5 Bulan Dikelola Pertamina, Produksi Gas Blok Mahakam Turun 31%

7 Juni 2018 11:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja beraktivitas di Lapangan Senipah (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja beraktivitas di Lapangan Senipah (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Setelah 50 tahun dikelola oleh Total E&P Indonesie, mulai 1 Januari 2018 Blok Mahakam resmi dikelola PT Pertamina Hulu Indonesia, anak usaha PT Pertamina (Persero). Kini sudah 5 bulan ladang gas terbesar Indonesia itu dipegang Pertamina.
ADVERTISEMENT
Pemerintah dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah memerintahkan kepada Pertamina untuk menjaga agar produksi minyak dan gas di Blok Mahakam jangan sampai anjlok.
Pertamina pun diberi masa transisi untuk alih kelola selama setahun pada 2017 lalu untuk mencegah penurunan produksi di Blok Mahakam. Diharapkan tingkat penurunan produksi (decline rate) bisa ditekan.
Namun per 31 Mei 2018, produksi minyak dan gas di Blok Mahakam tak sesuai harapan. Produksi gas Blok Mahakam dalam 5 bulan terakhir hanya 932,7 MMSCFD. Sebagai pembanding, pada 2017 lalu produksi gas Mahakam sebesar 1.360 MMSCFD. Artinya, produksi gas Blok Mahakam saat ini turun 31% dibanding tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Sedangkan produksi minyak Blok Mahakam per 31 Mei 2018 adalah 44.638 Barrel Oil Per Day (BOPD) atau turun 14,1% dibanding produksi di 2017 yang mencapai 52.000 BOPD.
Dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam APBN 2018 pun, produksi migas Blok Mahakam masih di bawah target. Produksi minyak Blok Mahakam ditargetkan 48.271 BOPD, jadi sekarang baru 92,47% dari target. Sedangkan produksi gas Mahakam targetnya sebesar 1.100 MMSCFD, capaiannya sejauh ini hanya 84% dari target.
Terkait hal ini, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Wisnu Prabawa Taher, menjelaskan bahwa program-program yang dijalankan Pertamina pada saat alih kelola masih berjalan dan belum memperoleh hasil yang signifikan.
"Untuk PHM (Pertamina Hulu Mahakam) ketika melakukan eksekusi program pada masa transisi belum selesai. Apa yang direncanakan pada masa transisi masih butuh waktu sehingga lifting belum memenuhi ekspektasi," kata Wisnu kepada kumparan, Kamis (7/6).
Pekerja beraktivitas di Lapangan Senipah (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja beraktivitas di Lapangan Senipah (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Selain itu, faktor-faktor lain yang menyebabkan produksi migas Blok Mahakam tak sesuai harapan adalah kerusakan fasilitas dan kendala-kendala teknis di lapangan.
ADVERTISEMENT
"Terkait produksi Blok Mahakam kendalanya kombinasi, ada juga kendala fasilitas, operasi di lapangan seperti ada mesin rusak atau pipa perlu diperbaiki," ucapnya.
Penurunan produksi gas dari Blok Mahakam sejauh ini belum berdampak pada pasokan gas untuk Kilang LNG Bontang. Sebab, pada saat yang sama ada kenaikan pasokan gas dari Lapangan Jangkrik yang dikelola Eni.
"Kalau kita bicara optimalisasi Kilang LNG Bontang, memang dari Mahakam turun tapi ada peningkatan dari Jangkrik. Sampai saat ini belum ada keluhan dari pembeli," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengakui bahwa sulit untuk menahan produksi di Blok Mahakam. Selain sudah tua, Blok Mahakam tergolong kompleks. Menurut Alam, produksi Blok Mahakam pasti turun jika tak ada penemuan cadangan baru.
ADVERTISEMENT
"Mahakam ini memang blok sudah 50 tahun, reservoir-nya banyak dan kecil-kecil. Kuncinya harus telaten. Memang saat tidak ada temuan baru, pasti produksinya decline, itu keniscayaan. Itu natural. Tantangannya bagaimana mencari titik-titik untuk kita produksikan lebih baik," kata Alam.