Adhi Karya Bikin Anak Usaha Baru, Akan IPO Tahun Depan

4 Mei 2018 17:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Agus Karianto, Direktur SDM Adhi Karya. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Agus Karianto, Direktur SDM Adhi Karya. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Emiten konstruksi pelat merah, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) segera menambah entitas anak usaha baru yang merupakan hasil pemisahan atau spin off divisi Transit Oriented Development (TOD) dan hotel.
ADVERTISEMENT
Direktur SDM Agus Karianto mengatakan, divisi Departemen TOD dan Hotel menghasilkan satu anak perusahaan baru, yaitu PT Adhi Commuter Properti. Total aset yang dimiliki divisi usaha ini sekitar Rp 1,9 triliun dalam bentuk tanah persediaan untuk pengembangan TOD.
Dia menambahkan, spin off ini terjadi karena dimulai dan akan selesainya proses konstruksi pekerjaan Light Rail Transit (LRT) atau kereta ringan. Adhi Karya melihat adanya peluang ekonomi di sekitar stasiun LRT.
"Kami melihat adanya konstruksi pekerjaan LRT ini menimbulkan adanya sentra-sentra baru kegiatan ekonomi. Nah, peluang ini akan dilaksanakan oleh anak perusahaan yang kami bentuk melalui spin off ini," kata dia di Kantor PT Adhi Karya, Jalan Raya Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (4/5).
ADVERTISEMENT
Entus Asnawi Mukhson, Ditkeu Adhi Karya. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Entus Asnawi Mukhson, Ditkeu Adhi Karya. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Sementara itu, Direktur Keuangan Adhi Karya Entus Asnawi Mukhson menjelaskan lebih lanjut, tanah atas nama Adhi Karya tidak disertakan dalam spin off.
"Secara keseluruhan, spin off ini enggak dalam bentuk uang. Untuk pengembangan tentu manajemen Adhi Karya akan menambahkan bila ekuitas untuk pengembangan ini dibutuhkan. Karena spin off ini menggunakan nilai buku perusahaan pada Desember 2017," tambahnya.
Entus juga menegaskan, PT ACP akan segera melakukan Initial Public Offering (IPO) pada tahun depan. Selain itu, Entus menambahkan, 1,9 tanah persediaan tadi sudah bisa melakukan generate utang modal kerja hingga Rp 55 triliun.