Mencari Keadilan dalam Kasus Tewasnya Mahsa Amini di Iran

M Febry Noor Hamzah
Mahasiswa Hubungan Internasional-Universitas Muhammadiyah Malang Peminat Kajian Sistem Pemerintahan dan Politik Kawasan ASEAN, Asia Timur, dan Eropa
Konten dari Pengguna
10 Januari 2023 12:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Febry Noor Hamzah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-kreatif-jalan-lukisan-14136535/
zoom-in-whitePerbesar
https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-kreatif-jalan-lukisan-14136535/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sorot media mengenai tewasnya seorang wanita akibat adanya unsur penganiayaan telah menyebar begitu cepat di penjuru dunia.
ADVERTISEMENT
Wanita itu bernama Mahsa Amini. Pemerintah setempat mengeklaim bahwasanya Mahsa Amini telah melanggar norma-norma yang telah dijalankan oleh pemerintah dan sepatutnya polisi moral bertindak untuk memberikan pelajaran yang pantas.
Mahsa Amini, seorang perempuan biasa yang meninggal di penjara akibat tindakan tak terpuji para aparat yang membuatnya kehilangan nyawa.
Massa protes atas kematian Mahsa Amini, seorang wanita yang meninggal setelah ditangkap oleh 'polisi moral' republik Islam, di Teheran, Iran, Rabu (21/9/2022. Foto: WANA via REUTERS
Perempuan berusia 22 tahun tersebut, berasal dari Kota Saqqz di Iran. Ketika sedang berjalan santai bersama keluarganya, tiba-tiba aparat atau polisi moral menangkap dan memaksanya untuk ikut dengan mereka ke penjara.
Alasan yang digunakan saat penangkapan sangatlah tidak masuk akal. Mahsa Amini diklaim tidak menggunakan hijabnya dengan benar dan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Mereka bergerak di balik kata menegakkan aturan hukum berpakaian wanita yang semestinya. Polisi mengeklaim kembali bahwasanya hijab yang dikenakan oleh Mahsa Amini terlalu longgar, untuk dipakai oleh seorang wanita ketika bepergian di tempat-tempat umum.
Ilustrasi hijab longgar | https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-cantik-syal-muslim-13442789/
Hal tersebut sangatlah tidak masuk akal, mengapa wanita tersebut harus mati karena alasan hijab yang longgar. Mahsa Amini terpaksa menuruti polisi tersebut dan akhirnya dibawa ke penjara Vozara di mana penjara ini dikhususkan bagi wanita yang melanggar aturan-aturan berpakaian salah satunya jilbab.
ADVERTISEMENT
Dilansir sindonews, tak lama berselang setelah ditahan, Mahsa Amini dikabarkan bahwa dia meninggal karena serangan jantung. Klaim pemerintah tersebut sontak membuat keluarga tidak terima karena anaknya tidak pernah menderita penyakit tersebut.
Sejumlah saksi mata yang mengangkat jenazah Mahsa Amini mengatakan ketika di tahanan, mereka melihat mata wanita tersebut penuh dengan memar dan telinganya mengeluarkan darah.
Lantas, hal ini justru menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat terutama keluarga sendiri. Setelah tim forensik dari rumah sakit mempelajari penyebab dari meninggalnya Mahsa Amini, justru mereka mengatakan bahwa dia mengalami gegar otak dan cedera pada kepala.
Hal ini jelas menjadi klaim yang berbeda dari pihak kepolisian dan rumah sakit. Pemerintah justru melindungi pelaku kejahatan tersebut dengan mengatakan bahwa itu sudah menjadi konsekuensi dari seorang pelanggar.
Koran dengan gambar sampul Mahsa Amini, seorang wanita yang meninggal setelah ditangkap oleh "polisi moral" republik Islam terlihat di Teheran, Iran. Foto: Majid Asgaripour/WANA via Reuters
Para aktivis menduga Mahsa Amini bukanlah tewas karena serangan jantung, melainkan karena dibunuh dengan cara dipukuli. Namun, lagi-lagi polisi membantah klaim tersebut.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut mengakibatkan munculnya aksi protes terutama dari kalangan wanita yang melakukan sejumlah aksi solidaritas untuk memberikan atau menegakkan keadilan terhadap Mahsa Amini. Semua orang termasuk beberapa pejabat, ulama, hingga artis terkenal pun ramai menyuarakan kejadian ini kepada dunia.
Ketika aksi-aksi protes tersebut meluas, bukannya memberikan penyelidikan yang transparansi tetapi justru pemerintah memblokir media sosial yang digunakan oleh para demonstran seperti Instagram dan Whatsapp.
Seorang demonstran memegang foto Mahsa Amini di luar Gedung Federal Wilshire Los Angeles, California, AS. Foto: Bing Guan/REUTERS
Hal ini justru memberikan gambaran mengenai bagaimana Pemerintah Iran mengatasi masalah tersebut. Mereka tidak mau membuka kebenaran pada kasus Mahsa Amini.
Bukan hanya itu, bahkan pemerintah menggunakan kekerasan pada demonstran membungkam, menangkap, bahkan tak segan-segan menembakkan peluru kepada demonstran.

Solusi untuk Pemerintah Iran

Ilustrasi Demosntran di Iran | https://www.pexels.com/id-id/foto/pemandangan-orang-orang-jalan-bendera-14227138/
Banyaknya kasus demonstrasi terhadap pemerintah di berbagai wilayah Iran seharusnya mudah diredam jika pemerintah bersikap kooperatif terhadap kasus Mahsa Amini.
ADVERTISEMENT
Dilansir kumparan, sayangnya pemerintah malah menetapkan hukuman gantung terhadap 2 orang demonstran Mahsa Amini yang diklaim membunuh salah satu paramiliter Iran, yang sejatinya mereka hanya mempertahankan diri dari mereka yang mengusir demonstran dengan cara kekerasan.
Untuk meredam konflik ini agar tidak semakin jauh dan berimbuh terhadap jalannya pemerintahan di sana, pemerintah seharusnya mempunyai solusi serta bersikap transparan. Beberapa solusi yang dapat dilakukan pemerintah setidaknya untuk mengurangi massa yang terlibat yakni:
Wanita Kurdi dan Lebanon mengambil bagian dalam unjuk rasa di distrik pusat kota Beirut pada 21 Spetember 2022, beberapa hari setelah pihak berwenang Iran mengumumkan kematian Mahsa Amini. Foto: ANWAR AMRO/AFP
Dari kasus di atas kita bisa melihat bagaimana kekerasan terhadap wanita di dalam lingkup pemerintahan masih diremehkan. Bahkan presiden Iran mengatakan para demonstran yang kebanyakan para wanita harus ditindak secara tegas.
ADVERTISEMENT
Hal ini menjadi perhatian dunia mengenai bagaimana Iran dalam melindungi warga negara mereka terutama wanita, tetapi gara-gara hijab saja nyawa seseorang dapat dengan mudah melayang. Pemerintah seharusnya bersifat pro kepada masyarakat agar kejadian ini tidak dapat terulang kembali.
Pemerintah pun diharapkan untuk menghormati segala bentuk kebebasan dan hak-hak wanita selama itu masih dalam batas kenormalan.
Saya berharap Pemerintah Iran lebih transparan terhadap kasus Mahsa Amini. Saya juga cukup salut dan terharu bagaimana perjuangan perempuan-perempuan di sana dalam menyuarakan hak kebenaran dari Mahsa Amini.
Semoga kasus ini dapat terselesaikan dengan baik dan tanpa harus menimbulkan korban jiwa lagi.