13 Kawasan Industri Ditargetkan Tarik Investasi Hingga Rp 250 Triliun

7 Januari 2018 9:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kawasan Industri Cikarang (Foto: JD LInes)
zoom-in-whitePerbesar
Kawasan Industri Cikarang (Foto: JD LInes)
ADVERTISEMENT
Pemerintah menargetkan 13 kawasan industri bisa menarik investasi hingga mencapai Rp 250 triliun pada tahun ini. Target tersebut dinilai cukup realistis dengan berbagai fasilitas penunjang yang sudah dibangun di kawasan industri sehingga bisa menarik minat investor.
ADVERTISEMENT
Adapun 13 kawasan industri tersebut adalah Morowali, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Bantaeng, KI JIIPE Gresik, Kendal, Wilmar Serang, Dumai, Konawe, KEK Palu, KEK Bitung ,Ketapang, KEK Lhokseumawe, dan Tanjung Buton.
“Pemerintah telah memberikan kemudahan berinvestasi di dalam kawasan industri, antara lain melalui insentif fiskal dan nonfiskal serta pembentukan satgas penyediaan gas, listrik, air, SDM, lahan, tata ruang, dan lain-lain,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto seperti dikutip dari laman Kemenperin, Minggu ( 7/1).
Menurut Airlangga, untuk proyeksi investasi di industri secara keseluruhan, sektor manufaktur pada tahun ini ditargetkan bisa mencapai Rp 352 triliun.
“Dengan adanya investasi di sektor industri, tercipta lapangan kerja baru dan multiplier effect seperti peningkatan nilai tambah dan penerimaan devisa dari ekspor. Industri menjadi penunjang utama dari target pertumbuhan ekonomi,” katanya.
ADVERTISEMENT
Kementerian Perindustrian mencatat ekspor industri pengolahan nonmigas hingga November 2017 mencapai USD 114,67 miliar atau naik 14,25% dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sekitar USD 100,36 miliar.
Ekspor industri pengolahan nonmigas ini memberikan kontribusi hingga 74,51% dari total ekspor nasional sampai November 2017 yang mencapai USD 153,90 miliar.
“Untuk menggenjot ekspor, diperlukan kemudahan akses pasar,” ujar Airlangga.
Airlangga mengatakan pemerintah terus berunding menyepakati perjanjian kerja sama ekonomi yang komprehensif dengan Eropa, Amerika Serikat, dan Australia. “Kalau hambatannya itu dikurangi, seperti bea masuk ekspor, kinerja indusri tekstil dan alas kaki akan ikut naik,” ujarnya.
Saat ini, beberapa industri pertumbuhannya berada di atas pertumbuhan ekonomi. Misalnya, industri makanan dan minuman, industri kimia, industri berbasis hilirisasi baja, industri pulp dan kertas, dan industri perhiasan.
ADVERTISEMENT
“Yang terpenting didukung dengan ketersediaan bahan baku dan harga energi yang kompetitif,” tegasnya.
Untuk mendongkrak daya saing manufaktur nasional, Airlangga mengatakan pemerintah sedang mengupayakan memfasilitasi pemberian insentif fiskal kepada industri yang mengembangkan pendidikan vokasi dan membangun pusat inovasi di Indonesia.
“Dalam rapat terbatas saya sampaikan Kemenperin sudah mengajukan kepada Kementerian Keuangan terkait pemberian tax allowance sebesar 200% untuk vokasi dan 300% untuk research and development,” jelasnya.