara untuk menerobos barisan pengunjuk rasa yang saling bergandengan tangan.
Ratusan orang ditangkap di UCLA dan sekolah lainnya.
“Saya seorang mahasiswa di sini,” kata salah satu pengunjuk rasa UCLA sambil dibawa pergi, tangannya terikat.
"Tolong jangan ganggu kami. Jangan ganggu kami,” tambahnya, seperti dikutip dari Reuters.
Beberapa jam kemudian, mahasiswa itu (Ryan) kembali ke kampus dan bersumpah tidak akan berhenti berjuang.
"Kami akan kembali," katanya.
"Kami akan melakukan gangguan. Kami akan menuntut divestasi,” teriak Ryan.
ADVERTISEMENT
Dalam dua minggu ke belakang, mahasiswa AS telah berunjuk rasa dengan mendirikan tenda di puluhan universitas untuk memprotes perang Israel di Gaza.
Para pengunjuk rasa meminta Presiden Joe Biden untuk berbuat lebih banyak guna menghentikan pertumpahan darah di Gaza dan menuntut divestasi sekolah-sekolah dari perusahaan yang mendukung pemerintah Israel.
Banyak sekolah, termasuk Columbia University di New York, yang bahkan melibatkan polisi untuk meredam protes tersebut.
Biden akhirnya angkat bicara usai insiden penggerebekan di UCLA. Dia menyampaikan pidato yang mengatakan bahwa orang AS mempunyai hak untuk melakukan protes tetapi tidak untuk melancarkan kekerasan.
“Penghancuran properti bukanlah protes damai,” katanya di Gedung Putih.
"Ini melanggar hukum. Vandalisme, masuk tanpa izin, memecahkan jendela, menutup kampus, memaksa pembatalan kelas dan wisuda - semua ini bukanlah protes damai," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Pengunjuk rasa pro-Palestina duduk di tangga menuju perkemahan yang didirikan oleh mahasiswa dan aktivis pro-Palestina saat mereka berdemonstrasi di kampus Universitas California, Los Angeles (UCLA) di Los Angeles, California (1/5/2024). Foto: ETIENNE LAURENT / AFP
Kekerasan di Kampus
Di UCLA, polisi berulang kali mendesak para demonstran untuk mengosongkan zona protes.
Puluhan ledakan keras terdengar dari granat kejut yang ditembakkan oleh polisi. Sementara itu, para demonstran, dengan perisai dan payung daruratnya, meneriakkan "dorong mereka mundur" dan menyorotkan cahaya terang ke mata petugas.
Tayangan langsung di televisi menunjukkan petugas membongkar tenda dan menghancurkan barikade darurat.
Beberapa pengunjuk rasa terlihat mengenakan topi, kacamata, dan masker respirator untuk mengantisipasi pengepungan tersebut. Bentrokan terjadi sehari setelah universitas menyatakan perkemahan itu melanggar hukum.
Pada pagi hari, alun-alun dipenuhi sisa-sisa perkemahan yang hancur: Tenda, selimut, wadah makanan, bendera Palestina, dan helm berserakan. Polisi tetap berjaga pada paruh pertama hari itu.
Polisi maju ke arah demonstran pro-Palestina di sebuah perkemahan di kampus UCLA Kamis, 2 Mei 2024, di Los Angeles. Foto: AP/Jae C. Hong
Di Portland, Oregon, polisi memasuki perpustakaan Universitas Negeri Portland pada Kamis pagi, tempat para demonstran melakukan barikade sejak Senin (29/4).
ADVERTISEMENT
Puluhan pengunjuk rasa berlari keluar gedung dan menyerbu barisan petugas antihuru-hara yang kemudian menangkap mereka.
Di New Hampshire, polisi menangkap sekitar 100 pengunjuk rasa dalam insiden terpisah di Dartmouth University dan University of New Hampshire, hingga membubarkan perkemahan.
Pihak pro-Palestina, termasuk beberapa orang Yahudi yang menentang tindakan Israel di Gaza, mengatakan dicap sebagai antisemitisme karena mengkritik pemerintah Israel dan menyatakan dukungan terhadap hak asasi manusia.
Rektor UCLA, Gene Block, mengatakan bahwa para pejabat telah mengizinkan perkemahan tetap di dalam kampus selama beberapa hari karena aksi tersebut awalnya berjalan damai. Namun, bentrokan dengan massa pro-Israel telah membahayakan mahasiswa.
“Hal ini menyebabkan kondisi tidak aman di kampus kami dan merusak kemampuan kami untuk menjalankan misi kami,” kata Block tentang aksi tersebut.
ADVERTISEMENT
"Ini harus diakhiri," sambungnya.
Seorang pengunjuk rasa pro-Palestina sekaligus mahasiswa hukum UCLA, Taylor Gee, mengatakan operasi polisi pada Kamis itu terasa sangat menyakitkan bagi banyak pengunjuk rasa.
“Bagi mereka yang keluar pada malam berikutnya untuk mengeluarkan kami dari perkemahan, itu tidak masuk akal, tapi juga masuk akal,” katanya.
Pejabat UCLA mengatakan, kampus dengan hampir 52.000 mahasiswa itu akan tetap ditutup kecuali untuk beberapa kegiatan operasional pada Kamis dan Jumat pekan ini.