3 Faktor Ini yang Bikin Rupiah Menguat ke Rp 14.300 per Dolar AS

29 November 2018 18:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini kembali menguat. Kurs rupiah berhasil mencapai level terkuatnya dalam beberapa bulan terakhir ini. Padahal sebelumnya, rupiah sempat keok ke level terendahnya di Rp 15.000 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Reuters sore ini, dolar AS mencapai Rp 14.369, menguat dibandingkan perdagangan hari sebelumnya yang mencapai Rp 14.390.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengatakan, penguatan rupiah ini dipicu oleh pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang memperlunak pandangannya (stance) terkait suku bunga acuan.
Powell mengatakan, kebijakan tingkat suku bunga saat ini di bawah perkiraan level untuk bisa mengerem atau meningkatkan ekonomi AS menjadi sehat. Komentar Powell itu dianggap menjadi tanda bahwa bank sentral bisa lebih dekat dari yang diharapkan untuk mengakhiri dorongannya menaikkan suku bunga.
"Pernyataan Powell tersebut semakin memperkuat meyakinkan pasar bahwa tren kenaikan FFR (Fed Fund Rate) sudah mendekati akhir," ujar Nanang kepada kumparan, Kamis (29/11).
Uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Selain faktor bank sentral AS, pasar juga optimistis dengan terbukanya kesepakatan dagang antara AS dan China. Pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping juga diperkirakan akan memberikan dampak positif bagi perekonomian global.
ADVERTISEMENT
"Dua faktor global utama, yaitu ekspektasi kenaikkan suku bunga The Fed dan tensi perang dagang yang terus memanas, yang selama April - September 2018 terus menekan rupiah," jelasnya.
Faktor positif lainnya adalah terus merosotnya harga minyak mentah dunia, yang sudah menyentuh USD 50 per barel. "Ini yang dapat mengurangi tekanan pada defisit neraca perdagangan migas Indonesia ke depan," kata dia.
Dengan kondisi yang kondusif seperti saat ini, Nanang optimistis hal tersebut dapat mendorong terciptanya penguatan stabilitas kurs rupiah. Bahkan pihaknya tak menutup kemungkinan rupiah bisa kembali menguat.
"Pada saat ini sudah memberikan iklim yang lebih kondusif bagi terciptanya stabilitas nilai tukar rupiah, dengan tidak tertutup kemungkinan akan membuat rupiah semakin menguat," tambahnya.
ADVERTISEMENT