Konten dari Pengguna

Respons Arsitek-arsitek Indonesia dalam Memajukan Arsitektur Nusantara

Gloria Christinalie
Mahasiswi jurusan arsitektur Universitas Katolik Parahyangan.
7 Januari 2022 19:49 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gloria Christinalie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 adalah pandemi yang diakibatkan oleh virus korona dan mulai masuk ke Indonesia sejak awal tahun 2020. Pandemi ini berdampak dalam berbagai aspek kehidupan dan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan baru seperti menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menggunakan masker dan memanfaatkan teknologi digital. Kebiasaan-kebiasaan ini berdampak pada bidang arsitektur di mana bangunan harus dapat membantu dalam meminimalkan penyebaran virus dan ikut berperan aktif dalam menjalankan protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, COVID-19 juga menyebabkan munculnya “keterasingan” dalam bidang arsitektur. “Keterasingan” yang dimaksudkan di sini adalah kondisi di mana bangunan yang satu harus dipisah atau dibatasi dari bangunan yang lain sebagai respons terhadap suatu kondisi tertentu yaitu virus COVID-19. Dengan adanya “keterasingan”, arsitektur nusantara tidak luput dari kata beradaptasi.
Para arsitek Indonesia mulai merenung dan mengasah otak dalam memunculkan karya-karya sebagai adaptasi dari “keterasingan” tersebut. Karya para arsitek Indonesia mengenai “keterasingan” ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas generasi muda sehingga memajukan arsitektur nusantara.
Tidak Terus Terpaku pada Ajaran Lama
Keterasingan dalam bidang arsitektur pertama-tama ditandai dengan adanya perubahan ruang yang menjadi makin besar dan luas. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan menjaga jarak sehingga adanya kebutuhan jarak 1 meter antara tiap dua individu. Dengan standar lebar tubuh seseorang yaitu 60 sentimeter, maka setiap dua individu akan membutuhkan lahan sebesar 220 sentimeter .
ADVERTISEMENT
Selain itu, kebijakan ini memunculkan pemikiran-pemikiran baru seperti mulai banyaknya bangunan pod demi menghindari keramaian. Begitu juga bangunan yang berkapasitas satu orang untuk menampung aktivitas yang kurang nyaman dilakukan dengan memakai masker, misalnya berolahraga.
Dengan munculnya ide-ide baru ini, generasi muda tidak lagi terpaku akan bentuk-bentuk rumah pada umumnya, namun bisa belajar untuk mengeluarkan ide-ide "out of the box" seperti para arsitek.
Menambah Wawasan dan Belajar dari Sejarah
Selanjutnya, keterasingan dalam arsitektur juga ditandai dengan munculnya pertimbangan dalam pemilihan material dan bukaan pada bangunan yang dapat meminimalkan penyebaran dan perkembangbiakkan virus.
Beberapa contoh pemilihan material yang bisa membantu dalam mengurangi penyebaran virus adalah penggunaan material touchless, sensor otomatis, dan akrilik sebagai sekat yang memisahkan satu individu dengan yang lainnya, dan biasanya dapat ditemukan di restoran, loket tiket, meja kasir, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Lalu, bukaan pada bangunan saat masa pandemi menjadi makin banyak dan besar agar jumlah sinar matahari dan udara yang masuk juga lebih banyak . Pertimbangan ini ada karena menurut para ilmuwan, sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari dapat mengurangi perkembangbiakkan virus COVID-19. Hal ini dibuktikan dengan lebih rendahnya kasus COVID-19 saat musim panas dibanding saat musim dingin. Selain itu, dengan adanya bukaan yang banyak dan besar, udara dalam bangunan dapat mengalir dengan baik sehingga memberi sirkulasi udara yang baik dan memberi kesehatan pada penghuni atau pengunjung bangunan.
Dengan adanya respons para arsitek terkait material, bukaan, dan pencahayaan, wawasan dan pengalaman generasi muda akan bertambah sehingga memungkinkan untuk menghasilkan karya-karya yang lebih baik untuk arsitektur nusantara pada masa yang akan datang.
Ilustrasi keterasingan dalam arsitektur. Foto : Pixabay.com. Sumber :https://cdn.pixabay.com/photo/2020/01/21/12/00/building-4782748_1280.jpg
Lebih Jeli dalam Desain
ADVERTISEMENT
Dengan adanya pandemi, masyarakat diimbau untuk sering mencuci tangan , termasuk sebelum masuk ke dalam bangunan. Oleh karena itu, wastafel dan tempat sampah perlahan-lahan menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dengan arsitektur, terutama pada area pintu masuk.
Oleh sebab itu, para arsitek zaman sekarang mencoba untuk memasukkan desain wastafel pada bangunannya. Desain wastafel yang ada pada arsitektur telah melalui beberapa pertimbangan seperti penggunaan material, jarak antar wastafel dan lainnya. Sehingga, area untuk mencuci tangan tetap memenuhi protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah.
Dari peristiwa ini, para generasi muda bisa melihat betapa pentingnya detail dalam desain untuk memenuhi kebutuhan dan memudahkan pengguna. Dengan begitu, para penerus bisa lebih berhati-hati agar tidak menimbulkan eror dalam desain arsitektur.
ADVERTISEMENT
Secara singkat, pandemi COVID-19 mendatangkan perubahan pada arsitektur nusantara. Dalam menanggapi hal ini, arsitek-arsitek Indonesia memberi respons yang sangat kreatif, inovatif, dan mengasah otak. Hal ini diterangkan dalam bentuk karya, yaitu bangunan-bangunan yang baru ada saat pandemi atau yang sedang dibangun saat pandemi. Karya-karya dari arsitek bangsa yang sangat kreatif dan inovatif ini mampu mempertajam generasi muda dalam bidang arsitektur. Dengan adanya inovasi-inovasi baru ini, generasi muda bisa memajukan arsitektur nusantara yang akan datang.