Konten dari Pengguna

Tantangan Penerapan Bisnis Islam di Era Kontemporer

rhasyaauliaf
Mahasiswa Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6 Juli 2025 0:29 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kiriman Pengguna
Tantangan Penerapan Bisnis Islam di Era Kontemporer
tantangan-tantangan yang di hadapi oleh para pembisinis islam dan memanfaatkannya menjadi sebuah keunggulan.
rhasyaauliaf
Tulisan dari rhasyaauliaf tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.pexels.com/photo/women-working-together-8938267/
zoom-in-whitePerbesar
https://www.pexels.com/photo/women-working-together-8938267/
ADVERTISEMENT
Minat terhadap ekonomi dan bisnis yang berlandaskan etika dan spiritualitas terus meningkat di seluruh dunia. Di tengah arus ini, bisnis Islam hadir sebagai sebuah sistem alternatif yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan (profit), tetapi juga pada keberkahan dan kemaslahatan bersama (falah). Dengan prinsip yang mengakar pada Al-Qur'an dan Sunnah, bisnis Islam menawarkan kerangka kerja yang adil, transparan, dan bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
Namun, menerapkan prinsip-prinsip yang telah berusia ribuan tahun di tengah kompleksitas dunia modern bukanlah tanpa halangan. Para pengusaha dan praktisi ekonomi syariah dihadapkan pada serangkaian tantangan unik yang menuntut inovasi, ketekunan, dan pemahaman mendalam.
Berikut adalah beberapa tantangan utama dalam menerapkan bisnis Islam pada masa modern:
1. Kompleksitas Sistem Keuangan Global yang Berbasis Bunga
Tantangan terbesar dan paling fundamental adalah dominasi sistem keuangan global yang berbasis bunga (riba). Riba secara tegas dilarang dalam Islam. Sementara itu, hampir seluruh instrumen keuangan konvensional—mulai dari pinjaman modal usaha dari bank, fasilitas kartu kredit, hingga mekanisme pembiayaan pemasok—mengandung unsur bunga.
Pengusaha Muslim yang ingin sepenuhnya patuh pada syariah harus mencari alternatif pembiayaan dari lembaga keuangan syariah, modal ventura syariah, atau skema permodalan berbasis kerja sama seperti mudharabah (bagi hasil) dan musyarakah (kemitraan). Alternatif ini sering kali belum seluas dan sefleksibel ekosistem konvensional, sehingga membatasi akses terhadap modal dan skala pertumbuhan bisnis.
ADVERTISEMENT
2. Globalisasi dan Kerumitan Rantai Pasok
Prinsip utama dalam bisnis Islam adalah memastikan produk dan jasa yang ditawarkan tidak hanya halal dari segi zat, tetapi juga thayyib—baik dan diperoleh melalui proses yang benar. Di era globalisasi, rantai pasok menjadi sangat panjang dan kompleks, melintasi berbagai negara dengan regulasi dan standar yang berbeda.
Memastikan setiap mata rantai—mulai dari bahan baku, proses produksi, logistik, hingga sampai ke tangan konsumen—sepenuhnya bebas dari unsur haram, eksploitasi tenaga kerja, atau kerusakan lingkungan adalah sebuah tantangan logistik yang sangat besar. Diperlukan sistem pelacakan (traceability) yang canggih dan audit yang ketat untuk menjaga integritas halal dan thayyib dari hulu ke hilir.
3. Transformasi Digital dan Isu Syariah Kontemporer
ADVERTISEMENT
Dunia bisnis modern digerakkan oleh teknologi. E-commerce, fintech (teknologi finansial), pemasaran digital, dan ekonomi data membuka peluang sekaligus tantangan baru bagi penerapan prinsip syariah.
Beberapa isu yang muncul antara lain:
4. Regulasi dan Lingkungan Hukum Sekuler
Di banyak negara, termasuk di negara dengan mayoritas penduduk Muslim, kerangka hukum bisnis yang berlaku adalah hukum sekuler (konvensional). Hal ini sering kali menimbulkan tantangan dalam legalitas akad-akad syariah. Misalnya, kontrak musyarakah mutanaqisah (kemitraan dengan pengalihan kepemilikan bertahap) untuk pembiayaan properti mungkin tidak dikenal dalam sistem hukum pertanahan konvensional, sehingga memerlukan penyesuaian hukum yang rumit. Pelaku bisnis harus mampu "menerjemahkan" kontrak syariah ke dalam bahasa hukum yang diakui oleh negara.
ADVERTISEMENT
5. Keterbatasan Sumber Daya Manusia dan Literasi
Tantangan signifikan lainnya adalah kesenjangan sumber daya manusia. Masih terbatas jumlah profesional yang memiliki kompetensi ganda: ahli dalam praktik bisnis modern (manajemen, keuangan, pemasaran) sekaligus memiliki pemahaman yang mendalam tentang fiqh muamalat (hukum transaksi Islam).
Di sisi lain, tingkat literasi masyarakat umum dan bahkan pelaku usaha mengenai prinsip bisnis Islam sering kali masih dangkal. Banyak yang menyamakan bisnis Islam sebatas pada label "halal" pada produk makanan, padahal cakupannya jauh lebih luas, mencakup etika kerja, keadilan upah, tanggung jawab sosial, dan kelestarian lingkungan.
Peluang di Balik Tantangan
Meskipun tantangan yang dihadapi tidaklah mudah, bukan berarti jalan buntu. Justru, setiap tantangan ini membuka pintu bagi inovasi dan peluang:
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan Keuangan Syariah: Industri keuangan syariah global terus bertumbuh, menyediakan lebih banyak pilihan produk dan layanan untuk mendukung ekosistem bisnis Islam.
Menerapkan bisnis Islam di era modern adalah sebuah perjalanan yang menuntut lebih dari sekadar niat baik. Ia memerlukan kecerdasan untuk beradaptasi, keberanian untuk berinovasi, dan komitmen teguh pada prinsip. Dengan mengatasi tantangan-tantangan yang ada melalui pendidikan, kolaborasi, dan inovasi, bisnis Islam tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga berpotensi menjadi solusi bagi terwujudnya sistem ekonomi global yang lebih adil, seimbang, dan menyejahterakan bagi semua.
ADVERTISEMENT