Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Pengaruh Kekerasan Verbal (Verbal Abuse) terhadap Kepercayaan Diri Remaja
15 Desember 2024 1:25 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Nadine Syahirah Pahlevi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dengan meningkatnya penggunaan sosial media pada remaja seperti saat ini, KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) menyampaikan bahwa data laporan kekerasan verbal yang dilakukan oleh remaja saat ini terus mengalami peningkatan terutama di 2023 tercatat 1.665 kasus terjadi. Kekerasan verbal merupakan kekerasan terhadap perasaan dengan mengeluarkan kata kata kasar dan bersifat mengancam maupun menghina tanpa menyentuh fisik dikutip dari www.kpai.go.id. Kekerasan verbal ini dapat menimbulkan luka yang berkepanjangan kepada korban. Ucapan - ucapan yang bersifat menghina akan terekam dalam memori seorang remaja dalam waktu lama. Hal sangat berdampak terhadap kepercayaan diri remaja yang sangat diperlukan untuk perkembangan sosial remaja di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sering kali kita menemukan orang tua yang berkata kasar hingga membentak anaknya, sehingga dapat melukai hati anak. Berbagai efek yang bisa terjadi kepada anak seperti anak menjadi pendendam, dan menimbulkan depresi jangka panjang terhadap anak sehingga anak menjadi penakut. Anak menjadi pendiam dan jarang bertanya karena dia selalu menerima kekerasan verbal dari orang tuanya saat ia bertanya. Orang tua terkadang melakukan kekerasan verbal berupa teriakan, umpatan, ataupun panggilan yang bersifat melecehkan. Kekerasan verbal juga sering terjadi pada lingkungan sekolah dimana bentuk-bentuk kekerasan verbal di lingkungan sekolah seperti ejekan, bullying verbal, penghinaan, pengucilan sosial, ancaman, atau komentar yang merendahkan. Kekerasan verbal di sekolah dapat terjadi antara siswa atau melibatkan siswa dan guru/staf sekolah. Hal ini bisa terjadi di dalam kelas, di lorong sekolah, di area permainan, di lingkungan virtual, atau dalam interaksi sehari-hari antara siswa dan guru/staf.
ADVERTISEMENT
Kekerasan verbal (verbal abuse) berdampak lebih besar dan berkelanjutan terhadap perkembangan kepercayaan diri remaja. Hal tersebut diperkuat oleh Teicher dalam Hapidin dan Karnadi (2017: 345), yang menyatakan bahwa kekerasan verbal yang dilakukan orang tua merupakan salah satu hal yang mempengaruhi rendahnya kepercayaan diri pada anak. Banyak orangtua yang melakukan tindak kekerasan ini, namun tidak menyadari apa yang mereka lakukan. Seringkali orang tua menganggap bahwa yang mereka lakukan adalah salah satu cara mudah untuk membuat anak mereka menjadi disiplin. Seperti halnya orang tua yang memiliki anak remaja. Remaja sering kali menganggap dirinya paling benar dan mengabaikan perkataan orang tua. Ketika anak mulai melakukan pemberontakan, orang tua akan memarahi anaknya, mencemooh dan memberikan kata-kata kasar kepada anaknya sebagai bentuk hukuman.
ADVERTISEMENT
Kepercayaan diri akan nampak dalam diri apabila remaja mendapat support (cinta, kasih sayang), memberikan contoh dan teladan yang baik serta motivasi dari orang tua. Selain orang tua, guru, teman sebaya penelitian yang dilakukan oleh (Rohayati, 2011) juga menyatakan bahwa dalam membangun kepercayaan diri remaja perlu didukung dengan lingkungan tempat tinggal yang baik. Karena lingkungan yang penuh dengan verbal abuse dapaf membawa efek turunnya rasa percaya diri remaja. Maka dari itu, pencegahan dan penanganan kekerasan verbal menjadi perhatian penting bagi semua pihak. Beberapa upaya yang dapat dilakukan seperti memberikan edukasi kepada orang tua, siswa, guru, staf sekolah untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan dampak yang akan dialami dari tindakan kekerasa verbal tersebut. Selain itu, upaya yang dapat dilakukan dengan meningkatkan komunikasi yang sehat serta saling menghormati satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Nadine Syahirah Pahlevi,