9 Pengusaha Muda Indonesia Dapat Pelatihan dari Alibaba

8 April 2018 17:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jack Ma memberi pelatihan (Foto: Dok. Alibaba Business School)
zoom-in-whitePerbesar
Jack Ma memberi pelatihan (Foto: Dok. Alibaba Business School)
ADVERTISEMENT
37 pengusaha Asia telah lulus dari program eFounders Fellowship yang diselenggarakan di Hangzhou, China. Program kerja sama United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) dan Alibaba Business School ini bertujuan mengembangkan potensi para pengusaha muda di era digital.
ADVERTISEMENT
Dari 37 pengusaha yang lulus dari program ini, ada 9 yang berasal dari Indonesia, yaitu Fandy Santoso (Founder dan CEO Hadiah.me), Amanda Cole (Co-Founder dan CEO Sayurbox), Aswin Andrison (Co-founder dan CEO Stoqo), Wenyou Tan (President/COO Taralite), Windy Natriavi (COO AwanTunai), Yoshua Norza (Founder dan CEO Pickpack), Budi Handoko (Co-Founder Shipper), Jowan Kosasih Kho (CEO SimpliDOTS), Rishabh Singhi (COO Reddoorz).
Jack Ma, pendiri dan Executive Chairman Alibaba Group, yang juga merupakan Penasihat Khusus UNCTAD, telah menyatakan komitmen membantu memberdayakan 1.000 pengusaha di negara berkembang untuk mewujudkan transformasi digital, demi perkembangan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, selama lima tahun ke depan.
"Kami ingin memberdayakan para pengusaha muda dengan pandangan baru dan membantu mereka untuk sukses. Caranya dengan memberikan sesi teori dan praktik langsung dari orang-orang terbaik di Alibaba dan mitra kami," ujar Brian A Wong, Vice President of Alibaba Group, dalam keterangan tertulis, Minggu (8/4).
ADVERTISEMENT
Selama 11 hari, para peserta eFounders Fellowship berkesempatan belajar langsung, berpartisipasi dalam kunjungan lapangan, dan menghadiri kuliah-kuliah untuk memahami transformasi digital yang terjadi di China selama 20 tahun belakangan.
Selain itu, mereka juga dapat melihat langsung tren dan perkembangan terbaru dari industri ini seperti New Retail, e-commerce di pedesaan, dan meningkatnya jumlah selebriti internet.
Para peserta juga melihat secara langsung potensi dari pengembangan e-commerce di pedesaan di Desa Bainiu, atau dikenal dengan 'Desa Taobao Tiongkok', oleh karena integrasi e-commerce yang menyeluruh dengan setiap aspek kehidupan di sana.
Para pengusaha ini juga melihat langsung dampak transformasi teknologi terhadap masyarakat China dengan mengunjungi inkubasi Dream Town di Zhejiang, yang akan menjadi lokasi Silicon Valley China. Selanjutnya mereka juga mengunjungi Yiwu City, lokasi tempat perdagangan grosir terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
"Saya sangat terkesan dengan desa Rural Taobao dari Alibaba karena ini merupakan bukti nyata penerapan digital yang inklusif yang mampu mendorong peningkatan ekonomi nasional. Akses ke e-commerce bagi masyarakat pedesaan telah mendorong kualitas hidup mereka dan membantu mereka bebas dari kemiskinan,” ujar Yoshua Norza, CEO dan pendiri Pickpack, sebuah agen pengiriman online yang membantu bisnis atau perorangan dalam proses pengambilan dan pengiriman produk melalui vendor pilihan mereka.
Para peserta eFounders Fellowship UNCTAD (Foto: Dok. Alibaba Business School)
zoom-in-whitePerbesar
Para peserta eFounders Fellowship UNCTAD (Foto: Dok. Alibaba Business School)
Melihat pengalamannya sendiri, Aswin Andrison, CEO dan salah satu pendiri dari Stoqo, platform B2B yang bertujuan untuk meningkatkan proses rantai pasokan makanan dan minuman menyatakan, dirinya dapat memahami pandangan dan pola pikir Jack Ma dan tim yang mendirikan Alibaba setelah berinteraksi langsung dengan mereka.
ADVERTISEMENT
"Kami akan terus membawa semangat untuk memberdayakan usaha-usaha kecil lewat teknologi. Terutama restoran dan warung yang kesulitan berhubungan dengan pemasok, agar supply chain di Indonesia menjadi lebih efisien," ujarnya.
UNCTAD dan Alibaba akan memastikan setiap Fellow secara aktif menuangkan apa yang telah mereka pelajari di komunitas mereka, dengan melakukan kegiatan tindak lanjut dengan dukungan dari pemangku kepentingan lokal setiap tiga bulan. Selain itu terdapat juga dukungan ekosistem digital yang didesain untuk pengembangan inklusif dan berkesinambungan di seluruh dunia.