Konten dari Pengguna

Isi Pikiran Seorang Anak yang Memiliki Penyakit Kecemasan Tinggi

Poetri Sekar Kinanthi
Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
16 Juli 2022 18:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Poetri Sekar Kinanthi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Andai ku bisa melupakan segalanya, walaupun hanya sedetikpun. Ku sama sekali tidak ingin mengingat hal sepele itu.

Photo by Elyas Pasban on Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Elyas Pasban on Unsplash
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kita semua mempunyai ingatan akan suatu peristiwa yang telah terjadi dalam hidup kita. Ingatan itu bisa berasa manis dan pahit. Kedua jenis ingatan ini pasti tidak akan kita lupakan. Ingatan yang manis akan membuat kita tersenyum-senyum ketika mengingatnya. Ingatan pahit juga akan kita ingat. Menurut ku, ingatan pahit adalah ingatan yang terbaik. Kita semua dapat belajar dari nya. Namun ada kala nya ingatan pahit itu merupakan musuh terbesar dalam hidup ku.
ADVERTISEMENT
Setiap kali ku mengingat peristiwa buruk, sekecil apapun peristiwa tersebut, ku merasa ingin berteriak sekencang-kencangnya, “Pergilah... pergilah” ku ulang kata-kata itu dalam pikiran ku. Itu satu-satunya cara agar ku tidak membuat orang-orang di sekitar merasa khawatir dan tidak enak. Ketika ku berada di kastil ku, aku akan memeluk boneka ku dan mencoba menenangkan diriku.
“Kau terlalu emosional”, “Jangan anggap ini beban yang berat”, “Kau sudah memiliki segalanya, kenapa harus merasa seakan-akan kau menderita?”, “Banyak orang yang memiliki hidup yang lebih susah dari mu, jangan menjadi anak manja”. Suara-suara di kepalaku mengulang kata-kata yang sama. Aku tau apa yang dikatakan mereka itu benar, tetapi entah kenapa kata-kata mereka membuatku semakin resah.
ADVERTISEMENT
Ingatan-ingatan yang membuatku berada dalam mode panik ini muncul secara random. Jika keberuntungan ada di sisi ku, ingatan tersebut akan muncul ketika aku sedang berada di kastil ku, alhasil ku bisa menenangkan diri tanpa mengkhawatirkan orang lain. Namun, ada kala nya ingatan tersebut muncul ketika aku sedang berada di luar, saat itu terjadi aku hanya bisa melanjutkan apa yang sedang ku lakukan sembari mencoba untuk menenangkan diri.
Terkadang aku berhasil menenangkan diri dan melanjutkan aktivitas yang sedang ku lakukan, terkadang ku tidak bisa menahannya sehingga air mata ku secara perlahan berjatuhan. Ketika hal ini terjadi ku hanya menciptakan ingatan baru yang nantinya akan ku ingat seumur hidup. Ya, salah satu ingatan yang membuatku dalam mode panik adalah ingatan ketika aku menangis di depan banyak orang.
ADVERTISEMENT
Hal yang sepele bukan? Semua orang pasti pernah menunjukan sisi lemah mereka di depan banyak orang dan dapat melupakan nya dengan mudah. Namun entah kenapa bagi ku, ingatan seperti itu selalu saja membekas, dan luka bekas itu akan menjadi semakin dalam ketika seseorang mengingatkan atau menceritakan peristiwa itu kepada orang lain.
Ibaratkan sebuah pisau yang menusuk tubuh, pisau itu berhasil ku keluarkan dan luka yang ditinggalkan nya sedikit demi sedikit tertutup, ketika seseorang bercerita kepada orang lain akan saat-saat di mana ku menunjukan kelemahan ku apapun itu alasannya dan dari media manapun, sebuah pisau yang lebih besar akan menusuk luka yang seharusnya sudah tertutup, alhasil membuka kembali luka tersebut sekaligus membuatnya lebih parah.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu aku hanya bisa tersenyum dan dalam pikiran, ku memohon mereka akan mengganti topik pembicaraan, kenapa aku tidak langsung saja bilang pada mereka untuk berhenti? Karena pastinya mereka akan menyepelekan hal tersebut dan langsung saja bilang kalau aku itu cengeng atau terlalu sensitif.
Aku sangat membenci diriku yang seperti ini. Walaupun setiap kali aku selalu bisa menenangkan diri, tetapi di belakang kepalaku, aku selalu berpikir ‘Seandainya aku terus-terusan seperti ini, apakah aku akan bisa sukses? Menghasilkan uang yang nantinya akan membantu keluarga ku? Membanggakan mama dan papa? Menjadi orang yang berguna?’.
Sebagai seseorang yang ingin menjadi penulis di masa depan, aku ingin sekali masuk ke dunia yang telah ku buat itu, menjadi karakter yang aku inginkan, memiliki sifat, keahlian, dan kehebatan yang aku inginkan. Jika ada kejadian yang aku tidak suka, ku tinggal menghapus dan mengganti dengan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Namun aku sadar kalau hal itu sangat tidak mungkin. Tidak ada yang bisa lari dari kenyataan. Lagi pula, jika aku memang ingin menjadi seseorang yang berguna bagi keluarga ku, aku tidak boleh lari dari kenyataan. Saat ini aku hanya harus fokus pada pembelajaran dan selama aku masih memiliki orang-orang yang berada di sisi ku, berjuang bersama ku, menyemangati ku. Aku tidak akan menyerah.
KAU TIDAK AKAN MENEMUKAN PELANGI JIKA KAU SELALU MELIHAT KE BAWAH
ꟷ CHARLIE CHAPLIN