2 Perusahaan Mainan Anak Asal China Akan Investasi di Indonesia

12 Juli 2019 14:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi Pers Pameran Mainan Anak di Kembang Goela Restaurant, Jakarta Selatan, Jumat (12/7). Foto: Abdul Latif/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi Pers Pameran Mainan Anak di Kembang Goela Restaurant, Jakarta Selatan, Jumat (12/7). Foto: Abdul Latif/kumparan
ADVERTISEMENT
Dua perusahaan mainan anak asal China berencana investasi di Indonesia. Kedua perusahaan tersebut yaitu perusahaan produksi baby stroller dan wooden toys (mainan kayu). Ketua Asosiasi Mainan Indonesia Sutjiadi Lukas mengatakan, saat ini keduanya masih dalam pencarian lahan.
ADVERTISEMENT
"Nah mereka sedang mencari lahan mau di kawasan berikat, tapi kita sudah membantu mencarikan. Hanya saja terbentur di biaya, jadi mereka mau per meter persegi itu Rp 30-40 ribu, sedang penawaran di Indonesia Rp 50 ribu per meter persegi," katanya saat di temui di Kembang Goela Restaurant, Jakarta Selatan, Jumat (12/7).
Untuk perusahaan baby stroller akan menginvestasikan sekitar Rp 30-40 miliar untuk pembangunan pabrik. Memang tidak terlalu besar, hanya saja, menurut Sutjiadi, investasi asing ini cukup membantu untuk memenuhi kebutuhan lokal.
Toko mainan kayu pak Umar di TMP Kalibata Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
"Memang kebutuhan mainan (sekolah) Paud sangat besar tapi kualitas di sini tidak standar SNI. Tapi bagaimana kita bisa memenuhi kebutuhan Paud," sambungnya.
Namun untuk perusahaan wooden toys akan membuat kawasan khusus industri mainan anak. Artinya, investasi perusahaan asal China untuk wooden toys sangat besar, bahkan mencapai 10 pabrik di daerah Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
"Kalau setiap pabrik butuh lahan 1 hektare, kalau mereka bisa 10 pabrik berarti 10 hektare minimal. Kalau dikalikan harga tanah berapa? Rp 500 ribu itu investasi di lahan saja belum permesinan juga. Rp 100 miliar bisa lebih," imbuhnya.
Nantinya kedua perusahaan itu akan menggandeng perusahaan lokal seperti sharing knowledge. Tahun depan ia berharap kedua pabrik asal China tersebut sudah mulai bisa beroperasi.
"Untuk kebutuhan ekspor saja. Jadi ini akan membantu Indonesia menambah devisa. Khusus ekspor tidak membuat inflasi," tuturnya.