3 Hal yang Bisa Bikin Tiket Pesawat Jadi Mahal

10 Januari 2019 17:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Analis Industri Penerbangan, Kleopas Danang Bintoroyakti. (Foto: Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Analis Industri Penerbangan, Kleopas Danang Bintoroyakti. (Foto: Dok. Pribadi)
ADVERTISEMENT
Masyarakat mengeluhkan mahalnya harga tiket pesawat, meski puncak musim atau peak season masa liburan natal dan tahun baru sudah lewat. Hal itu ramai diperbincangkan di media sosial, sehingga netizen pun bertanya-tanya, apa hal yang bikin tarif pesawat jadi mahal?
ADVERTISEMENT
Merasa harga saat ini tak wajar, ada yang menggalang petisi di situs change.org meminta Menteri Perhubungan menurunkan tarif penerbangan.
Analis di industri penerbangan, Kleopas Danang Bintoroyakti, memahami ramainya perbincangan di medsos yang merasa harga tiket pesawat saat ini lebih mahal. Karena menurutnya, Indonesia merupakan salah satu negara dengan pasar penerbangan domestik terbesar di dunia.
Demand (permintaan) domestiknya tinggi. Maka yang berlaku ya hukum pasar, demand tinggi tentu harga juga jadi tinggi. Ini satu kemungkinan soal mahalnya harga tiket pesawat,” katanya kepada kumparan, Kamis (10/1).
Menurut Danang, peningkatan permintaan penerbangan domestik, tren-nya masih akan terus naik. Mengutip data International Air Transport Association (IATA), dia mengungkapkan penumpang domestik Indonesia akan mencapai 350 juta pada tahun 2036. Itu menjadi ke-4 yang terbesar secara global.
ADVERTISEMENT
Pemegang gelar M.Sc bidang air transport management dari Coventry University, London, itu menambahkan pesatnya pertumbuhan penumpang pesawat udara terjadi semenjak adanya maskapai berbiaya murah atau low cost carrier (LCC).
Hal ini menurutnya juga terjadi secara global. Tahun 2017 misalnya, ada 4,1 miliar penumpang udara di seluruh dunia. Market share LCC secara global sendiri telah meningkat dari 16,5 persen di tahun 2007 ke angka 28,7 persen tahun 2017.
Loket di Bandara Soekarno-Hatta penuh pemudik (Foto: Indra Subagja/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Loket di Bandara Soekarno-Hatta penuh pemudik (Foto: Indra Subagja/kumparan)
Penyebab kedua, yang bisa memicu mahalnya harga tiket penerbangan adalah harga bahan bakar (fuel). Bahan bakar pesawat yakni avtur, meliputi 40 persen dari komponen biaya di industri ini.
“Memang saat ini harga minyak dunia lagi rendah. Tapi enggak serta-merta harga tiket pesawat jadi murah. Karena maskapai itu lazim juga melakukan hedging harga fuel,” ujar pria yang juga pernah bekerja di International Civil Association Organization (ICAO) ini.
ADVERTISEMENT
Yang dimaksud Danang adalah, maskapai mengikat kontrak pengadaan avtur pada satu harga yang disepakati. Ketika ternyata harga avtur lebih tinggi dari kontrak, maskapai terhindar dari risiko kenaikan harga itu. Sebaliknya, saat harga avtur rendah seperti sekarang, maskapai tak diuntungkan.
Sedangkan faktor ketiga, yang mempengaruhi harga tiket penerbangan adalah biaya maintenance atau perawatan pesawat. Menurutnya, ini merupakan komponen biaya kedua terbesar di penerbangan. Salah satu variabel-nya adalah harga suku cadang.
Hanggar pesawat GMF Aeroasia. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hanggar pesawat GMF Aeroasia. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
“Saya belum cek kebijakan terbaru ya. Tapi ini terkait soal pajak impor suku cadang, yang dirasakan oleh maskapai membuat industri penerbangan nasional susah bersaing di regional,” imbuhnya.
Dia menegaskan, penerbangan merupakan industri yang sangat teregulasi dan sarat akan safety. Sehingga penetapan harga tiket, harus menentukan aspek biaya mandatory yang wajib dan tidak boleh ditolerir, yaitu biaya yang menyangkut keselamatan.
ADVERTISEMENT
Sehingga menurutnya, pemerintah sebagai regulator akan secara proaktif mengontrol kesehatan finansial maskapai yang beroperasi. Karena baik itu full service dan low cost carrier, tidak ada kompromi perihal safety dan perlakuan oversight pastinya tidak diskriminatif.