86 Tahun Berdiri, Industri Kosmetik Ternama Punya CEO Wanita Pertama

29 Mei 2018 6:08 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Revlon. (Foto: Dok. Revlon)
zoom-in-whitePerbesar
Revlon. (Foto: Dok. Revlon)
ADVERTISEMENT
Perusahaan produsen kosmetik menjadikan perempuan sebagai segmen pasar utama produk mereka. Meski demikian, tak selalu pengelolaan perusahaan itu dipimpin seorang perempuan. Itulah yang terjadi pada Revlon, industri kosmetik terkemuka dunia yang sudah berdiri sejak 86 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Untuk pertama kalinya, perusahaan yang berkantor pusat di New York, Amerika Serikat ini, mengangkat seorang perempuan sebagai Chief Executive Officer (CEO) mereka. Adalah Debra Perelman yang diangkat menduduki posisi sebagai bos Revlon.
Ayah Debra, Ronald Perelman, merupakan pemegang saham mayoritas di Revlon. Namun bukan gara-gara itu, Debra bisa menjadi orang nomor satu di perusahaan milik ayahnya. Sebelum sampai di posisinya sekarang, Debra sudah bekerja selama 20 tahun di perusahaan tersebut.
"Ini saat yang tepat bagi perusahaan untuk dipimpin oleh seorang wanita," kata Ronald dalam sebuah pernyataan kepada CNNMoney. "Ini yang pertama bagi perusahaan dan saya merasa ini sebagai kehormatan," tambahnya.
Debra menduduki posisi CEO, setelah beberapa bulan lalu diangkat sebagai COO, tepatnya sejak Januari 2018 lalu.
Revlon (Foto: Revlon)
zoom-in-whitePerbesar
Revlon (Foto: Revlon)
Juru bicara Revlon menegaskan, ini bukan faktor nepotisme yang membuat perempuan 44 tahun itu bisa sampai ke puncak kariernya di industri kosmetik terkemuka. "Dia memenuhi syarat," katanya. "Memang dia mendapat manfaat dari posisi ayahnya di perusahaan ini. Manfaat itu adalah dia menjadikan ayahnya sebagai mentor bisnis."
ADVERTISEMENT
Ronald Perelman membeli Revlon pada tahun 1985 melalui perusahaan investasinya MacAndrews & Forbes, yang sekarang memiliki sekitar 87% saham Revlon. Perusahaan ini mengandalkan pasar Amerika Utara sebagai sumber penjualan terbesarnya, yakni sebanyak 52%.
Namun pada kuartal terakhir di 2018 ini, perusahaan mencatatkan kerugian akibat turunnya penjualan dibandingkan periode yang sama setahun lalu. Ini menjadi tugas besar Debra, untuk membalikkan catatan keuangan perusahaan tersebut.