3 Emiten Tambang Ini Bakal Moncer karena Harga Batu Bara Naik

6 Maret 2017 8:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Proses dumping tambang batubara. (Foto: Sigid Kurniawan/Antara)
Harga minyak global yang diprediksi di atas 50 dolar AS per barel tahun ini membawa dampak positif bagi harga komoditas pertambangan, terutama batu bara sebagai energi fosil alternatif.
ADVERTISEMENT
Harga batu bara pernah menyentuh harga tertingginya pada 2011 silam sebesar 144 dolar AS per ton. Setelah itu, secara perlahan harga batu bara mulai melemah hingga menyentuh 53 dolar AS per ton pada awal tahun 2016. Di akhir tahun, harga batu bara kembali melonjak hingga ke posisi 101,69 dolar AS per ton.
Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Andy Wibowo Gunawan memprediksi, sepanjang tahun ini harga batu bara akan berada di atas 80 dolar AS per ton. Kenaikan harga batu bara ini menurut Andy disebabkan rencana China untuk memperketat produksi batu bara lokal. Secara umum, katalis penentu pergerakan harga batu bara masih dipegang oleh China.
Hingga saat ini, pemerintah China masih mempertimbangkan untuk kembali memberlakukan penahanan produksi dengan mengembalikan waktu kerja tambang batu bara menjadi 276 hari dari sebelumnya 330 hari selama musim dingin. Rencana tersebut akan dimulai pasca musim dingin berakhir. Hal ini dengan mempertimbangkan naiknya produksi China dan untuk mengembalikan stabilitas harga batu bara.
ADVERTISEMENT
Selain itu, China akan melarang impor batu bara dari Korea Utara, yang sebelumnya memasok batu bara thermal berkualitas tinggi pada 2016. Penyebabnya karena ketegangan politik yang terus menguat di antara kedua negara.
Lokasi stockpile tambang batu bara. (Foto: Sigid Kurniawan/Antara)
Sepanjang 2016, Indonesia menjadi pemasok kedua terbesar batu bara untuk China, mencapai hampir 40 juta ton. Australia memegang posisi puncak dengan raihan 70 juta ton. Mongolia, Korea Utara, dan Rusia menyusul di bawah Indonesia dengan jumlah masing-masing 23 juta ton, 21 juta ton, dan 19 juta ton.
Andy mengatakan, dari Indonesia, sentimen yang meningkatkan dari harga batu bara adalah mega proyek pembangkit listrik 35.000 MW dari pemerintah, yang memicu lonjakan konsumsi batu bara domestik.
“Sesuai rencana jangka panjang PLN, pembangkit listrik negara harus didominasi oleh pembangkit listrik tenaga batu bara, dengan kontribusi 56,2 persen terhadap total pasokan listrik pada tahun 2025. Yang kedua adalah pembangkit listrik berbahan bakar gas, dengan kontribusi 36,6 persen,” jelas Andy kepada kumparan, Senin (6/3).
ADVERTISEMENT
Dengan kebutuhan batu bara yang akan terus menanjak baik dari dalam dan luar negeri, akan berdampak positif bagi perusahaan tambang batu bara Indonesia. Tentunya ini saatnya bagi investor untuk mengakumulasi saham perusahaan-perusahaan tambang seiring kinerja mereka yang akan moncer ke depannya.
Adapun Andy merekomendasikan saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan target harga pembelian di Rp 17.000 per saham, karena perusahaan BUMN tersebut akan lebih diutamakan untuk memasok batu bara bagi PLN. Ia juga merekomendasikan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan target harga Rp 2.275 per saham dan PT Indo Tambangraya Megah (ITMG) di Rp 19.725 per saham.