ADB Proyeksi Defisit Transaksi Berjalan RI Capai 2,6 Persen di 2018

26 September 2018 18:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (15/8/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (15/8/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
ADVERTISEMENT
Asian Development Bank (ADB) memproyeksi defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) Indonesia pada tahun ini melebar hingga 2,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini lebih tinggi dari prediksi Bank Indonesia (BI) yang mencapai 2,6 persen terhadap PDB.
ADVERTISEMENT
Proyeksi melebarnya CAD tersebut disebabkan kuatnya investasi swasta di Indonesia dan impor barang modal yang meningkat untuk mendukung proyek infrastruktur.
Sementara itu, ADB juga memproyeksikan pertumbuhan ekspor tetap dua digit, meski melambat dalam jangka pendek akibat harga minyak dan komoditas yang cenderung datar. Arus modal yang masuk dari investasi langsung asing dan modal portofolio juga menurun.
Meski demikian, hal tersebut tidak menandakan fundamental ekonomi Indonesia buruk. Sebab, faktor pendorong CAD yang melebar ini dinilai masih terkendali.
“Kami tidak lihat alasan apapun untuk panik. Semua masih on the track. Kami senang mendengar upaya dari pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk memperkecil CAD dan kami support usaha itu,” ujar Kepala Perwakilan ADB di Indonesia Winfried Wicklein dalam keterangan resmi, Rabu (26/9).
ADVERTISEMENT
Meski demikian, menurut Wicklein, CAD yang diproyeksi melebar ke 2,6 persen dari PDB ini masih berisiko. Sebab, masih ada tekanan perang dagang antara China dan AS.
“Susah memprediksi bagaimana akan berakhirnya ketegangan di perdagangan ini,” katanya.
Ekonom ADB Emma Ellen juga memproyeksi level CAD pada tahun depan belum menurun dari proyeksi tahun ini. Apalagi, investasi swasta juga diperkirakan masih akan tetap tumbuh di tahun depan.
“Dengan investasi swasta yang lebih kuat, CAD akan lebar 2,6 persen dari PDB tahun ini dan tahun depan. Monitoring jadi penting dalam hal ini,” kata dia.
Bank Indonesia (BI) sebelumnya memprediksi CAD akan turun menjadi 2,5 persen terhadap PDB hingga akhir tahun ini. Adapun pada kuartal II 2018, transaksi berjalan telah menctatkan defisit sebesar 3 persen terhadap PDB atau sebesar USD 8 miliar.
ADVERTISEMENT
Turunnya CAD di akhir tahun ini menurut BI, utamanya disebabkan pergantian penggunaan bahan bakar solar dengan biodiesel (B20). Dengan penggunaan B20, pemerintah dapat mengurangi impor minyak mentah (crude oil) hingga USD 2,2 miliar.
“Juga penggunaan TKDN (tingkat kandungan dalam negeri) dan kenaikan di sektor pariwisata, sehingga untuk tahun ini CAD bisa mengarah ke 2,5 persen dari PDB,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo beberapa waktu lalu.