Sejak 1952, sebuah tugu setinggi 41,15 meter menyerupai sebatang pensil raksasa berdiri tegak di tengah Surabaya. Tugu Pahlawan, demikian orang menyebutnya. Konon penamaan tersebut mengikuti pilihan Presiden I Republik Indonesia, Sukarno.
Surabaya sendiri dikenal luas berjuluk Kota Pahlawan. Julukan tersebut bisa dibilang sudah melekati Surabaya seumur berdirinya Republik Indonesia. Muasalnya berkaitan dengan peristiwa heroik Pertempuran 10 November 1945—yang sebenarnya secara keseluruhan berlangsung selama tiga pekan dengan darderdor baru berhenti ketika Desember hampir tiba.
Jika dirasa dan ditelisik, kata “pahlawan” dalam penamaan Tugu Pahlawan maupun julukan Kota Pahlawan sejatinya memang perwujudan memori tentang Pertempuran 10 November 1945. Pun “pahlawan” di sini secara makna lebih condong bersinonim dengan kata-kata semacam “pejuang”, “patriot”, “hero”, juga “satria”. Kalau mau lebih dijabarkan, “pahlawan” dalam Kota Pahlawan maupun Tugu Pahlawan kurang lebih berarti “orang yang berani melibatkan diri dalam pertempuran dan peperangan demi membela bangsa dan negara, termasuk hingga mengorbankan nyawanya.” Rumusan pengertian kata “pahlawan” semacam tadi agaknya juga sudah menjadi sesuatu yang diterima luas oleh khalayak di Indonesia.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814