10 Kargo LNG Belum Laku, ESDM Akan Jual ke Pasar Spot

5 Maret 2019 12:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kargo LNG domestik perdana 2018 Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kargo LNG domestik perdana 2018 Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian ESDM akan menjual 10 kargo gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) pada semester I 2019 di pasar bebas. Sebab, kargo LNG tersebut belum laku terjual dalam kontrak atau tidak terserap di dalam negeri (uncommitted).
ADVERTISEMENT
Dirjen Migas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto, mengatakan kargo LNG yang bakal dijual berasal dari berbagai blok gas. Misalnya, di LNG Bontang dijual 3 kargo. Rinciannya, 1 kargo dijual pada April 2019 dan 2 kargo sisanya pada Mei 2019.
"Ada juga LNG dari Tangguh (di Papua), sebanyak 4 kargo di Juni 2019," kata Djoko dalam acara Workhsop LNG Jepang-Amerika Serikat-Indonesia di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (5/3).
Sementara itu LNG dari Donggi Senoro sebanyak 3 kargo akan dijual sekaligus pada Maret, Mei, dan Juni 2019. Masing-masing terjual 1 kargo per bulannya.
LNG yang uncommitted ini merupakan pasokan di dalam negeri yang belum laku dijual. Hal ini terjadi karena pasokannya berlebih sehingga dilempar ke pasar bebas.
ADVERTISEMENT
Djoko mengatakan, Kementerian ESDM akan menawarkan LNG yang uncommitted tersebut ke pasar tradisional alias pembeli yang selama ini menjadi konsumen dari ekspor LNG dalam negeri.
Kargo LNG domestik perdana 2018 Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
"Pertama kami tawarkannya ke traditional buyer seperti Jepang, Korea, Thailand, Amerika, dan China. Kemarin juga jual ke Singapura. Jadi lelang buyer terutama ke buyer experience," jelasnya.
Uncommited gas bukan terjadi tahun ini saja. Tahun lalu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat pada semester 1 tahun ini ada 23 pasokan kargo LNG ke pasar bebas.
Penjualan ke pasar spot dilakukan karena ternyata pasar domestik tidak mampu menyerap semua produksi lifting gas Indonesia. Padahal, SKK sudah memproyeksikan bahwa produksi LNG dari mulut gas harus disalurkan lebih banyak ke dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Penyaluran ke dalam negeri dilakukan agar industri domestik semakin banyak yang menggunakan LNG Indonesia. Dengan begitu, ada nilai tambah yang bisa dihasilkan dari LNG domestik bagi industri dalam negeri.