AEKI Akui Pasar Kopi China Belum Tergarap Maksimal

22 Desember 2017 18:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kopi (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Kopi (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia, China menjadi incaran produsen beragam komoditas, untuk bisa memasarkan produknya. Dengan penduduk hampir 1,5 miliar, bisa dibilang tak ada produk yang tak punya pasar di China, termasuk kopi.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Asosiasi Eksporti dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), Irfan Anwar mengakui produsen kopi Indonesia belum maksimal menggarap pasar di China. “Saat ini ada 125 negara yang jadi tujuan ekspor kopi Indonesia. China ada di urutan 15-25,” katanya kepada kumparan (kumparan.com), Jumat (22/12).
Irfan juga mengakui, kopi Indonesia yang diekspor Indonesia ke China umumnya masih berupa greean bean. Yakni biji kopi berwarna kehijauan, yang baru dijemur dan dipisahkan dari kulit buahnya. Ini berbeda jika yang diekspor berupa roasted bean, yakni yang sudah melewati proses pemanggangan dan siap digiling.
Berbeda dengan greean bean, harga jual biji kopi roasted bean bisa lima hingga enam kali jauh lebih tinggi.
Kepala Perwakilan Tetap Republik Indonesia di Guangzhou, China, Ratu Silvy Gayatri mengungkapkan, pasar kopi di negara itu terus tumbuh antara 15%-30% per tahun. Impor kopi China tahun lalu misalnya mencapai 84.329 ton atau naik 42,4% dibandingkan impor pada 2015 yang sebanyak 59.202 ton.
Kebun Kopi (Ilustrasi) (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Kebun Kopi (Ilustrasi) (Foto: Pixabay)
Porsi pasar terbesar ekspor kopi ke China masih dikuasai Vietnam. Sementara Indonesia hanya di posisi kedua. Menurut Ratu, untuk bisa meningkatkan penguasaan pasar kopi China, perlu promosi bersama. “Kalau perlu buat paviliun Indonesia dan harus selalu ikut forum bisnis serta pameran dagang,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Guangzhou, merupakan salah satu pintu masuk utama kopi ekspor ke China. Ratu menambahkan, produsen kopi Indonesia juga perlu inovasi menciptakan produk-produk turunan dan olahan kopi. Sepanjang Januari-Oktober 2017, nilai ekspor kopi Indonesia ke China baru USD 40 juta atau hanya 10% dari nilai ekspor Vietnam.
“Dengan inovasi produk, termasuk meningkatkan nilai tambah kopi sebelum diekspor ke China, nilai ekspor produk kopi juga bisa meningkat,” tandas Ratu. Dia menilai, sebagai salah satu produsen utama kopi dunia, Indonesia punya potensi besar untuk meningkatkan pangsa pasar di China. Dengan begitu defisit neraca perdagangan Indonesia-China juga bisa terus diturunkan.