Ada Bright Gas 5,5 Kg, Kok Pertamina Bikin LPG 3 Kg Nonsubsidi?

4 Juli 2018 17:03 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tabung gas LPG 3kg Nonsubsidi (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tabung gas LPG 3kg Nonsubsidi (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
ADVERTISEMENT
PT Pertamina (Persero) baru saja meluncurkan produk baru mereka, yaitu Bright Gas 3 Kg alias LPG 3 kg nonsubsidi pada 1 Juli lalu. Produk ini merupakan barang nonsubsidi yang ditujukan bagi masyarakat mampu.
ADVERTISEMENT
Sebelum ada LPG 3 kg nonsubsidi, PT Pertamina sudah lebih dulu mengeluarkan produk nonsubsidi mereka yaitu LPG dengan ukuran 5,5 kg atau biasa disebut Bright Gas 5,5 kg. Keberadaan Bright Gas 5,5 kg juga ditujukan untuk kalangan menengah ke atas.
Kalau sudah ada Bright Gas 5,5 kg, lalu buat apa Pertamina membuat Bright Gas 3 kg yang produk dan target pasarnya sama?
Dirjen Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, meskipun selama ini sudah ada Bright Gas 5,5 kg, tapi ketika konsumen kelas menengah kehabisan gas dan tidak menemukan ukuran yang biasa mereka pakai, ada kecenderungan untuk membeli yang LPG 3 kg subsidi.
“Itu kan selama ini LPG 3 kg subsidi dipakai siapa saja. Menurut kita kan harusnya dipakai untuk orang miskin, yang menengah ke atas engak boleh. Tapi kan enggak ada yang bisa melarang kalau tiba-tiba gas 5,5 kg atau 12 kg mereka habis masa enggak jadi masak? Makanya kita sediakan yang LPG 3 kg nonsubsidi supaya dia bisa pakai itu,” katanya Djoko saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (4/6).
ADVERTISEMENT
Selain itu, Djoko menilai masyarakat yang tinggal di apartemen akan kesulitan jika harus menenteng tabung gas 12 kg atau 5,5 kg. Karena itu, masyarakat menengah ke atas akan selalu ada kecenderungan untuk mencari LPG dengan ukuran 3 kg yang tentunya lebih ringan.
“Salah satu alasanya itu karena LPG 3 kg lebih ringan. Lebih pas lah (kalau ditenteng). Kamu mau bawa LPG 5,5 kg bawa ke atas? Berat lah. Kalau LPG 3 kg kan ringan bawanya. Kira-kira begitu,” jelasnya.
Tabung gas LPG 3kg Nonsubsidi (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tabung gas LPG 3kg Nonsubsidi (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Alasan lain, kata Djoko, keberadaan LPG 3 kg nonsubsidi untuk menekan laju konsumsi gas tabung melon yang selama ini membengkak. Sementara, distribusi LPG 3 kg secara tertutup baru akan diterapkan tahun depan.
ADVERTISEMENT
Distribusi tertutup masih belum bisa dilaksanakan saat ini karena ada beberapa pilihan alternatif yang tengah dirumuskan pemerintah, dalam hal ini Kementerian ESDM dan Kementerian Sosial. Kedua opsi itu adalah distribusi tertutup atau Bantuan Langsung Tunai (BLT).
“Apakah distribusi tertutup atau bantuan langsung tunai kan digabung dengan program bantuan sosial yang lain, itu belum diputuskan. Baru alternatif kebijakan yang kita siapkan, mana yang akan dipilih. Nah sambil menunggu itu kita harus menahan laju konsumsi LPG 3 kg nonsubsidi supaya subsidinya enggak nambah,” jelasnya.
Tabung gas LPG 3kg Nonsubsidi (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tabung gas LPG 3kg Nonsubsidi (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Merujuk data Pertamina, terjadi kenaikan konsumsi LPG 3 kg dalam tiga tahun terakhir. Tercatat di 2015, konsumsi LPG mencapai 5,567 juta Metrik Ton (MT). Sedang di 2016 menjadi 6,005 juta MT, dan di 2017 naik lagi menjadi 6,305 juta MT.
ADVERTISEMENT
Tahun ini realisasi penyaluran LPG 3 kg bersubsidi diperkirakan akan kembali membengkak, melebihi kuota yang ditetapkan pemerintah dalam APBN 2018 sebesar 6,45 juta MT. Pertamina memprediksi realisasi penyaluran LPG 3 kg tahun ini sekitar 6,7 juta MT atau over kuota sebesar 250 ribu MT.
Untuk membedakan kedua tabung, Djoko mengatakan LPG 3 kg subsidi akan ditempeli teknologi barcode. Tabung LPG 3 kg nonsubsidi juga dibedakan dengan tabung melon.
“Nah itu salah satu yang masih dikaji. Kenapa pakai barcode karena semua orang sekarang sudah pada pakai HP (canggih). Kan kalau di China belanja pakai HP tuh, jadi dibaca. Mirip begitulah,” ujar Djoko.
Uji pasar LPG 3 kg nonsubsidi sudah dilakukan Pertamina pada 1 Juli lalu di dua kota, Jakarta dan Surabaya. Pada uji pasar pertama ini, mereka menyediakan Rp 5.000 tabung dengan rincian 3.500 untuk Jakarta dan Rp 1.500. Harga jual per tabungnya di atas Rp 40 ribu.
ADVERTISEMENT