11 Barang Remeh yang Diimpor Indonesia di 2018: Jarum hingga Amplop

20 Februari 2019 17:19 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jarum jahit (ilustrasi). Foto: Pixabay/stevepb
zoom-in-whitePerbesar
Jarum jahit (ilustrasi). Foto: Pixabay/stevepb
ADVERTISEMENT
Tak heran jika Indonesia mencatatkan defisit neraca perdagangan terburuk pada 2018 lalu, karena besarnya nilai impor dibandingkan ekspor. Produk yang diimpor pun beragam, termasuk barang remeh yang kadang dianggap tak penting, seperti jarum dan amplop.
ADVERTISEMENT
Pada tahun lalu, defisit neraca perdagangan mencapai USD 8,57 miliar atau setara Rp 119,98 triliun (kurs USD 1 = Rp 14.000). Angka defisit paling buruk sepanjang sejarah republik.
Bila membaca laporan Statistik Perdagangan Luar Negeri milik Badan Pusat Statistik (BPS), Impor Bulan November 2018, di sini bisa ditemukan secara detail komoditas dan item barang yang masuk ke Indonesia.
Dalam laporan ini, kita juga bisa melihat barang-barang yang bisa diproduksi di dalam negeri, namun tercatat sebagai barang impor. kumparan, Rabu (20/2) mengambil sampel 11 item produk yang diimpor sepanjang periode Januari-November 2018.
Berikut Daftar 11 Produk/Komoditas Impor di 2018:
1. Kancing
Jumlah (berat): 2.001.893 kg
Nilai: USD 49.561.956
2. Jarum
ADVERTISEMENT
Jumlah (berat): 1.061.001 kg
Nilai: USD 5.161.375
3. Roket/Misil/Granat
Jumlah (berat): 621.129 kg
Nilai: USD 96.082.815
4. Air Mineral
Jumlah (berat): 65.463.365 kg
Nilai: USD 38.536.480
5. Sendok-Garpu dan Alat Makan Lainnya
Jumlah (berat): 89.336.854 kg
Nilai: USD 636.543.819
6. Kembang Api
Jumlah (berat): 16.134.767 kg
Nilai: USD 20.192.136
7. Tisu
Jumlah (berat): 7.276.722 kg
Nilai: USD 17.843.448
Ilustrasi amplop Foto: Shutterstock
8. Amplop
Jumlah (berat): 110.095 kg
Nilai: USD 612.720
9. Rokok
Jumlah (berat): 1.581.479 kg
Nilai: USD 37.623.311
10. Oksigen
Jumlah (berat): 1.854.209 kg
Nilai: USD 592.361
11. Miras
Jumlah (berat): 10.454.598 kg
Nilai: USD 36.564.483
Neraca Perdagangan 2018 Terburuk Sejak RI Merdeka
kumparan mencatat, terdapat 6 kali defisit selama 73 tahun. Defisit perdagangan terjadi pada tahun 1945, 1975, 2012, 2013, 2014, dan 2018. Bila dilihat, defisit perdagangan tahun 2018 yang paling parah.
ADVERTISEMENT
kumparan memperoleh data neraca perdagangan pada tahun 1945, 1955, 1965, 1968, 1973. Data normal yang dipublikasikan setiap tahun baru diperoleh mulai 1975.
Dari empat kali defisit neraca perdagangan dalam satu dekade terakhir, di pemerintahan Jokowi baru terjadi sekali ini, pada 2018, dengan angka defisit terburuk.
Pemerintah tak menampik maupun membenarkan terkait defisit Neraca Perdagangan Indonesia selama tahun lalu merupakan yang terparah dibandingkan tahun-tahun yang lalu.
Darmin Nasution. Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, tak seharusnya hal tersebut dibesar-besarkan. Masyarakat juga perlu melihat dari sisi defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) di tahun lalu yang diprediksi masih lebih baik dibandingkan 2014. Neraca perdagangan merupakan salah satu komponen perhitungan CAD.
ADVERTISEMENT
"Memang sudah keluar (datanya)? Coba lihat tahun 2015, 2014. (Tahun) 2014 kamu tahu berapa defisit transaksi berjalan? Jangan digede-gedein," ujar Darmin di kantornya, Jakarta, Rabu (8/1).
Sementara itu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyebut defisit perdagangan di 2018 lebih banyak dipengaruhi oleh tingginya impor barang modal. Enggar menilai impor barang modal seperti mesin dan peralatan listrik tak perlu dikhawatirkan karena hal tersebut digunakan untuk hal produktif.
"Kita sebenarnya defisit atau meningkatnya impor akibat barang modal. Itu positif, harus disikapi positif jangan hanya melihat ekspor dikurangi impornya saja, tetapi juga dilihat investasi yang kemudian baru dinikmati nanti dalam beberapa tahun ke depan. Ini yang kita sikapi," ungkap Enggar.
Neraca Perdagangan Indonesia Periode 1945-2018:
ADVERTISEMENT