3 Fakta soal Rancangan Tarif Tol Layang Jakarta – Cikampek

23 September 2019 8:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jalan tol layang Jakarta-Cikampek siap dioperasikan pada November 2019. Foto: Dok. Kementerian PUPR
zoom-in-whitePerbesar
Jalan tol layang Jakarta-Cikampek siap dioperasikan pada November 2019. Foto: Dok. Kementerian PUPR
ADVERTISEMENT
Tol Jakarta-Cikampek II Elevated atau tol layang sepanjang 36,4 km ditargetkan dapat beroperasi saat Natal dan Tahun Baru 2019. Adapun progres pembangunan ruas tol itu telah mencapai 96,5 persen.
ADVERTISEMENT
Saat ini, menurut Direktur Utama Jasamarga Jalanlayang Cikampek Djoko Dwijono, tarif ruas tol tersebut tengah dibahas. Dia menyebut pembahasan soal tarif berjalan cukup alot.
“Nah itu kita lagi masih pembahasan, cukup alot juga. Karena masing-masing semuanya harus bisa tercapai. Kami berbeda, Jasa Marga, PUPR juga mewakili masyarakat.” kata Djoko saat ditemui di Simpang Susun Cikunir, Bekasi, Minggu (22/9).
Berikut 3 fakta mengenai rencana tarif Tol Layang Jakarta-Cikampek yang dirangkum kumparan:
1. Dalam Perjanjian Dipatok Rp 1.250 per Km
Direktur Utama PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek, Djoko Dwijono, mengatakan bahwa berdasarkan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) yang diteken dengan Kementerian PUPR sebelum tol itu dibangun, tarif tol itu direncanakan sebesar Rp 1.250 per km.
ADVERTISEMENT
"Kalau di kami sendiri, tarifnya di PPJT itu Rp 1.250 per km,” katanya.
Jalan tol layang Jakarta-Cikampek siap dioperasikan pada November 2019. Foto: Dok. Kementerian PUPR
Namun menurut dia, nantinya tarif tol yang diketok belum tentu sesuai dengan PPJT karena menimbang berbagai hal. Djoko menyebut saat ini pembahasan mengenai tarif yang akan diketok tersebut masih berlangsung.
2. Jasa Marga Usulkan Tarif Terintegrasi
Djoko Dwijono mengusulkan agar Tol Jakarta-Cikampek Layang terintegrasi dengan Tol Jakarta-Cikampek eksisting. Jika demikian, nantinya tarif kedua ruas tol itu juga akan terintegrasi.
“Iya bisa seperti itu (tarifnya ikut terintegrasi) karena kita enggak ada pembatasnya lagi,” jelas Djoko.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengecek ketinggian Tol Jakarta-Cikampek II layang. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
Menurut dia ketika kedua ruas tol itu terintegrasi, nantinya gerbang masuknya tidak akan terpisah. Keuntungannya ialah masyarakat bisa memilih untuk menggunakan tol layang atau tol eksisting saat sudah masuk tol.
ADVERTISEMENT
“Nah tadi kalau terintegrasi seperti di bawah aja sama, ini seperti pelebaran (tol eksisting) tapi ini di atas,” ucapnya.
Namun ketika ruas tol itu terintegrasi, nantinya tarif Tol Jakarta-Cikampek eksisting akan lebih murah, sementara Tol Layang Jakarta-Cikampek akan lebih mahal. Menengok Tol Jakarta-Cikampek eksisting dibangun era 1980-an, di mana biaya investasi lebih rendah yang mengakibatkan tarif saat ini murah.
3. Menhub Minta Jasa Marga Lakukan Simulasi
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, menjelaskan bahwa penetapan tarif Tol Layang Jakarta-Cikampek merupakan kewenangan Kementerian PUPR. Namun dia berharap tarif tol yang saat ini tengah digodok agar disimulasikan untuk ditetapkan yang terbaik.
“Melakukan simulasi, kalau ada satu kenaikan besar bisa diintegrasikan atau berpisah (Tol Layang Jakarta-Cikampek dengan eksisting),” paparnya saat ditemui di Simpang Susun Cikunir, Bekasi, Minggu (22/9).
ADVERTISEMENT
Dia menambahkan, investasi Tol Layang Jakarta-Cikampek menelan biaya yang besar, yakni Rp 16,2 triliun. Diharapkan tarif yang ditetapkan nantinya memberikan ruang pengembalian investasi yang baik bagi investor.