3 Jurus Arcandra Pangkas Impor Minyak dan BBM

20 Maret 2019 20:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Tingginya impor minyak dan BBM masih menjadi penyebab utama defisit neraca perdagangan Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, selama dua bulan pertama 2019 ini, defisit neraca migas menyentuh USD 886 juta. Berbeda, dengan sektor nonmigas yang mengalami surplus USD 152 juta.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar membeberkan upaya-upaya yang dilakukan pihaknya guna memangkas angka defisit neraca migas yang kian melebar. Ada 3 hal program kunci. Paling utama adalah program mandatori biodiesel 20 persen (B20).
Hingga akhir Februari, realisasi penyaluran B20 telah mencapai angka 99 persen dari target atau sebanyak 700.000 Kiloliter.
“Kita bicara tentang usaha-usaha kita untuk memperbaiki neraca kita. Satu, dengan B20 jadi kita update tadi berapa dampak dari B20 ini,” katanya ketika ditemui di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (20/3).
Selanjutnya, kata dia, pihaknya akan mendorong PT Pertamina untuk menyerap produksi minyak siap jual atau lifting dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Singkatnya, minyak milik perusahaan migas yang biasanya diekspor akan dibeli oleh Pertamina.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu, pengadaan dari luar negeri untuk memenuhi pasokan bahan bakar minyak (BBM) bisa dikurangi. Sehingga, laju impor migas yang jadi penyebab defisit neraca perdagangan terpangkas.
Impact dari entittlement kontraktor asing yang sudah berkontrak ke Pertamina untuk dibeli crude-nya, tidak lagi diekspor tapi dijual ke Pertamina,” lanjutnya.
Tak hanya itu, Arcandra juga mengaku akan mendorong perusahaan-perusahaan di dalam negeri agar mau menggunakan Marine Fuel Oil (MFO) milik PT Pertamina (Persero). Nantinya, Arcandra menekankan, kesepakatan itu bisa dijalin dengan kontrak business to business (B2B).
“Selama ini MFO dari beberapa kontraktor itu diimpor, sekarang cukup dipenuhi oleh hasil pengilangan pertamina,” pungkas dia.