Mahasiswa KKN BTV III UNEJ Menerapkan Inovasi Digital Marketing Pada Usaha Tape

Thifala Chandra Kirana
Mahasiswa Universitas Jember
Konten dari Pengguna
29 Agustus 2021 16:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Thifala Chandra Kirana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
Pada kegiatan KKN Back To Village III Universitas Jember unej.ac.id ini masih dilakukan secara mandiri dikarenakan adanya pandemi Covid 19 yang sudah terjadi selama setahun lebih sejak 2020. Kegiatan KKN Back To Village ini dilksanakan mulai tanggal 11 Agustus hingga 09 September 2021. Saat ini, pemerintah memberlakukan kebijakan PPKM atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Kabupaten Jember. Hal ini sangat berdampak terhadap ekonomi masyarakat menengah ke bawah terutama pada bidang wirausaha. Selama pandemi, banyak UMKM di wilayah Kota Jember yang ikut terdampak pandemi Covid 19. Kabupaten Jember terdiri dari 31 kecamatan. Kabupaten Jember terletak di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Luas wilayah kabupaten ini adalah 3.293,90 km2. Di mana terdiri dari 31 kecamatan, 226 desa, dan 22 kelurahan. Salah satu desa yang menjadi fokus saya untuk melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yaitu Desa Jatisari.
ADVERTISEMENT
Desa Jatisari terletak di Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember. Desa Jatisari memiliki luas wilayah 553.295 Ha. Desa jatisari merupakan salah satu desa yang mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 2.697 Orang dan buruh tani sebanyak 2.719 Orang. Kemudian terdapat 2.467 Orang yang tidak memiliki pekerjaan, salah satu faktornya yaitu pandemi dan pengangguran tersebut terus bertambah sepanjang tahun.
Kantor Balai Desa Jatisari
Masyarakat di Desa Jatisari juga banyak yang berprofesi sebagai pengusaha rumahan. Salah satunya yaitu usaha rumahan tape singkong. Pemilik usaha ini bernama Bu Maryani yang sudah mengelola usaha tape singkong ini selama 35 tahun. Bu Maryanai bersama suami beliau bekerja sama untuk terus mengelola usaha rumahan tape singkong ini hingga tape singkong beliau dikenal di Desa Jatisari. Bu Maryani mengatakan bahwa yang mengawali usaha tape singkong ini adalah suami beliau. Tape singkong buatan Bu Maryani terkenal beda dengan tape singkong lainnya. “Kata orang-orang, kalau tape buatan saya itu ga mudah lembek jadi tapenya keset ga gampang berair”, kata Bu Maryani. Setiap harinya Bu Maryani memproduksi sebanyak setengah kwintal tape singkong yang mana bahan dasar tape singkong tersebut berasal dari singkong asli Kota Bondowoso yang dikirim langsung dari pengepul. Bu Maryani memiliki 4 anak yang sudah pada menikah. Anak ke-4 beliau masih sangat muda berumur 22 tahun. Anak ke-4 beliau ini memiliki hobi berjualan barang-barang seperti kasur, karpet dan bantal yang masih dilakukan secara konvensional (offline).
Melihat proses pembuatan tape singkong
Anak ibu Maryani yang ke-4 bernama Risa. Risa mengatakan bahwa penjualan selama masa pandemi menurun daripada saat sebelum pandemi. Pendapatan yang awalnya perhari Rp. 700.000, kini menurun hingga Rp. 100.000 perhari. Pemasaran produk masih dilakukan pengantaran menggunakan sepeda motor dan jangkauan customer-nya masih pada daerah Kota Jember saja.
ADVERTISEMENT
Adapun beberapa permasalahan yang saya temukan dari hasil wawancara dengan Bu Maryani dan keluarga, yang pertama pengetahuan para pelaku usaha mengenai pemasaran online sangat minim. Baliau masih menerapkan penjualan secara offline, di mana barang-barang dagangan dijual keliling menggunakan sepeda kayuh yang dilakukan oleh suami beliau. Suami anak ke-4 beliau juga masih berjualan barang-barang dagangannya secara offline dengan pengantaran menggunakan sepeda motor. Permasalahan yang kedua adalah kurangnya kesadaran para pelaku usaha mengenai pentingnya pemasaran online terutama di masa pandemi. Pandemi Covid-19 sangat berdampak terhadap ekonomi masyarakat, sehingga terjadi perubahan teknis penjualan yang awalnya berbasis offline beralih ke online. Hal tersebut dilakukan secara besar-besaran oleh para pelaku usaha offline sehingga menimbulkan tsunami transformasi bisnis dari offline ke online. Dikutip dari Bisnis.com, Head of Public Policy and Government Relations Shopee, Radityo Triatmojo mengatakan bahwa tsunami transformasi ke ranah online tersebut terlihat dari banyak penjual atau UMKM offline secara tiba-tiba bertransformasi ke daring, mengingat mereka tidak memiliki pilihannya lain di tengah pandemi Covid-19 .
ADVERTISEMENT
Kegiatan KKN Back To Village III yang diadakan Universitas Jember kali ini dilakukan secara mandiri oleh masing-masing Mahasiswa Universitas Jember dengan 5 pilihan program kerja yang sudah disediakan. Salah satu program kerja yang saya angkat yaitu Program Pemberdayaan Wirausaha Masyarakat Terdampak Covid-19. Dengan demikian, saya selaku mahasiswa KKN Back To Village III Universitas Jember angkatan tahun 2018 ingin mengajak pelaku usaha tape Desa Jatisari mengembangkan usaha-usaha tersebut dengan memberi pendampingan pembuatan produk turunan dari tape singkong berupa bola tape krispsi serta melakukan pengenalan pemasaran melalui digital marketing seperti instagram, facebook dan shopee. Adapun tahap-tahap pelaksanaan pemasaran online yaitu membuat akun sosial media, sosialisasi penggunaan akun dan cara promosi melalui sosial media dan pendampingan selama kegiatan. Melalui program inovasi yang saya bawakan ini diharapkan akan membawa dampak positif dan berkelanjutan bagi pelaku usaha rumahan tape singkong untuk diterapkan pada kegiatan penjualan produk secara online di masa pandemi Covid-19 sehingga dapat meningkatkan perekonomian pelaku usaha.
ADVERTISEMENT