2 Pekan Lagi Chevron Serahkan Revisi Pengembangan Proyek IDD

6 Juli 2018 21:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi. (Foto: Dewi Rachmat Kusuma/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi. (Foto: Dewi Rachmat Kusuma/kumparan)
ADVERTISEMENT
Chevron Indonesia Corporation diminta untuk menyerahkan draf revisi Plan of Development (POD) proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) dua pekan lagi. Proyek IDD tahap II akan dimulai pada 2022-2033 yang melibatkan beberapa Wilayah Kerja (WK) dan lapangan di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, diskusi mengenai POD IDD sudah dilakukan antara SKK Migas dan Chevron. Tapi, hasil resminya belum ada. Karena itu, Menteri ESDM Ignasius Jonan mengarahkan agar Chevron menyerahkan proposal itu 2 pekan lagi.
“IDD sedang dibahas, ini menyangkut 3 wilayah kerja dan lapangan-lapangan yang ada di sana. Ini sedang dibahas keputusan apa belum bisa disampaikan. Sudah ada kesepakatan-kesepakatan dengan Chevron. Arahan menteri sudah ada, draf revisi 2 minggu ke depan (diserahkan),” kata Amien di Gedung SKK Migas, Jakarta, Jumat (6/7).
Amien menegaskan, keputusan dari hasil diskusi itu adalah tidak akan menunda POD dan rencana onstream di IDD yang berlokasi di lepas pantai Kutai Basin, Kalimantan Timur.
ADVERTISEMENT
“Diharapkan POD tidak tertunda, kalau tidak tertunda tidak ada masalah di pengadaan onstream sesuai rencana,” jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, POD proyek IDD telah disetujui pada tahun 2008, namun pada 2012 Chevron Indonesia Company meminta dilakukan perubahan POD karena ada perubahan nilai investasi yang mencapai USD 12 miliar atau sekitar Rp 168 triliun. Proyek IDD diharapkan akan menambah pasokan gas hingga 800 MMSCFD.
Suasana stan Chevron di IPA Convex 2018. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana stan Chevron di IPA Convex 2018. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
Progres Pre FEED Masela
Sementara itu, Amien mengatakan, Lapangan Abadi di Blok Masela saat ini sedang memasuki tahap penyusunan Pre Front End Engineering Design (Pre FEED) atau rancangan pengembangan, salah satu yang sedang dikerjakan adalah survei calon lokasi kilang LNG untuk mengolah gas dari Blok Masela.
ADVERTISEMENT
“Survei lokasi sedang dilakukan. Tim di Jakarta, SKK dan Inpex bahas terus bagaimana turunkan cost cutting. Kemudian turunkan financial cost. Hasilnya belum bisa disampaikan ke media,” ujarnya.
Inpex sebagai operator Blok Masela telah menunjuk PT KBR Indonesia untuk mengerjakan Pre-FEED Onshore LNG (OLNG), serta PT Technip Engineering Indonesia dan PT Technip Indonesia sebagai kontraktor Pre-FEED Floating Production Storage and Offloading (FPSO).
Production Sharing Contract (PSC) Blok Masela sudah ditandatangani oleh Inpex Corporation sejak 1998 alias 20 tahun silam. Cadangan gas yang terbukti sudah ditemukan melalui kegiatan eksplorasi pada 2006 atau lebih dari 1 dekade lalu.
Blok Masela awalnya ditargetkan mulai memproduksi gas sebesar 1.200 MMSCFD pada 2024. Nilai proyeknya diperkirakan mencapai USD 30 miliar alias Rp 405 triliun (kurs Rp 13.500). Tapi dipastikan molor setidaknya 2 tahun karena POD Masela harus direvisi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kilang LNG Masela dibangun di darat (onshore).
ADVERTISEMENT
Kalau tak ada hambatan, paling cepat gas dari Blok Masela baru akan mengalir pada 2026. Aktivitas fisik (Engineering Procurement and Construction/EPC) baru dimulai kira-kira 2022. Butuh kurang lebih 4 tahun untuk konstruksi.
Gas bumi dari Blok Masela rencananya dimanfaatkan untuk industri pupuk dan petrokimia serta dilikuifasi menjadi LNG. Pembangunan kilang di darat diharapkan mampu memberikan multiplier effect bagi tumbuhnya industri, pengembangan kawasan, dan kesejahteraan masyarakat sekitar.